Apakah Benar Gempa Bumi Dapat Memicu Erupsi Gunung Berapi?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Januari 2021 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Topik mengenai apakah gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi adalah salah satu topik serius dan kontroversial yang telah lama diamati oleh para peneliti. Gempa besar regional –dengan magnitude lebih dari 6 SR− sering dianggap menjadi pemicu terjadinya erupsi/letusan gunung berapi di dekatnya. Bagaimana menurut para ahli? Berikut adalah ulasan beberapa penelitian terbaru yang mencoba mengungkap hubungan gempa bumi dan erupsi gunung berapi.
Ilustrasi erupsi gunung berapi | Wikimedia commons
Badan Survei Geologi AS, USGS, mengatakan bahwa erupsi gunung berapi hanya dapat dipicu oleh gempa tektonik terdekat jika gunung berapi tersebut dalam kondisi kritis sudah siap meletus. Jika gunung berapi dalam kondisi stabil atau normal, maka gempa tektonik tidak akan cukup untuk memicu kemunculan erupsi.
ADVERTISEMENT
Seperti apa kondisi gunung berapi yang sudah siap meletus? Yaitu kondisi dimana sistem vulkanik gunung berapi memiliki magma yang cukup untuk meletus, dan memiliki tekanan yang signifikan di dalam kantong magma.
Jika kedua kondisi tersebut terpenuhi maka gempa tektonik besar terdekat kemungkinan dapat menyebabkan gas terlarut keluar dari magma –seperti botol soda yang diguncang− sehingga dapat meningkatkan tekanan dalam kantong magma dan memungkinkan untuk menyebabkan letusan/erupsi. USGS memberikan contoh kasus gempa bumi dengan magnitude 7,2 SR di gunung berapi Kilauea Hawaii pada 29 November 1975, yang segera diikuti oleh erupsi kecil dan dangkal.
Namun begitu USGS menekankan bahwa penjelasan mekanisme hubungan gempa bumi dan erupsi tersebut belum dipahami dengan baik. Mengingat bahwa geologi bumi sangat kompleks, dikhawatirkan pernyataan tersebut hanya menjadi sebuah spekulasi dan kebetulan saja.
Image by WikiImages from Pixabay
Analisis data historis
ADVERTISEMENT
Beberapa peneliti mencoba menganalisis data historis untuk melihat hubungan gempa besar –magnitude lebih dari 8 SR− dengan erupsi vulkanis. Mereka menemukan bahwa gempa besar berpengaruh signifikan pada tingkat erupsi gunung berapi, meski jarak gunung dengan pusat gempa terpaut hingga 500 mil.
Masalahnya adalah data historis yang digunakan adalah data dari abad ke-16, dimana jenis data seperti itu tidak terlalu bagus. Banyak data di masa lalu berasal dari laporan berita dan entri jurnal yang cukup ambigu. Catatan gempa bumi dan erupsi yang baik dan kuat secara ilmiah baru dikumpulkan oleh ilmuwan kira-kira seabad terakhir.
Analisis data histori terbaru dilakukan oleh Sawi dkk, dimana mereka menganalisis data yang lebih kuat secara ilmiah: data dari tahun 1964 ke atas. Mereka juga mengamati gempa yang lebih kecil dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu gempa dengan magnitude 6 SR ke atas.
ADVERTISEMENT
Sawi dkk mengidentifikasi 30 gunung berapi yang mungkin pernah mengalami letusan karena dipicu gempa. Mereka menemukan adanya peningkatan 5 hingga 12 persen letusan eksplosif dalam kurun waktu dua bulan hingga dua tahun terakhir setelah terjadi gempa. Mekanisme terjadinya peningkatan tersebut belum dapat dijelaskan, namun Sawi mengungkapkan bahwa mungkin pergerakan batuan di dalam bumi dapat menekan tubuh magma perlahan-lahan, memaksa magma keluar melalui jalur vulkanik.
Skeptisme terhadap hubungan gempa dan erupsi
Atsuko Namiki, profesor geosains di Universitas Hiroshima, mengungkapkan bahwa skeptisme para peneliti tentang gempa bumi yang memicu erupsi adalah sebuah hal yang wajar. Di sisi lain ada banyak ahli geofisika yang meyakini bahwa gunung berapi memang bereaksi terhadap gempa bumi, meskipun belum bisa membuktikan mekanismenya dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Para ahli kini sedang menuju ke arah penjelasan mekanisme kemungkinan terjadinya erupsi akibat gempa bumi, selain melalui analisis data historis dan simulasi lab. David Pyle, seorang profesor vulkanologi di Universitas Oxford, menyarankan solusi: jika gunung berapi dianggap dipicu oleh gempa, maka debris vulkanik bisa menjadi petunjuk tentang keadaan reservoir magma. Hal tersebut mungkin dapat mengungkapkan apakah gempa benar-benar berpengaruh signifikan pada terjadinya erupsi, atau gempa hanya mempercepat proses erupsi.
Sumber:
1 dan 2