Apakah Opposites Attract Dalam Sebuah Hubungan Lebih Baik? Ini Kata Sains

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Juli 2021 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beauty and the beast, si kaya dan si miskin, gemuk dan langsing, cerewet dan pemalu, anak penipu dan gadis baik, dll. Kita mungkin cukup sering menemukan pasangan dengan karakteristik yang berlawanan, baik di dunia nyata maupun dunia fiksi. Stereotip tentang opposites attract atau "berlawanan menarik" telah tumbuh dalam kehidupan kita. Apakah benar opposites attract membuat hubungan lebih baik?
A couple | Sumber: Flickr
Asal muasal Opposites Attract
ADVERTISEMENT
Gagasan "berlawanan menarik" kali pertama digaungkan oleh Robert Francis Winch yang mempelajari tentang pasangan pada tahun 1950-an. Winch mengungkapkan bahwa bukan sebuah kesamaan yang membuat suatu hubungan berhasil, melainkan saling melengkapi. Misal, jika seseorang ekstrovert, maka ia lebih baik dengan introvert. Alasannya, bahwa setiap orang pada akhirnya mencari karakteristik yang tidak mereka miliki.
Hingga akhirnya teori ini menjalar, hingga ke budaya pop. Banyak cerita fiksi yang membuat pasangan dengan karakter berbeda menjadi pasangan yang hebat. Perbedaan karakter menjadikan sebuah cerita menarik, memicu gairah dan kegembiraan romantis. Persis seperti magnet.
Masalahnya adalah, hubungan tidak selalu bekerja seperti magnet. Matthew D. Johnson, Profesor Psikologi dan Direktur Laboratorium Kajian Pernikahan dan Keluarga, Binghamton University, State University of New York, menerbitkan buku tentang mitos dalam sebuah hubungan. Ia mengungkapkan bahwa ternyata orang cenderung tertarik pada orang yang serupa dengan mereka, bukan berlawanan dengan diri mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Serupa vs berbeda vs berlawanan
Tipe karakteristik pasangan dalam sebuah hubungan menjadi topik yang cukup banyak diteliti secara ilmiah. Para peneliti membuat pilihan kombinasi pasangan yang membuat hubungan romantic lebih baik. Kombinasi pasangan itu adalah pasangan yang serupa (homogami), pasangan berbeda (heterogami), dan pasangan berlawanan (komplementaritas). Hasilnya, pasangan serupa atau homogami adalah kombinasi pasangan romantis yang lebih baik.
Teori birds of a feather
Bukan hal rahasia jika burung berkumpul dengan sesamanya yang berbulu sama. Sebuah penelitian tahun 2017 menyimpulkan bahwa pasangan dan teman cenderung serupa dalam sebagian besar karakteristik, termasuk usia, ras, pendidikan, tingkat pendapatan, dan sikap.
Tak hanya penelitian itu, sebanyak lebih dari 300 studi, memiliki kesimpulan yang serupa. Pada dasarnya mereka menolak gagasan opposites attract. Pada tahun 2013, situs kencan eHarmony mengaudit enggunanya dan menemukan bahwa meskipun terkadang hal berbeda dan berlawanan menjadi pemicu sebuah hubungan, namun kesamaan itulah yang membuat sebuah hubungan langgeng, membuat pasangan jangka panjang dan bahkan paling sukses. Bahkan meskipun pasangan berada dari latar belakang berbeda, namun mereka cenderung berkembang ketika mereka memiliki nilai dan keyakinan/karakter dasar yang sama.
ADVERTISEMENT
Mengapa teori opposites attract populer?
Terlepas dari banyaknya bukti, mengapa mitos opposites attract masih popular? Prof. Johnson menjelaskan karena hal kontras selalu menonjol dan menarik dibandingkan dengan hal serupa. Selain itu peneliti juga menemukan bahwa, benar, pasangan tumbuh saling melengkapi seiring berjalannya waktu. Saat pasangan kombinasi sangat mirip, mereka akan menemukan cara untuk membedakan diri. Hal ini menyebabkan orang cenderung melihat ketertarikan pada perbedaan lebih menonjol dibandingkan dengan ketertarikan pada persamaan.
Namun, faktanya pasangan yang relatif sama dan serupa lebih saling menguatkan, dan menjadi saling melengkapi seiring dengan berjalannya waktu. (fas)
Sumber: 1, 2, dan 3