Arti Warna Menurut Berbagai Budaya di Indonesia (Bagian 1)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 Juli 2020 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilihan dan penggunaan warna tidak dapat kita pisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Warna menjadi simbol dan karakter dari seluruh aspek kehidupan. Mulai dari misalnya pakaian, perhiasan, bangunan, hingga makanan menggunakan warna untuk mewakili karakteristiknya atau untuk menimbulkan kesan tertentu akibat simbolisme yang dikandung oleh warna-warna tersebut.
ADVERTISEMENT
Simbolisme warna ternyata sangat erat kaitannya dengan ragam budaya Indonesia. Budaya yang beragam membentuk persepsi yang beragam pula terhadap simbolisme suatu warna. Suatu warna tertentu dapat dianggap sangat sakral pada suatu kebudayaan. Namun terkadang warna tersebut tidak memiliki arti dan simbol yang sama pada kebudayaan lain.
Dilansir dari laman portal Sekretaris Negara, berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, atau tepatnya 1.340 suku bangsa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Keragaman suku bangsa ini tentunya berkaitan langsung dengan keragaman budaya Indonesia. Kira-kira apa saja ya arti warna-warna yang kita gunakan sehari-hari menurut beragam budaya dan suku di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Merah
Warna merah salah satu dari tiga warna primer yang terdiri dari merah, kuning dan biru bermakna berlainan bagi masing-masing suku budaya. Warna merah merupakan simbol dari warna api dan darah yang berarti warna kehidupan. Dari sisi psikologis warna merah dapat meningkatkan metabolisme tubuh manusia, meningkatkan ritme pernapasan dan tekanan darah. Warna merah penting bagi kebudayaan Cina yang banyak diserap dan berasimilasi dengan kebudayaan lokal. Dalam budaya Cina, warna merah melambangkan unsur api atau Huo, yang melambangkan kegembiraan, harapan, keberuntungan dan kebahagiaan. Bagi masyarakat Minang Kabau warna merah merupakan warna utama yang diwakili oleh Tiga Warna Kebesaran atau Marawa. Warna merah melambangkan keberanian.
Lentera merah yang melambangkan kebahagiaan. Foto oleh mentatdgt dari Pexels
Bagi masyarakat Batak berdasarkan kepercayaan Suku Batak kuno, warna merah melabangkan kekuatan dan keberanian serta sebagai simbol Benua Tonga atau dunia tengah. Bagi masyarakat bali warna merah merupakan warna yang mewakili dewa Brahma dan arah Selatan dalam konsep Nawa Sanggha dan merupakan warna kelahiran dalam konsep Tri Kono. Masyarakat Jawa juga menganggap warna merah sebagai warna kelahiran, namun dikutip dari literatur kuno mengenai cerita wayang antara Dewa Rutji dan Bhima, warna merah melambangkan nafsu keangkaramurkaan.
ADVERTISEMENT
Kuning
Warna kuning salah satu warna primer yang lain dan bagi masyarakat Gorontalo bermakna kemuliaan, kesetiaan, kebesaran dan kejujuran. Sedangkan bagi masyarakat Jawa, warna kuning merupakan warna yang mewakili keluhuran, ketuhanan, kemuliaan, kemakmuran dan ketentraman. Warna kuning pun digunakan sebagai warna keraton. Sebagai contoh di Keraton Yogyakarta, warna kuning emas digunakan sebagai lambing Keraton dan mendominasi warna-warna barang-barang pusaka kerajaan.
Payung dengan nuansa warna emas koleksi Keraton Yogyakarta. Sumber: Wikimedia Commons
Bagi suku melayu warna kuning adalah simbol kesucian. Pada zaman di mana kerajaan melayu kuno berjaya di Nusantara, warna kuning hanya boleh digunakan oleh kalangan istana atau keluarga raja saja. Masyarakat Minang Kabau memandang warna kuning sebagai warna yang mewakili keagungan dan penegakan hukum. Sedangkan warna kuning dalam budaya Cina melambangkan unsur tanah atau Tu yang juga berarti kekuatan dan kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Biru
Warna primer ketiga yakni warna biru bagi masyarakat Bali, warna biru dalam konsep Nawa Sanggha mewakili Dewa Sambu dan menunjuk kepada arah Timur laut. Bagi masyarakat Melayu warna Biru melambangkan keperkasaan sungai dan lautan. Warna ini sering digunakan para tentara dan laksamana laut kerajaan. Lain lagi bagi masyarakat Gorontalo, warna biru diasosiasikan dengan nuansa berkabung. Warna biru muda akan dikenakan dalam peringatan 40 hari kematian, sedangkan warna biru tua digunakan untuk peringatan 100 hari kematian.
Bagi masyarakat Suku Dayak, penggunaan manik-manik warna biru memiliki makna kekuatan yang tidak dapat luntur. Warna biru erat dikaitkan dengan dewa-dewa bagi masyarakat Cina. Namun bagi masyarakat bugis, warna biru yang digunakan dalam baju adat atau Baju Bodo merupakan baju yang hanya dapat digunakan oleh kaum bangsawan.
Batik dengan warna biru. Sumber: Wikimedia Commons
FAN untuk Lampu Edison
ADVERTISEMENT
Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, and 6.