Bagaimana Gula Mempengaruhi Otak?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2019 6:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bayangkan kue kering yang hangat dan lembut. Permen yang renyah, kue yang lembut, contong wafel yang diisi gunungan es krim. Apa air liurmu menetes? Apa anda ingin makanan pencuci mulut? Mengapa? Apa yang terjadi pada otak yang membuat makanan penuh gula sulit ditolak?
ADVERTISEMENT
Gula adalah kata umum yang dipakai untuk menjelaskan satu jenis molekul bernama karbohidrat, dan dapat ditemukan di berbagai jenis makanan dan minuman. Coba cek label makanan manis yang anda beli. Glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, laktosa, dekstrosa, dan pati semua adalah bentuk dari gula. Begitu juga sirup jagung tinggi fruktosa, jus buah, gula mentah, dan madu.
Gula juga tidak hanya terkandung pada permen dan makanan penutup, gula juga ada di saus tomat, yoghurt, buah kering, minuman dengan rasa, atau camilan granola. Karena gula ada di mana-mana, penting bagi kita mengerti pengaruhnya pada otak. Apa yang terjadi saat gula menyentuh lidah? Apakah mencicipi gula membuat kita semakin menginginkannya?
Anggap anda memakan sereal, gula di dalamnya mengaktifkan reseptor perasa manis, bagian dari indra perasa pada lidah. Reseptor ini mengirim sinyal ke batang otak, dari sana disalurkan ke banyak area otak depan, salah satunya korteks selebral. Di korteks selebral ini, beda bagian beda pula rasa yang diproses: Pahit, asin, umami, dan juga manis. Dari sini, sinyal mengaktifkan sistem penghargaan pada otak.
Sistem penghargaan ini serangkaian rute elektris dan kimia yang terjadi di beberapa bagian dari otak. Jaringannya kompleks, tapi dapat membantu menjawab pertanyaan: Haruskah saya mengulangnya? Rasa hangat dan menyenangkan yang anda rasa saat mencicipi bolu coklat? Yang membuat sistem penghargaan tubuhmu merasa nyaman?
ADVERTISEMENT
Sistem penghargaan tidak hanya diaktifkan oleh makanan. Bersosialisasi, melakukan seks, narkoba hanyalah beberapa contoh dari kegiatan yang juga mengaktifkan sistem penghargaan. Tapi mengaktifkan sistem ini secara berlebih akan memberi efek bola salju: Kehilangan kontrol diri, ngidam, maupun peningkatan toleransi terhadap gula.
Mari kita kembali ke sereal yang anda makan. Sereal akan menuju lambung kemudian usus. Terus bagaimana? Di sana juga ada reseptor gula. Mereka mengirim sinyal pada otak mengatakan kalau anda sudah kenyang atau tubuhmu harus memproduksi insulin lagi untuk memproses gula yang anda makan.
Penyusun utama sistem penghargaan adalah dopamin, sebuah materi kimia atau neurotransmitter penting. Ada banyak reseptor dopamin di otak depan, tapi penyebarannya tidak merata. Area tertentu mengandung banyak reseptor, dan area penuh reseptor dopamin ini adalah bagian dari sistem penghargaan.
ADVERTISEMENT
Zat-zat seperti alkohol, nikotin, ataupun heroin menyebabkan kelebihan dopamin, membuat orang selalu mencari efek euforia ini, yang biasa kita sebut kecanduan. Gula juga menyebabkan pelepasan dopamin, meskipun tidak sekuat efek narkoba.
Sejarah donat. Foto: Pixabay
Gula jarang ditemukan pada makanan pemicu pelepasan dopamin. Brokoli, contohnya, tidak punya efek, yang mungkin menjelaskan mengapa sangat sulit membujuk anak untuk makan sayur. berbicara soal makanan sehat, anggap anda lapar dan memutuskan untuk makan diet seimbang. Saat makan, lonjakan level dopamin pada area sistem penghargaan meningkat. Tapi saat anda makan menu yang sama berturut-turut selama berhari-hari, lonjakan dopamin akan semakin menurun, sampai akhirnya berhenti. Hal ini karena soal makanan, otak akan penasaran dengan rasa makanan lain. Mengapa?
ADVERTISEMENT
Ada dua alasan: Pertama, untuk mendeteksi makanan yang sudah rusak. Kedua, semakin beragam makanan kita, semakin kita akan mendapatkan semua nutrisi yang kita butuhkan.
Untuk mendapat keragaman, kita perlu mampu untuk mengenali makanan baru, dan yang paling penting, kita perlu ingin terus makan makanan baru. Inilah alasan tingkat dopamin turun saat makanan kita menjadi membosankan. Mari kita bahas makanan tadi.
Apa yang terjadi bila kita mengganti makanan sehat dan seimbang dengan makanan penuh gula? Jika anda jarang makan gula, atau hanya makan sedikit, efeknya sama seperti makan diet seimbang. Tapi jika anda makan gula terlalu banyak, lonjakan dopamin akan terus terjadi.
Dengan kata lain, makan banyak gula akan terus membuat kita terus merasa senang. Di tahap ini, gula bekerja sedikit seperti narkoba. Ini salah satu alasan orang bisa ketagihan makanan penuh gula.
ADVERTISEMENT
Mari kita kembali ke pembahasan beberapa jenis gula. Tiap jenisnya unik, tapi setiap kali gula jenis apapun dikonsumsi, ia akan menghasilkan efek domino pada otak yang akan menyebabkan efek rasa senang. Terlalu banyak, terlalu sering, maka efeknya akan terasa berlebih. Jadi, ya, terlalu banyak makan gula dapat menyebabkan kecanduan pada otak, tapi makan sepotong kue sekali-kali tidaklah masalah.