Konten dari Pengguna

Berkenalan Dengan Funazushi, Nenek Moyang Sushi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
29 Juni 2018 8:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perlu waktu satu sampai tiga tahun untuk membuatnya
Jika selama ini kita mengenal sushi menggunakan bahan-bahan mentah dan disajikan dalam bentuk gulungan, tapi bentuk sushi yang lebih tua atau dapat dikatakan sushi dalam bentuk asli dibuat dari ikan yang difermentasi. Ikan yang digunakan merupakan jenis ikan dari kelompok ikan mas dan berasal dari suatu tempat tertentu, yaitu Danau Biwa. Oleh karenanya sushi yang disebut dengan funazushi ini menjadi makanan tradisional khas Perfektur Shiga, dimana Danau Biwa berada. Funa segar ditangkap di Danau Biwa antara bulan Maret dan Mei, untuk kemudian digarami agar menjaga dari bakteri-bakteri di danau. Proses selanjutnya adalah mengawetkan ikan dalam nasi yang dikukus untuk menghasilkan fermentasi. Bakteri asam laktat dan berbagai mikroorganisme lainnya akan memunculkan rasa asam pada sushi. Daging dan tulang ikan juga akan melunak seiring proses fermentasi dalam nasi, dan menghasilkan aroma, rasa, serta kepahitan yang berbeda. Perlu waktu minimal sekitar satu hingga dua atau tiga tahun untuk mematangkan funazushi secara sempurna.
ADVERTISEMENT
Saking istimewanya, di masa lalu funazushi tidak hanya menjadi konsumsi manusia, tapi juga dipersembahkan bagi dewa-dewa. Ikan Funa dipercaya sebagai pelindung sawah dan nasi merupakan suatu karunia dari Tuhan, sehingga kombinasi keduanya akan menjadi persembahan yang ideal bagi dewa mereka.
Sumber gambar: wikimedia.org