Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Bioplastik dan Dilema Keberlangsungan Makhluk Hidup – Bagian 2
15 April 2021 14:23 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ternyata ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dampak penggunaan lahan global dan emisi CO2 dari plastik nabati yang digunakan manusia, dimana hal ini berpotensi mengganggu keberlangsungan hidup makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian yang dilakukan pada dilema bioplastik ini, faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor-faktor seperti negara asal dan bahan mentah sangat menentukan bagaimana dampak bioplastik ini bagi lingkungan. Para peneliti mensimulasikan total 180 skenario (dengan kisaran 36 skenario per wilayah) yang bervariasi sesuai dengan tingkat penetrasi pasar bioplastik dan parameter model lain yang menentukan reaksi ekonomi secara luas. Dr Neus sendiri mengatakan bahwa hal yang mereka lakukan adalah menemukan bahwa jejak karbon bioplastik yang tersedia secara komersial jauh lebih besar daripada nilai yang diperkirakan sebelumnya dalam literatur ilmiah dan laporan kebijakan yang dilakukan oleh setiap instansi maupun perusahaan.
Hal tersebut bukan tidak beralasan namun emisi CO2 yang dihasilkan dari perubahan penggunaan lahan lebih besar daripada penghematan gas rumah kaca yang dihasilkan dari substitusi bahan baku fosil dalam jangka panjang. Dengan satu kondisi pengecualian tertentu, bioplastik yang diproduksi di Thailand menghemat rata-rata dua kilogram CO2 per ton dibandingkan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan yang relatif lebih kecil dalam produksi bioplastik yang disimulasikan dalam aktivitas tersebut, dimana hal ini berarti ada sedikit penyesuaian pada harga pangan dan perubahan tutupan lahan terkait. Namun, peningkatan produksi bioplastik dari singkong dan tebu di Thailand untuk mengejar ketertinggalan di wilayah lain dapat mengakibatkan hilangnya ekosistem kaya karbon di dalam negeri itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Hal yang menarik terjadi ketika para ilmuwan menemukan bahwa ternyata tidak ada daerah yang posisinya lebih baik dari daerah lain. Perhitungan keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada daerah yang secara jelas memiliki posisi yang lebih baik daripada yang lain untuk menjadi pusat produksi bioplastik yang berkelanjutan. Jejak terbesar diperkirakan terdapat pada bioplastik Cina, sedangkan Uni Eropa memiliki jejak karbon dengan rata-rata terbesar dimana bioplastik yang diproduksi di UE membutuhkan waktu rata-rata 232,5 tahun untuk mengimbangi emisi CO2 global yang terjadi. Produksi bioplastik di A.S. menyebabkan perubahan lahan dan karbon terbesar dibandingkan daerah lain, hal ini berarti bahwa produksi tersebut menghasilkan perluasan lahan pertanian, penggundulan hutan, dan emisi karbon yang lebih besar di seluruh dunia daripada di dalam negeri. Produksi bioplastik di Thailand dan Brazil menimbulkan kerugian sebagian besar tutupan hutan, yang dapat menimbulkan dampak tambahan pada keanekaragaman hayati jika dilakukan secara masif dan tidak terkendali.
Studi ini menunjukkan bahwa ekspansi dalam produksi berbasis bio harus dinilai secara hati-hati pada kasus wilayah demi wilayah untuk memahami potensi risiko keberlanjutan dan trade-off yang terjadi karena aktivitas tersebut. Para ilmuwan menekankan bahwa hasil dari penelitian yang diusulkan dapat digunakan di masa depan untuk memantau keberlanjutan intervensi bioekonomi jangka panjang secara global dan tidak hanya melihat satu sisi saja, hal ini juga dapat membantu mengidentifikasi dimana kebijakan pelengkap diperlukan, misalnya, untuk mencegah deforestasi. Studi ini secara tematis juga sudah menjadi persiapan untuk modal masa depan dimana hal ini tertanam dalam "Inovasi dan Teknologi untuk Masa Depan Berkelanjutan" dengan konsep Transdisciplinary Research Area (TRA) di Universitas Bonn. Dalam enam TRA yang berbeda, para ilmuwan dari berbagai fakultas dan disiplin ilmu berkumpul untuk mengerjakan topik penelitian yang relevan di masa depan dengan tujuan yang sama serta memandang ilmu yang berkembang tidak hanya pada satu sisi, namun bisa menyeluruh dan mempunyai pandangan holistik yang baik.
ADVERTISEMENT