Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Cara Kerja Alat Deteksi Dini Tsunami
27 Desember 2018 19:48 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara kerjanya ya? Apakah bisa memberikan peringatan sedini mungkin?
ADVERTISEMENT
Ada 3 metode yang digunakan secara terintegrasi sebagai alat deteksi dini tsunami. Mari kita bahas satu persatu secara mendetail.
1. Buoy-Bottom Pressure Recorder System
Juga dikenal dengan singkatan BPR. BPR adalah alat yang paling umum digunakan oleh badan meteorologi negara di seluruh dunia. Diantara negara dengan alat deteksi tsunami yang tergolong baik adalah Australia dan Jepang. Buoy memiliki dua bagian yaitu bagian yang mengapung di atas air serta bagian yang ada di dasar laut dinamakan dengan sensor pendeteksi tekanan air laut. Sensor pendeteksi tekanan mampu beroperasi dengan baik hingga pada kedalaman 6000 m (6 Km). Dengan adanya baterei yang tahan lama maka sensor ini dapat bertahan selama 4 tahun di dasar laut. Kedua bagian buoy ini berkomunikasi dengan satu sama lain melalui metode yang disebut dengan akustik telemetri. Akustik telemetri seperti nama nya berarti menggunakan gelombang suara untuk berkomunikasi di jarak yang jauh. Bagian buoy yang berada di dasar lautan ini secara rutin mengukur tekanan dan suhu di dasar laut kemudian mengirimkan informasi secara berkala ke bagian yang mengambang di atas laut. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kristal kuarsa yang dapat mengirimkan bunyi dengan frekuensi tertentu dan ditangkap oleh bagian yang mengambang di atas.
ADVERTISEMENT
Sistem ini memiliki dua jenis mode yaitu standar dan event. Standar berarti tekanan dan temperatur air laut berada di range nilai yang normal. Jika tidak terdeteksi apapun yang abnormal, untuk menghemat baterei biasanya sensor hanya akan mengirimkan informasi setiap 15 menit sekali. Sedangkan event berarti nilai tekanan dan temperatur berada di nilai yang tidak normal. Jika terjadi event, maka buoy akan secara terus menerus mengirimkan informasi dengan lebih intens setiap satu menit sekali. Jika range nilai tekanan dan temperatur kembali normal dalam waktu 4 jam, maka mode akan kembali ke mode standar.
Lokasi penempatan buoy harus cukup jauh dari titik yang bisa menjadi pusat gempa untuk menghindari intervensi data akibat gempa. Namun, buoy juga tidak boleh diletakkan terlalu jauh agar bisa mendeteksi perubahan kondisi dalam laut akibat gempa. Selain itu sensor buoy harus diletakkan lebih dalam dari 3000 m dari permukaan laut agar data yang direkam tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca di permukaan laut.
ADVERTISEMENT
http://www.bom.gov.au/tsunami/about/detection_buoys.shtml
Lamanya waktu evakuasi yang memungkinkan
Lamanya waktu evakuasi yang masih aman sebelum terjadinya tsunami bergantung pada masing-masing wilayah dari zona subduksi. Zona subduksi adalah daerah pertemuan lempeng bumi. Wilayah seperti Australia yang cukup jauh dari zona subduksi jika mendeteksi kemungkinan tsunami maka masih memiliki 90 menit untuk evakuasi. Wilayah seperti New Zealand yang dekat dengan zona subduksi memiliki waktu kurang dari satu jam. Sedangkan wilayah seperti Indonesia yang tepat berada di zona subduksi hanya memiliki sekitar 15-30 menit untuk evakuasi.
https://www.abc.net.au/news/science/2016-11-22/what-is-a-tsunami-and-how-are-they-monitored/8045550
2. Deteksi melalui Iridium satelit
Untuk mengirimkan informasi yang diterima oleh bagian buoy yang mengapung di laut kepada badan meteorologi, diperlukan bantuan satelit yang dinamakan iridium satelit. Saat ini telah ada inisiatif untuk membentuk Global Earth Observation System of System (GEOSS). Sistem ini mendeteksi perubahan cuaca di seluruh dunia. Kedepannya, dengan riset yang saat ini masih berkelanjutkan diharapkan sistem ini juga akan mencakup sistem deteksi tsunami yang dapat diakses oleh masyarakat di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
3. Membandingkan dengan model simulasi komputer
Jika data berupa peringatan dari buoy dan satelit telah diterima oleh badan meteorologi, biasanya data akan terlebih dahulu diproses sebelum mengeluarkan peringatan kepada masyarakat. Biasanya untuk menentukan jika data dari buoy memang merupakan indikasi akan terjadinya tsunami, badan meteorologi perlu membandingkan dengan model komputer, baik yang buatan maupun model record dari tsunami yang sebelumnya terjadi. Proses ini biasanya memakan waktu sekitar 7 menit sampai akhirnya badan meteorologi dapat memberikan peringatan resmi melalui televisi, radio, sirine, dan berbagai akun sosial media.
https://www.technologyreview.com/s/423280/the-reliability-of-tsunami-detection-buoys/
Sumber Gambar : Wikipedia