Di Balik Suara dan Wujud Yang Menakutkan, Petir Dapat Membersihkan Udara, Lho

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
6 Mei 2021 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Petir | Gambar oleh Pexels dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Petir | Gambar oleh Pexels dari Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petir adalah salah satu fenomena yang sering terjadi ketika hujan. Kebanyakan dari kita mungkin merasa takut ketika petir muncul, namun tahukah kalian, petir bisa menjadi pembersih atmosfer yang jauh lebih penting dari yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya telah diketahui bahwa oksida nitrat dan hidroksida — dihasilkan dari reaksi pemanasan dan pendinginan gas yang cepat dalam petir — dapat membuang berbagai gas rumah kaca dari langit dan pulutan, seperti ozone permukaan (O3). Namun tak hanya itu saja, studi terbaru menemukan, petir serta muatan listrik yang lebih lemah dan tak terlihat di sekitarnya dapat menghasilkan oksidan penangkap polutan hidroksil (OH) dan hidroperoksil (HO2).
Radikal hidroksil penting bagi atmosfer karena berperan menginisiasi reaksi kimia dan memecah molekul seperti gas rumah kaca, metana. Sementara itu, OH adalah pendorong utama berbagai perubahan komposisi di atmosfer yang akan mempengaruhi kualitas udara.
Dilansir dari situs Penn State News, temuan ini berasal dari data pesawat pengejar badai NASA yang terbang di atas Colorado dan Oklahoma pada tahun 2012. Pesawat ini melihat perubahan kimiawi yang dihasilkan dari badai petir dan petir ke atmosfer.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya, ahli meteorologi William Brune, dari Penn State University dan timnya melihat sinyal OH dan HO2 besar yang ditemukan di awan, namun mereka berasumsi bahwa sinyal tersebut hanyalah noise dari instrumen yang digunakan, sehingga data itu justru diabaikan.
Tetapi beberapa tahun yang lalu, Brune mengambil simpanan data miliknya, dan melihat bahwa sinyal yang mereka lihat benar-benar hidroksil dan hidroperoksil. Kemudian, timnya melakukan analisis ulang terhadap dataset tersebut.
Analisis terbaru, ditambah data yang dikumpulkan di lapangan pada waktu yang sama, menunjukkan bahwa petir memang menghasilkan oksidan tingkat tinggi tersebut.
Menurut artikel yang dimuat dalam situs Science alert, serangkaian simulasi laboratorium telah mendukung gagasan bahwa petir yang tampak dan muatan listrik yang tak tampak di udara dapat menghasilkan radikal OH dan HO2 dalam jumlah yang ekstrim. Namun, mereka mendeteksi, hanya sedikit atau bahkan tidak ada tambahan oksida nitrat di udara yang dihasilkan dari jenis petir yang biasa kita amati di langit.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat bahwa kebanyakan petir tidak pernah menyambar tanah, dan petir yang berdiam di awan sangat penting dalam mempengaruhi ozon permukaan dan gas rumah kaca di atmosfer bagian atas.
Para peneliti mengakui, ada banyak ketidakpastian dalam data, — karena data diambil dari area yang kecil dan dalam jangka waktu yang terbatas — tetapi mereka memperkirakan bahwa sekitar 2-16 persen oksidasi atmosfer global dapat disebabkan oleh badai petir.
Ketika suhu bumi semakin hangat, badai petir dan sambaran petir cenderung sering terjadi, yang pada akhirnya akan memengaruhi keseimbangan gas rumah kaca di udara — mungkin jauh lebih banyak dari yang diperkirakan.
Menurut Brune, umumnya badai petir terjadi di daerah tropis. Seluruh struktur badai di dataran tinggi akan berbeda dengan badai di daerah tropis, oleh karena itu mereka perlu mengukur efek petir ini di tempat-tempat yang bukan Oklahoma dan Colorado untuk mengurangi ketidakpastian dalam penelitian ini.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini telah dipublikasikan di Science and the Journal of Geophysical Research: Atmospheric pada 29 April lalu.