Konten dari Pengguna

Mengenal Eksperimen Zimbardo

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
10 Februari 2018 19:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Penjara (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penjara (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Dikenal pula dengan sebutan Eksperimen Penjara Standford, Eksperimen Zimbardo mampu mengubah perilaku seseorang menjadi bertolak belakang hanya karena suatu peran.
ADVERTISEMENT
Philip Zimbardo mungkin tidak pernah menyangka, eksperimen yang ia jalankan untuk mengetahui pengaruh kekuasaan terhadap perilaku seseorang akan berujung malapetaka.
Di tahun 1971, Zimbardo yang seorang psikolog mengadakan eksperimen di Fakultas Psikologi, Universitas Stanford, dengan mengubah tempat tersebut menjadi layaknya penjara sungguhan, tanpa atau minim pencahayaan, juga tanpa akses untuk mengetahui waktu.
Sebelum dilakukannya eksperimen, ia membuat sayembara untuk merekrut partisipan dari mahasiswa Stanford dengan kriteria tidak memiliki catatan kriminal dan sehat secara psikologis. Zimbardo mendapatkan sejumlah 24 orang mahasiswa pria yang dipilihnya dari 75 sukarelawan yang mendaftar. Ia juga menjanjikan imbalan sebesar 15 dolar per hari bagi mereka yang menjadi partisipan.
Dalam percobaan tersebut, partisipan dibagi dalam dua kelompok untuk diminta menjalankan peran sebagai tahanan atau sipir penjara. Selama berlangsungnya eksperimen, tahanan diperlakukan layaknya tahanan sesungguhnya, begitu pun dengan sipir penjara yang diberi kuasa penuh untuk memperlakukan tahanan layaknya orang yang bersalah. Dalam waktu sehari saja, mereka telah dapat menghayati peran yang dilekatkan pada mereka.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, mereka yang berperan sebagai sipir benar-benar menggunakan kekuasaannya untuk memperlakukan tahanan secara buruk dan hari ke hari menjadi semakin kejam. Sementara di sisi tahanan, mereka menjadi merasa tertekan secara emosional dan mengamuk, bahkan dalam suatu waktu mereka merencanakan untuk kabur secara masal. Meskipun pada akhirnya mereka batal untuk kabur dan tetap berkeinginan melanjutkan sampai akhir, namun eksperimen yang direncanakan berlangsung 14 hari akhirnya dihentikan di hari keenam karena datangnya protes dari psikolog Universitas Berkeley.
Akan tetapi partisipan sempat bersikeras ingin melanjutkan eksperimen, terlebih mereka yang berperan sebagai sipir penjara, karena dengan begitu mereka tetap dapat melakukan tindak kekerasan secara legal serta mendapat reward berupa uang seperti yang telah dijanjikan sebelumnya.
ADVERTISEMENT