Konten dari Pengguna

Emisi Dinitrogen Oksida Menimbulkan Ancaman Iklim yang Tinggi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
13 Oktober 2020 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Meningkatnya emisi Dinitrogen oksida (N2O) sangat membahayakan iklim yang ada di dunia ini, perubahan yang besar sangat mungkin terjadi jika emisi ini terus meningkat setiap tahunnya.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penggunaan pupuk nitrogen yang terus meningkat dalam produksi makanan di seluruh dunia meningkatkan konsentrasi N2O di atmosfer - gas rumah kaca 300 kali lebih kuat daripada karbon dioksida (CO2) yang tetap berada di atmosfer selama lebih dari 100 tahun. Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature yang dipimpin oleh Auburn University, Amerika Serikat, dan melibatkan ilmuwan dari 48 lembaga penelitian di 14 negara ini meneliti tentang kelanjutan proyek karbon dan inisiatif nitrogen internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan penilaian paling komprehensif yang hingga saat ini dari semua sumber global N2O yang mungkin dapat ditimbulkan. Temuan mereka menunjukkan emisi N2O meningkat lebih cepat daripada skenario emisi apa pun yang dikembangkan dan dihitung oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), konsisten dengan skenario gas rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global jauh di atas 3 ° C dari tingkat pra-industri, Paris Agreement sendiri bertujuan untuk membatasi pemanasan hingga kurang dari 2 ° C tetapi idealnya tidak lebih dari 1,5 ° C.
farming climate change | pixabay.com
Studi tersebut menunjukkan tren mengkhawatirkan yang mempengaruhi perubahan iklim dimana N2O telah meningkat 20 persen dari tingkat pra-industri sampai dengan tahun 2018, dengan pertumbuhan tercepat yang diamati dalam 50 tahun terakhir karena emisi dari aktivitas yang ditimbulkan manusia. Menurut Prof Hanqin Tian, direktur dari International Center for Climate and Global Change Research di Universitas Auburn, pendorong dominan dari peningkatan nitrous oksida atmosfer berasal dari pertanian, dan meningkatnya permintaan akan makanan dan pakan untuk hewan akan semakin meningkatkan emisi N2O secara global, ada konflik yang sangat tajam antara cara alam memberi makan orang dan menstabilkan iklim.
ADVERTISEMENT
Seperti CO2, N2O adalah gas rumah kaca berumur panjang dan saat ini juga merupakan agen paling signifikan yang disebabkan oleh manusia yang mengikis lapisan ozon stratosfer, yang melindungi Bumi dari sebagian besar radiasi ultraviolet matahari yang berbahaya. Analisis baru ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong tingkat atmosferik N2O yang terus meningkat, dan menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengembangkan strategi mitigasi yang efektif jika kita ingin membatasi pemanasan global dan memenuhi tujuan iklim. Studi ini menyajikan inventaris N2O global yang komprehensif yang menggabungkan sumber alam dan manusia, dan menjelaskan interaksi antara penambahan nitrogen ke sistem bumi dan proses biokimia yang mengontrol emisi N2O. Ini mencakup 21 sektor alam dan yang berhubungan dengan manusia antara 1980 dan 2016. Emisi yang disebabkan oleh manusia, dimana hal tersebut didominasi oleh penambahan nitrogen pada lahan pertanian, yang meningkat sebesar 30 persen selama empat dekade terakhir menjadi 7,3 teragram nitrogen per tahun.
farming land illustration | wikimedia.org
Analisis tersebut juga mengungkapkan munculnya 'umpan balik' iklim N2O yang dihasilkan dari interaksi antara penambahan nitrogen pada tanaman untuk produksi pangan dan pemanasan global, yang selanjutnya meningkatkan emisi yang berasal dari pertanian. Studi tersebut menemukan bahwa penyumbang emisi N2O global terbesar berasal dari Asia Timur, Asia Selatan, Afrika dan Amerika Selatan. Emisi dari pupuk sintetis mendominasi pelepasan di Cina, India dan Amerika Serikat, sedangkan emisi dari penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk mendominasi pelepasan gas tersebut di Afrika dan Amerika Selatan. Tingkat pertumbuhan emisi tertinggi terjadi di negara berkembang, khususnya Brasil, Cina dan India, dimana produksi tanaman dan jumlah ternak telah meningkat tajam dari sebelumnya. Namun hal yang perlu disoroti adalah emisi N2O di Eropa, dimana emisi ini mengalami penurunan di bidang pertanian dan industri kimia. Hal ini disebabkan kombinasi beberapa faktor, termasuk tindakan sukarela untuk menghilangkan N2O dari gas buang di industri Nylon dan diperkenalkannya skema perdagangan emisi, serta pertanian di banyak negara Eropa Barat yang beralih ke penggunaan pupuk yang lebih efisien untuk mengurangi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Direktur eksekutif dari Global Carbon Project sekaligus adalah Co-leader studi ini, yaitu Dr Josep 'Pep' Canadell, dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) di Australia mengatakan bahwa “analisis baru ini memerlukan pemikiran ulang skala penuh dalam cara manusia menggunakan dan menyalahgunakan pupuk nitrogen secara global dan mendorong kita untuk mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan dalam cara kami memproduksi makanan, termasuk pengurangan limbah makanan, Eropa merupakan bukti nyata bahwa hal tersebut sangat mungkin untuk dilakukan. Temuan ini menggarisbawahi urgensi dan peluang untuk mengurangi emisi N2O di seluruh dunia untuk menghindari dampak iklim yang paling buruk untuk masa depan anak dan cucu kita.