Fakta Menarik Tentang El Nino dan La Nina Yang Jarang Diketahui - Bagian 1

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
10 November 2020 15:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berdasarkan data dan keterangan resmi yang dikeluarkan oleh badan-badan meteorologi di dunia termasuk Badan Meteorologi dan Geofisika, National Oceanic and Atmospheric Administration (Amerika Serikat), Bureau of Meteorology (Australia), Japan Meteorology Agency (Jepang), saat ini hingga akhir tahun 2020, diperkirakan La Nina akan berkembang hingga intensitas Moderate. La Nina adalah kondisi anomali iklim di Samudera Pasifik Ekuator. Ditandai dengan indeks ENSO atau El Nino-Southern Oscillation yang menunjukkan perbedaan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah bagian timur atau dalam terminologi teknisnya pada area Nino 3.4 dalam kondisi lebih dingin dari kondisi normal atau pada status netral. Kondisi La Nina ditunjukkan dengan nilai Indeks ENSO kurang dari -0.5 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
Kejadian ENSO akibat Disebabkan oleh interaksi Atmosfer dan Lautan
Kondisi La Nina adalah salah satu bagian dari sistem siklus ENSO yang mempengaruhi seluruh daerah yang di sekitar Samudra Pasifik. ENSO sendiri terjadi akibat adanya interaksi antara massa udara atau atmosfer yang berada di atas permukaan laut dan Samudera Pasifik sebagai suatu massa air yang memiliki sistem pergerakan sendiri. Perubahan suhu permukaan laut yang menjadi indikasi ENSO dipengaruhi oleh adanya sistem angin atau massa udara global dan pergerakan massa air di Samudera dan interaksi kedua sistem ini.
Angin dingin dan angin hangat bergerak dan bertukar di sepanjang Samudera Pasifik di antara Kepulauan Nusantara dan Benua Amerika. Pergerakan angin global ini, mempengaruhi suhu permukaan laut antara Pasifik bagian barat dan timur. Selain itu, adanya siklus pergerakan massa air hangat dan air dingin di sepanjang Pasifik di antara kedua ujungnya juga turut mempengaruhi perubahan suhu dan tekanan udara di atas permukaan laut yang menjadi pencetus pergerakan massa udara sebagai cikal bakal kondisi El-Nino maupun La Nina.
Pergerakan udara dan massa air pada kondisi El Nino dan La Nina. Ilustrasi oleh NOAA. https://www.climate.gov/enso
Asosiasi El Nino dan La Nina yang bertolak belakang
ADVERTISEMENT
La Nina dan El Nino adalah dua kondisi pada dua keadaan berbeda yang berdampak seperti dua sisi mata uang koin dan sangat bertolak belakang bagi bagian barat dan timur Samudera Pasifik. Ketika udara hangat dan massa air hangat bergerak ke arah timur Samudera Pasifik yang menyebabkan peningkatan suhu muka air di sekitar timur Samudera Pasifik, kondisi El-Nino dapat terjadi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan curah hujan di bagian barat Samudera Pasifik seperti Benua Amerika bagian selatan. Selain itu udara yang hangat dan lebih stabil menurunkan potensi terjadinya badai bagi daerah-daerah di sepanjang bagian timur Samudera Pasifik.
Ilustrasi kekeringan. Gambar oleh Peter H dari Pixabay.
Namun pada saat El-Nino terjadi udara dingin dengan tekanan tinggi bergerak ke daerah barat Samudera Pasifik yang dapat menyebabkan kekeringan parah di Australia, Asia Timur, Asia Tenggara bahkan jika cukup kuat dampaknya bisa mencapai Asia Selatan. Indonesia sendiri mengalami dampak yang sangat terasa pada tahun-tahun El Nino. Kekeringan berkepanjangan, kebakaran hutan, gagal panen dan penyebaran penyakit yang dibawa oleh perantara nyamuk adalah beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh kejadian El Nino. Salah satunya adalah kebakaran hutan dan kekeringan dahsyat yang terjadi pada tahun 1997-1998 disebabkan oleh El Nino kuat.
ADVERTISEMENT
Berkebalikan dengan kondisi El Nino, ketika massa udara dan air hangat bergerak ke arah barat menyebabkan bagian barat Samudera Pasifik menjadi lebih hangat. Tekanan udara rendah menyebabkan massa air naik menjadi awan di bagian barat Samudera Pasifik dan menyebabkan peningkatan curah hujan. Berdasarkan catatan historis di Indonesia, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan hingga 40% di atas normal. Meskipun demikian dampak La Nina tidak seragam untuk seluruh wilayah di Indonesia.
Ilustrasi peningkatan massa awan dan curah hujan saat La Nina. Gambar oleh rdqing dari Pixabay.
Menurut laporan BMKG terdapat peningkatan curah hujan bulanan pada Bulan Oktober hingga November di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera. BMKG memprediksi pada Bulan Desember hingga Februari 2021, akan ada peningkatan curah hujan di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua.
ADVERTISEMENT
Baca Bagian 2 disini!
FAN untuk Lampu Edison
Sumber: 1, 2, dan 3