Fakta Menarik Tentang El Nino dan La Nina Yang Jarang Diketahui - Bagian 2

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
11 November 2020 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baca Bagian 1 disini!
El Nino dan La Nina adalah kondisi iklim yang terjadi pada Samudra Pasifik dalam sebuah sistem siklus yang dinamai El Nino-Southern Oscillation (ENSO). Kondisi El Nino maupun La Nina terjadi akibat adanya interaksi sistem atmosfer di atas permukaan laut dan sistem pergerakan air laut di dalam Samudera Pasifik. Interaksi ini menyebabkan adanya pergerakan massa udara besar-besaran dari sisi barat ke timur atau sebaliknya. Dimana kedua kondisi ini memiliki dampak yang bertolak belakang pada dua sisi Samudra Pasifik. Ketika El Nino, daerah di tepi bagian timur Samudera Pasifik seperti Benua Amerika mengalami kondisi iklim hangat dengan peningkatan curah hujan dan berkurangnya potensi badai. Sedangkan pada tepi bagian barat Samudera Pasifik seperti Benua Australia Indonesia, Asia Timur dan bahkan pada negara-negara di Asia Selatan El Nino dapat menyebabkan kekeringan. Sebaliknya pada kondisi La Nina, terjadi peningkatan curah hujan pada sisi bagian barat Samudera Pasifik dan pengurangan curah hujan pada sisi bagian timurnya.
ADVERTISEMENT
Selain keunikan perubahan iklim yang ditimbulkan, ternyata masih ada beberapa fakta menarik yang jarang diketahui berkaitan dengan kondisi El Nino dan La Nina ini. Apa saja?
Dampak Siklus ENSO yang diduga menjadi pencetus perang dan kerusuhan massa
Selain dampak dan bencana yang telah disebutkan di atas, banyak penelitian terkini yang menunjukkan bahwa dampak negatif lain dari kejadian El Nino maupun El Nina dapat menjadi pencetus perang atau kerusuhan massa dengan kekerasan seperti yang diungkapkan oleh Hsiang (2011). Hsiang ekonom dari Columbia University menganalisis 234 perang sipil yang terjadi sejak 1950 pada 175 negara dan menemukan bahwa, pada negara-negara yang terpengaruhi oleh ENSO, perang sipil maupun kerusuhan terjadi paling sering pada tahun-tahun dengan kejadian El Nino. Atau untuk negara-negara yang berada di tepi barat Samudra Pasifik, tahun-tahun dengan El Nino berarti kekeringan dan berkurangnya curah hujan secara drastis.
Ilustrasi kerusuhan massa. Gambar oleh Peter H dari Pixabay.
Hsiang mengungkapkan keterkaitan antara kejadian El Nino dan perang atau kerusuhan massa dicurigai disebabkan oleh dampak El Nino yakni kekeringan dan kekurangan bahan makanan dalam waktu cukup lama sehingga memicu meledaknya kekerasan yang terorganisasi. Meski diiringi dengan kesangsian dan bantahan mengenai hubungan yang tidak dimengerti antara perubahan kondisi iklim dan konflik yang terjadi, para ahli meyakini relasi yang nampak jelas ini ini didukung oleh data statistik yang solid. Hanya saja para ahli belum sepenuhnya mengerti tentang korelasi dari El Nino dan kerusuhan massa atau perang sipil.
ADVERTISEMENT
Terjadi peningkatan frekuensi El Nino dan La Nina ekstrim
Berdasarkan data historis, para ahli klimatologi menemukan bahwa ada peningkatan frekuensi dari siklus ENSO ini yang dapat terjadi pada selang 2-4 tahunan. Selain melihat tren peningkatan pada data historis, para ahli juga melakukan berbagai eksperimen dengan menggunakan model iklim untuk menjalankan beragam skenario salah satunya adalah skenario pemanasan global. Skenario ini menunjukkan adanya peningkatan frekuensi dari kejadian El Nino dan La Nina ekstrim. Dampaknya adalah peningkatan resiko berbagai bidang yang erat dipengaruhi oleh kondisi iklim ini seperti, sektor pertanian, kesehatan masyarakat, ekonomi dan kebijakan pemerintahan. Guojian Wang melalui tulisannya yang diterbitkan oleh Nature CLimate Change pada tahun 2017 menyebutkan bahwa akan ada peningkatan sebanyak dua kali lipat dari frekuensi kejadian El Nino dan La Nina ekstrim pada kenaikan suhu global sebesar 1.5 atau 2 derajat celcius.
Banjir salah satu bencana yang diakibatkan oleh hujan ekstrim ketika La Nina. Gambar oleh J Lloa dari Pixabay.
Siklus ENSO mempengaruhi penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk
ADVERTISEMENT
WHO melaporkan adanya peningkatan angka kejadian penyakit-penyakit yang dibawa oleh nyamuk pada tahun-tahun yang diawali oleh kejadian El Nino. Penyakit-penyakit ini seperti malaria dan Zika yang disebarkan oleh vektor nyamuk mengalami peningkatan setelah kejadian El Nino karena kondisi iklim tempat tinggal nyamuk dan kondisi untuk transmisi penyakit menjadi ideal.
Ilustrasi nyamuk sebagai vektor penyakit. Gambar oleh WikiImages dari Pixabay.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 yang diterbitkan pada jurnal Climate and Atmospheric Science, oleh Brahmananda Rao menunjukkan akan adanya peningkatan kejadian infeksi virus Zika di Amerika Selatan akibat peningkatan kejadian El Nino ekstrim. Dengan menggunakan model iklim Rao beserta timnya mengenali tahun-tahun yang diprediksi akan mengalami kejadian El Nino ekstrim dan menggunakan kondisi iklim pada tahun tersebut untuk simulasi perkembangan penyakit Zika di Amerika Selatan. Dari hasil analisisnya Rao dapat menunjukkan adanya peningkatan kondisi ideal untuk penyebaran virus Zika dengan vektor nyamuk A. aegypti dan sebaran secara spasial potensi peningkatan ini akan terjadi.
ADVERTISEMENT
FAN untuk Lampu Edison
Sumber: 1, 2, 3 dan 4.