Film Ultra Tipis Ini Memungkinkan Manusia Melihat Dalam Gelap

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Juni 2021 21:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi | Gambar oleh Mihai Paraschiv dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi | Gambar oleh Mihai Paraschiv dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Melihat dalam kegelapan merupakan hal yang hampir mustahil dilakukan oleh manusia. Namun jangan khawatir sebab ilmuwan dari Australian National University (ANU) dan Nottingham Trent University telah berhasil menemukan film kacamata ajaib yang dapat mengatasi masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Ya, film yang tidak memerlukan sumber listrik ini, tak hanya berfungsi layaknya kacamata biasa, tapi juga membantu melihat dalam gelap (night vision).
Dilansir dari dailymail, teknologi ini dikembangkan dari film kristal ultra tipis yang bertindak sebagai filter untuk membantu manusia melihat dalam gelap.
Film logam transparan mengandung lapisan kristal berskala nanometer yang ratusan kali lebih tipis dari rambut manusia. Kristal tipis ini terbuat dari semikonduktor yang disebut galium arsenida. Galium arsenida disusun dalam struktur kristal setebal beberapa ratus nanometer, yang dapat memanipulasi warna atau frekuensi cahaya yang melewatinya.
Nanofilm kristal dapat dipasang langsung ke kacamata dan bekerja dengan mengubah cahaya inframerah, yang tidak terlihat oleh mata manusia, menjadi gambar yang dapat dilihat – bahkan dari kejauhan.
ADVERTISEMENT
Pengujian menunjukkan bahwa nanofilm kristal menghasilkan gambar hijau orbs, mirip dengan yang terlihat saat mengenakan kacamata night vision.
Namun, Dragomir Neshev, professor fisika di Australian National University, mengatakan bahwa teknologi ini menggunakan film untuk memanipulasi cahaya dengan cara yang berbeda dengan kacamata night vision yang sudah ada.
Nanofilm kristal menangkap cahaya inframerah dan mengubahnya secara berbeda dengan menciptakan elektron yang sinyalnya dapat diubah kembali menjadi gambar yang terlihat.
Teknologi ini juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan perangkat serupa.
Pertama, nanofilm kristal dapat bekerja pada suhu kamar. Menurut ketua tim, Dr Mohsen Rahmani dari Nottingham Trent University, foton cahaya inframerah memiliki energi yang sangat rendah. Kondisi ini dapat menyebabkan fluktuasi acak dalam sinyal yang dapat memengaruhi perangkat. Untuk meminimalkan fluktuasi ini, banyak perangkat pencitraan inframerah menggunakan sistem pendingin, terkadang membutuhkan suhu kriogenik. Namun, nanofilm kristal yang sedang dikembangkan justru tidak membutuhkan pendingin untuk bekerja. (dikutip dari The Guardian).
ADVERTISEMENT
Keuntungan kedua adalah dari segi bobot. Nanofilm kristal memiliki ukuran yang lebih ringan dibandingkan teknologi yang sudah ada.
Selain itu, jika seseorang memakai kacamata yang dilengkapi dengan nanofilm di siang hari, mereka masih dapat melihat apa yang biasanya terlihat dengan mata telanjang.
Tim ilmuwan mengklaim bahwa kacamata tersebut dapat membantu orang yang mengemudi di malam hari atau berjalan pulang dalam kondisi gelap.
Meskipun desain kacamata ini masih berupa bukti konsep (proof of concept), para peneliti yakin itu bisa merevolusi teknologi penglihatan dalam gelap, khususnya sebagai pengganti yang murah dan ringan untuk kacamata besar yang digunakan oleh militer dan polisi.
Peneliti terus bekerja secara aktif untuk mengembangkan kacamata nanofilm kristal. Mereka berharap agar teknologi ini dapat mengurangi gas rumah kaca yang disebabkan oleh pencahayaan yang tidak diperlukan untuk melihat di malam hari. Teknologi ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat, terutama yang berada di daerah dengan tingkat penerangan perkotaan dan jalan yang rendah.
ADVERTISEMENT