Konten dari Pengguna

Gas yang Melubangi Ozon itu Bernama dinitrogen monoksida

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
13 Desember 2019 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Gas ini semakin meningkat dan mulai membuat keresahan baru bagi Bumi

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gas ini mungkin menjadi gas yang jarang kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari walaupun jika kita lihat perkembangannya, gas ini mulai banyak diaplikasikan ke dalam banyak hal yang kadang kita tidak duga. Dinitrogen oksida, atau gas yang lebih dikenal luas sebagai gas tertawa, adalah gas kimia dengan rumus N2O. Pada suhu ruang, gas ini berwujud gas yang tak berwarna dan juga tidak mudah terbakar. Di sisi lain, apabila dihirup atau dikecap, gas ini akan terasa sedikit aromanya dengan rasa manis yang juga mengikutinya. Dinitrogen oksida umumnya juga dipakai dalam mobil balap yang dikenal sebagai NOS (Nitrous Oxide System). Selain itu, gas ini juga dipakai luas dalam pembiusan (anestesi) serta pematirasaan (analgesik) yang biasa kita temukan dalam dunia kedokteran.
NOS | Wikimedia.org
Sebuah penelitian terbaru dari sebuah grup ilmuan menemukan bahwa kita (manusia) ternyata melepaskan lebih banyak gas rumah kaca berupa N20 ke atmosfer dibandingkan penemuan sebelumnya yang pernah diungkapkan. dinitrogen monoksida sendiri dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang sudah ada sejak lama serta pencemar udara yang cukup berdampak ke lingkungan sekitarnya. Hal ini lebih dikarenakan N2O termasuk gas yang berbahaya karena memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat dibandingkan dengan CO2 jika diukur dalam rentang waktu 100 tahun.
ADVERTISEMENT
Dinitrogen monoksida ini juga merupakan gas rumah kaca ketiga yang paling berbahaya karena gas yang bisa bertahan lama di lingkungan kita (Bumi), setelah posisi teratas seperti karbon dioksida (CO2) dan metana. Gas ini juga merupakan salah satu zat perusak ozon terutama lapisan stratosfer utama dan kita telah serta terus melepaskan banyak gas ini dalam jumlah yang sangat banyak dari sebelumnya, sebuah studi baru yang diterbitkan oleh Nature Climate Change pada November lalu. Gas ini juga bertambah semakin pesat dimulai pada tahun 2009 sampai saat ini, yang diperkirakan menjadi salah satu penyumbang lubang ozon yang ada di lapisan Bumi ini.
N2O | Wikipedia.org
Lalu, apa yang menyebabkan gas ini bertambah begitu pesatnya dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya? Dalam studi terbaru yang dipimpin oleh Thomson dan Eric Davidson dari Maryland Center for Environmental Science menemukan bahwa jumlah N2O yang ada di atmosfer naik cukup stabil sejak pertengahan abad ke 20. Hal ini terdampak dari aktivitas manusia yang juga meningkatkan dampak gas nitrogen yang dilepaskan ke lingkungan. Hal ini juga dikarenakan sejak abad 20an berjalan, diperkirakan produksi pupuk yang mengandung nitrogen meningkat signifikan. Selain itu, penanaman tanaman pengikat nitrogen (seperti semanggi, kedelai, alfalfa, lupin, dan kacang tanah) dan pembakaran fosil serta biofuel telah meningkatkan ketersediaan substrat nitrogen di lingkungan.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menemukan bahwa emisi N2O meningkat secara global hingga sekitar 10% antara tahun 2000-2005 dan 2010-2015. Jumlah ini sekitar dua kali lebih besar dari yang dilaporkan kepada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim berdasarkan jumlah pupuk nitrogen dan pupuk kandang yang digunakan serta faktor emisi standar yang ditentukan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa terjadi adanya metode yang berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya dimana IPCC harus membenahi hal tersebut agar perkiraan kerusakan ozon tidak terjadi begitu cepat dan bisa diatasi dengan segera.
anastesi | wikimedia.org
Eric Davidson sendiri menyebutkan bahwa "Publikasi baru ini menunjukkan bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah meningkatnya emisi gas rumah kaca dan bagaimana upaya saat ini gagal di beberapa wilayah di dunia". Emisi gas ini datang secara signifikan dari pupuk yang digunakan juga untuk makanan kita, sehingga sudah saatnya juga kita memikirkan bagaimana cara kita memproduksi makanan yang mengandung sedikit emisi N2O yang berpotensi merusak lingkungan. Pemakaian pupuk yang mengandung gas N2O serta intensifikasi produksi ternak menjadi dampak utama dimana gas tersebut berasal, sehingga perlu dipikirkan bagaimana cara untuk menguranginya tanpa mengurangi pasokan makanan kita. Eropa dan Amerika Utara sendiri telah menerapkan beberapa aplikasinya, dimana Asia dan Amerika Selatan masih jauh tertinggal terkait hal ini. Suatu aksi bersama yang harus diselesaikan agak ancaman global tidak semakin meluas.
ADVERTISEMENT