Konten dari Pengguna

I’m not a robot! Inilah Fakta Menarik si CAPTCHA yang Sering Bikin Kesal

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
13 November 2020 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Classic CAPTCHA
CAPTCHA dibuat dan dikembangkan pada tahun 2000 oleh Luis von Ahn, Manuel Blum, Nicholas Hopper dan John Langford dari Computer Science Department, Carnegie Mellon University, USA. Tahukah kamu bahwa CAPTCHA adalah sebuah akronim? Yup, CAPTCHA adalah akronim dari Completely Automated Public Turing Test to Tell Computers and Humans Apart. Secara sederhana, CAPTCHA adalah program yang dapat menentukan apakah pengguna internet tersebut seorang Homo sapiens atau bots spam.
ADVERTISEMENT
Para pengguna internet−angkatan jadul tahun 2000-an awal hingga 2010-an−hampir dapat dipastikan pernah diminta untuk mengisi test CAPTCHA–misalnya ketika akan membuat akun Yahoo! Mail, atau sebelum sign up Facebook dan WordPress. Test itu berupa kombinasi karakter huruf dan angka yang diregangkan dan dimanipulasi/didistorsi, sehingga hanya manusia yang dapat melalui test tersebut, sementara program komputer bots–setidaknya pada saat itu−tidak bisa melakukannya. CAPTCHA dibutuhkan oleh sebuah website untuk melindungi web tersebut dari serangan bots spam.
CAPTCHA vs Bots | Wikimedia Commons

reCAPTCHA: Menggunakan hasil scan buku asli!

Seiring berjalannya waktu, program komputer bots semakin pintar sehingga mampu membobol pertahanan CAPTCHA. Luis von Ahn dan rekan-rekannya kemudian mulai mengembangkan reCAPTCHA pada tahun 2007.
ReCAPTCHA adalah proyek yang sangat brilian. Proyek yang dimulai oleh Luis von Ahn dkk ini bekerja sama dengan Internet Archive, sebuah perpustakaan digital di San Francisco, California. Internet Archive menampung lebih dari 200.000 scan/pemindaian buku klasik. Beberapa jenis buku-buku tersebut dibuat dengan indah dan dengan gaya yang mewah, sehingga komputer tidak dapat mendigitasi atau menerjemahkan teks scan buku tersebut menjadi teks digital yang dapat diindeks.
ADVERTISEMENT
Program reCAPTCHA memanfaatkan pengguna internet untuk menerjemahkan gambar teks tersebut. Yup, teks yang muncul di box verifikasi reCAPTCHA adalah teks asli yang berasal dari hasil scan buku. Secara tidak langsung pengguna internet telah membantu Internet Archive untuk mendigitasi teks buku. Sangat sesuai dengan slogan reCAPTCHA “stop spam. read books”
Pada presentasi TEDxCMU di tahun 2011, Luis von Ahn mengatakan bahwa situs yang menggunakan reCAPTCHA sangat tinggi sehingga jumlah kata yang didigitasi sangat tinggi. Tiap harinya, sekitar 100 juta kata terdigitasi, yang jika dikonversi maka jumlah itu setara dengan dua 2,5 juta buku selama satu tahun. Mengesankan!
Teks reCAPTCHA adalah hasil scan teks asli | Wikimedia Commons
Berawal dari anggapan CAPTCHA hanya buang-buang waktu saja hingga beralih ke reCAPTCHA yang membantu mendigitasi teks buku.
ADVERTISEMENT

No CAPTCHA reCAPTCHA

Teknologi semakin berkembang dan tibalah saat munculnya teknologi yang bisa memecahkan test reCAPTCHA. Teknologi tersebut dikenal dengan Artificial Intelligence (AI) atau teknologi kecerdasan buatan. Dilansir dari situs blog Google, penelitian menunjukkan bahwa teknologi AI saat ini mampu memecahkan test reCAPTCHA tersulit dengan akurasi mencapai 99,8%. Hal ini menunjukkan bahwa teks terdistorsi reCAPTCHA tak lagi menjadi test anti bots spam yang dapat diandalkan.
Google kemudian mengembangkan No CAPTCHA reCAPTCHA, dimana Google mengamati data dan perilaku pengguna internet, kemudian dengan satu klik “I’m not a robot” Google dapat membedakan apakah pengguna seorang manusia atau bots.
Single click reCAPTCHA | F. Asri
Namun begitu, reCAPTCHA tidak sepenuhnya dibuang begitu saja. Jika mesin analisis risiko tidak yakin apakah pengguna internet tersebut manusia atau bots, maka akan muncul test reCAPTCHA lanjutan. Test tersebut dapat berupa image berisi teks atau memilih image yang sesuai dengan perintah. Pengembang menilai bahwa bagi manusia, mengklik box yang ada traffic lights-nya lebih mudah daripada mengetik teks terdistorsi. Dan test ini lagi-lagi tak mudah dilalui oleh bots.
ADVERTISEMENT
Sumber lain:
https://www.cmu.edu/homepage/practical/2007/spring/stop-spam-read-books.shtml