Keajaiban di Lembah Kematian California

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
20 Januari 2019 8:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber gambar: Pixabay
Bukan tanpa sebab, lembah yang ada di California, Amerika Serikat, diberi nama Lembah Kematian atau Death Valley, sebuah nama yang cukup mengerikan. Lembah itu bahkan bisa berubah menjadi neraka dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan menunjukkan bahwa kawasan yang terletak di perbatasan Negara Bagian California dan Nevada ini menyembunyikan dapur magma yang siap meletus. Cekungan ini merupakan daerah terpanas dan terkering di kawasan Amerika Utara.
Pada 1913, temperatur di kawasan ini mencapai 57,7 derajat celsius, sedikit lebih rendah ketimbang rekor suhu daerah terpanas setinggi 57,8 derajat celsius di Aziziya, Libya, pada 1922. Batuan yang tersebar di daerah tandus ini dikenal menyimpan emas dan perak.
Karenanya, banyak penambang amatir mencoba menjelajahi daerah ini untuk mengeruk hasil bumi yang tak banyak dilirik suku asli Timbisha penghuni gurun. Namun, mineral mulia bukan satu-satunya yang tersimpan di kawasan ini.
Pada kedalaman beberapa kilometer di bawah gurun, peneliti mengindikasikan keberadaan magma yang terus bergerak mendekati permukaan. Sekitar 800 tahun lalu, material panas ini menyentuh lapisan air tanah. Hasilnya, terjadilah ledakan.
Death Valley, California (Foto: Wikimedia.commons)
Kelompok peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory milik Columbia University menjelaskan pemandangan menakutkan selama peristiwa itu. Percampuran dengan magma panas meningkatkan temperatur air tanah, dan diikuti dengan bertambahnya tekanan bawah permukaan yang mendorong tanah di atasnya hingga tampak sebagai ledakan.
ADVERTISEMENT
Hamburan tanah ke udara menyebabkan munculnya kawah sedalam 240 meter yang kini dikenal dengan nama Ubehebe. Diameter kawah yang tercipta mencapai 800 meter. Tekanan oleh air tanah juga menyebabkan munculnya gas mematikan berbentuk cendawan raksasa seperti ledakan bom nuklir.
Di permukaan tanah, gas merambat pada kecepatan 200 meter per jam. "Pemandangan yang mengesankan. Agar selamat, harus disaksikan dari jarak 16 kilometer dari lokasi kejadian," kata Brent Goehring, peneliti dari Lamont-Doherty Earth Observatory.
Bukti kimia yang dikumpulkan dari sampel batuan di sekitar kawah menunjukkan erupsi kawah merupakan peristiwa berulang setiap 1.000 tahun. Pada kawah Ubehebe, erupsi terakhir kali terjadi sekitar tahun 1300.
"Catatan ini membuat peristiwa erupsi berikutnya berbeda setipis rambut dalam skala waktu geologi. Anggapan bahwa Ubehebe telah habis tak berdasar," ujar Nicholas Christie-Blick, profesor dari Lamont-Doherty Earth Observatory.
Death Valley, California (Foto: Pixabay)
Namun, siapa sangka berawal dari genangan air yang ditimbulkan oleh badai berkepanjangan bisa menyulap lembah kematian menjadi taman bunga nan indah dan memunculkan bunga-bunga cantik lebih dari 20 spesies.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari spesies ini dikabarkan merupakan spesies yang jarang sekali muncul di Death Valley National Park atau dapat dibilang langka. Fenomena ini benar-benar menjadi tontonan menarik bagi warga California. Area ini sekarang menjadi yang terbaik di Death Valley National Park selama 10 tahun terakhir, dilansir dari Techtimes.
Sebenarnya, Death Valley National Park telah memegang rekor dunia sebagai tempat terpanas dari seluruh wilayah yang ada di belahan dunia. Selain itu, Death Valley National Park juga merupakan salah satu daerah terkering di Amerika Utara dengan hanya rata-rata dua inci hujan per tahunnya.
Kondisi ekstrem seperti ini membuat sulit bagi kebanyakan tanaman untuk bisa tumbuh di area tersebut. Sementara bunga liar ini mekar setiap musim semi, beberapa faktor seperti suhu dan curah hujan memengaruhi kepadatan, variasi, dan sejauh mana mereka mekar.
ADVERTISEMENT
Mekarnya bunga-bunga ini dipicu oleh badai berturut-turut pada Oktober 2015, badai ini telah merendam sebagian besar area itu yang mana memungkinkan untuk memunculkan bibit-bibit bunga liar pada kondisi yang tepat, yang mana badai di California telah menyulap lembah kematian menjadi taman surga.
Bunga di Death Valley, California (Foto: Pixabay)
Menurut ahli cuaca di sana, salah satu area di Death Valley National Park telah menerima lebih dari tiga inci hujan hanya dalam waktu lima jam pada bulan Oktober. Rendaman yang dihasilkan badai, menggantikan pasokan air yang cukup selama berbulan-bulan. Oleh karena itu, 20 jenis spesies ini dapat mekar secara sempurna.
Bukit-bukit dan kipas aluvial ini biasanya hanya memiliki batu dan kerikil, area ini benar-benar gersang dan panas menyengat. Sekarang kondisinya sudah berbeda, mata anda akan dipenuhi warna kuning, putih, pink, dan ungu dari bunga-bunga ini.
ADVERTISEMENT
"Pada pandangan pertama, anda akan dipastikan terpesona oleh lebatnya bunga di sana, kemudian pada pemeriksaan lebih dekat, keragaman spesies akan menarik rasa ingin tahu anda," kata Alan Van Valkenburg, selaku penjaga taman ini selama seperempat abad.
Biasanya, Death Valley adalah gurun tandus dengan hanya batu dan tanah katanya, dan fenomena ini menjadi pengalaman sekali dalam seumur hidupnya selama bekerja di sini. Jadi, Death Valley sekarang benar-benar tak pantas lagi mendapat gelar lembah kematian, tambah Valkenburg.
Valkenburg juga menambahkan kalau dia pertama kali kerja di sana pada awal 1990-an. Dia pernah sekali mendengar beberapa cerita dari seniornya kalau area itu pernah ditumbuhi bunga-bunga yang indah. Namun, kala itu Valkenburg tak percaya dan menganggapnya hanya sebatas mitos. Kali ini dengan adanya fenomena tersebut, Valkenburg benar-benar percaya kalau itu bukan sekadar mitos.
ADVERTISEMENT