Lautan Juga Terdampak Polusi Suara (Kebisingan)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 20:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Sebuah tim peneliti mencoba memahami bagaimana suara buatan manusia mempengaruhi satwa liar yang ada di lautan. Lalu, bagaimanakah hasilnya?

ADVERTISEMENT
Penelitian yang melibatkan beberapa hewan laut yang terdiri dari invertebrata hingga paus ini menemukan banyak bukti bahwa fauna laut, dan ekosistemnya, terkena dampak negatif dari kebisingan yang mereka dengar sehari-hari. Kebisingan ini mengganggu beberapa hal terkait dengan perilaku, fisiologi, dan reproduksi mereka, bahkan dalam kasus yang ekstrim, hal ini dapat menyebabkan kematian. Para peneliti menduga bahwa kebisingan yang disebabkan oleh manusia dianggap sebagai penyebab stres yang lazim pada skala global dan menyerukan agar kebijakan dikembangkan untuk mengurangi dampaknya terhadap ekosistem lautan juga.
Ship Cargo Transport | Pixabay.com
Deburan ombak di sepanjang garis pantai yang jauh bergelombang dengan keteraturan adalah suara yang kebanyakan kita asosiasikan dengan lingkungan laut. Tapi “soundtrack” samudra sehat tidak lagi mencerminkan lingkungan akustik samudra saat ini, yaitu kebisingan yang diganggu oleh kebisingan buatan manusia. Sebuah tim peneliti global berangkat untuk memahami bagaimana suara buatan manusia memengaruhi satwa liar, penelitian yang dipimpin oleh Profesor Carlos M. Duarte, profesor terkemuka di Universitas Sains dan Teknologi King Abdullah (KAUST), membuka mata terhadap prevalensi global dan intensitas dampak kebisingan laut. Sejak Revolusi Industri, manusia telah membuat planet ini, khususnya lautan, lebih berisik melalui penangkapan ikan, perkapalan, pembangunan infrastruktur dan hal lainnya. Terlebih mungkin beberapa aktivitas juga turut membungkam suara dari hewan laut yang mendominasi lautan yang masih asli sebelum manusia mulai menjajaki lautan sebagai salah satu sumber daya yang ingin “di ekstrak”.
ADVERTISEMENT
Pemandangan suara adalah indikator yang sangat kuat untuk kesehatan lingkungan, seperti yang telah dilakukan di kota-kota di daratan, para peneliti telah mengganti suara alam di seluruh lautan dengan suara manusia untuk melihat dampak yang ditimbulkannya. Kerusakan habitat, seperti terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut dengan penangkapan berlebihan, pembangunan pesisir, perubahan iklim, dan tekanan manusia lainnya, semakin membungkam suara karakteristik yang memandu larva ikan dan hewan lain yang melayang di laut untuk mencari dan menetap di habitat mereka, secara sederhana mungkin bisa dikatakan bahwa “panggilan rumah” tidak lagi terdengar di banyak ekosistem dan wilayah hewan-hewan laut tersebut.
Ship dock Traffic | Pixabay.com
Menurut para peneliti, lingkungan laut antroposen tercemar oleh suara buatan manusia dan harus direstorasi ke suatu iklim yang lebih tradisional. Namun, kerangka kerja saat ini untuk meningkatkan kesehatan laut mengabaikan kebutuhan untuk mengurangi kebisingan sebagai prasyarat untuk laut yang sehat. Seperti yang kita ketahui, suara menyebar jauh dan cepat di bawah air. Terlebih lagi, hewan laut merupakan makhluk hidup yang peka terhadap suara, dimana mereka menggunakannya sebagai sinyal sensorik utama yang memandu semua aspek perilaku dan ekologi mereka. Hal ini membuat pemandangan laut menjadi salah satu aspek lingkungan laut yang paling penting, dan mungkin kurang dihargai, sehingga para peneliti mendorong untuk mengurangi tingkat kebisingan di laut, agar memungkinkan untuk hewan laut kembali menggunakan suara laut sebagai “indera” mereka.
ADVERTISEMENT
Tim tersebut mulai mendokumentasikan dampak kebisingan pada hewan laut dan ekosistem laut di seluruh dunia. Mereka menilai bukti yang terkandung di ribuan makalah untuk mengkonsolidasikan bukti yang meyakinkan bahwa suara buatan manusia berdampak pada kehidupan laut dari invertebrata hingga paus di berbagai tingkatan, dari perilaku hingga fisiologi. Kesimpulan sementara dari tinjauan tersebut adalah bahwa mengurangi dampak kebisingan dari aktivitas manusia pada kehidupan laut adalah kunci untuk mencapai laut yang lebih sehat. Studi yang dipimpin KAUST mengidentifikasi sejumlah tindakan yang mungkin harus dibayar tetapi relatif mudah diterapkan untuk meningkatkan Kesehatan laut. Dengan demikian, hal ini akan memungkinkan pemulihan kehidupan laut dan tujuan pemanfaatan laut secara berkelanjutan. Misalnya, inovasi teknologi sederhana sudah mengurangi kebisingan baling-baling dari kapal dan kebijakan dapat mempercepat penggunaannya dalam industri perkapalan dan melahirkan inovasi baru.
ADVERTISEMENT