Lebih Jauh Mengenai Pola-pola Tidur

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Maret 2019 0:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berapa jam waktu yang kamu habiskan untuk tidur? Apakah kamu termasuk yang menggunakan waktu siang untuk bekerja dan waktu malam untuk tidur? Atau justru sebaliknya, menghabiskan waktu siang untuk tidur dan malam untuk bekerja?
ADVERTISEMENT
Pada umumnya manusia menghabiskan 1/3 waktunya untuk tidur atau sekitar 7-8 jam dalam sehari. Pola tidur seperti ini dikenal dengan sebutan pola tidur Monofasik, dimana kita hanya mengenal 1 waktu tidur per harinya. Meski pada kondisi normal waktu tidur monofasik memiliki durasi 8 jam, namun waktu tersebut dapat bervariasi sesuai kondisi dan kebutuhan tidur seseorang. Pola tidur semacam ini telah diikuti sejak pada masa kuno yang didasari atas pertimbangan kondisi lingkungan. Malam hari digunakan sebagai waktu untuk tidur karena cahaya yang didapat sangat terbatas, hanya dari sinar bintang dan bulan sehingga akan menyulitkan dalam beraktivitas. Sementara siang hari dimana sinar matahari bersinar sangat terangnya mampu memberikan energi bagi hewan, tumbuhan, serta manusia untuk beraktivitas. Saat ini, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju, manusia tidak hanya dapat bekerja di siang hari, termasuk juga malam hari dengan bantuan penyinaran buat dari lampu atau alat penerang lainnya. Hal ini tentu memberikan keuntungan karena kita dapat bekerja di saat apapun, tanpa tergantung oleh kondisi lingkungan. Meski demikian, kondisi tersebut memberikan dampak pula bagi pola tidur manusia. Pekerjaan yang tidak terbatas oleh waktu membuat kita harus menyesuaikan pola tidur yang digunakan sehari-hari. Akibatnya terbentuk pola-pola tidur baru yang bertujuan mengakomodasi kebutuhan tidur seseorang.
ADVERTISEMENT
Selain pola tidur monofasik seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, terdapat pola tidur tipe bifasik dimana per harinya seseorang akan tidur sebanyak 2 kali. Biasanya, tipe bifasik terdiri atas tidur panjang sepanjang malam dan istirahat pendek di siang hari. Pola seperti ini mungkin juga sudah sering kita tahu dan lakukan, yaitu menggunakan waktu istirahat siang untuk tidur sejenak (napping). Dalam kebudayaan Spanyol, kebiasaan ini dikenal dengan sebutan Siesta yang adalah tidur siang singkat setelah makan siang. Tidak hanya di Spanyol, Siesta telah tersebar di negara-negara Amerika Latin, kecuali Brazil yang lebih terpengaruh budaya Portugis. Kebiasaan ini biasanya dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 30 menit, karena semakin lama kita akan semakin memasuki tahapan tidur yang lebih dalam sehingga akan lebih sulit untuk bangun. Apabila dilakukan dengan baik, tidur singkat di siang hari ini dapat memberikan penyegaran dan benar-benar dapat memberikan efek tidur yang sama dengan tidur dalam beberapa jam layaknya tidur malam. Meski siesta termasuk contoh penerapan tidur bifasik, tapi pola tidur ini tidak harus terdiri atas tidur malam yang diikuti oleh tidur singkat di siang hari. Dua kali tidur dalam interval waktu yang teratur maupun tidak teratur juga merupakan bentuk penerapan pola bifasik. Alternatif penerapan pola bifasik lainnya adalah dengan tidur siang justru lebih panjang dari sekedar 30 menit, yakni sekitar 90 menit. Cara ini cukup bekerja efektif karena tidur panjang memberikan waktu bagi tubuh untuk melengkapi siklus tidurnya secara penuh.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan pola kehidupan yang semakin bervariasi secara tidak langsung turut mempengaruhi pola tidur yang juga semakin bervariasi. Tidak hanya sekedar tidur dalam 2 waktu, namun beberapa orang telah mulai menjalani beragam tipe pola tidur yang menghasilkan kombinasi berbeda-beda. Pola yang disebut sebagai pola tidur polifasik menggunakan beberapa waktu tidur sebagai sebuah pola. Di antara tipe-tipe yang terkenal adalah:
a. Everyman
Tipe pertama ini terdiri atas periode tidur inti yang diikuti oleh sejumlah tidur singkat. Pola Everyman mengombinasikan tidur malam dan 3 kali tidur yang lebih singkat di siang hari. Contoh penerapan Everyman meliputi tidur inti selama kurang lebih 3 jam di tiap malam, serta 3 kali tidur siang yang lebih singkat masing-masing selama durasi 20 menit. Jadi secara keseluruhan waktu yang dihabiskan per harinya untuk tidur adalah 4 jam.
ADVERTISEMENT
b. Uberman
Bagi yang ingin memaksimalkan waktu terjaga, menerapkan siklus Uberman dapat menjadi pilihan. Tipe ini menerapkan 6 interval waktu dengan total keseluruhan waktu tidur sepanjang 3 jam. Dalam setiap 4 jam waktu berjalan penganut uberman diberi kesempatan untuk tidur selama tidak lebih dari 30 menit (biasanya 20 menit). Secara teratur umumnya mereka akan tidur pada pukul 2 pagi, 6 pagi, 10 pagi, 2 siang, 6 sore, dan 10 malam. Dengan pembagian waktu seperti ini, pola Uberman menjadi yang paling sulit diterapkan, sekaligus yang paling kurang fleksibel. Jika kehilangan 1 waktu tidur, maka untuk dapat tidur lagi harus menunggu sampai waktu berikutnya, sehingga kerap kali justru menyebabkan seseorang menjadi kurang tidur.
ADVERTISEMENT
c. Dymaxion
Siklus tidur ini diuji dan diberi nama oleh arsitek asal Amerika, Buckminster Fuller, yang sangat bersemangat dengan pekerjaannya sehingga ingin memaksimalkan waktu untuk dicurahkan pada pekerjaannya. Oleh karenanya dia bereksperimen dengan menerapkan jadwal tidur setengah jam (30 menit) sebanyak 4 kali di siang hari. Secara keseluruhan waktu tidur yang digunakan menjadi 2 jam per harinya. Meski waktu yang digunakan untuk bekerja menjadi panjang, hal ini tentu memberikan efek kekurangan tidur yang sangat signifikan.
Dari pola-pola tidur tersebut mengandung kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Yang jelas tujuan terbentuknya pola-pola tidur semacam ini tentu saja agar dapat memaksimalkan kinerja saat terjaga, di sisi lain meminimalisir waktu yang dihabiskan untuk tidur. Pola tidur mana yang paling cocok dengan diri kita, sudah pasti itu tergantung dari kebutuhan dan kondisi tubuh masing-masing.
Sumber gambar: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT