Memahami Konsep Infinity Satoru Gojo dalam Serial Manga Jujutsu Kaisen

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
14 April 2021 8:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Serial manga karya Gege Akutami, Jujutsu Kaisen, kembali meroket. Alur cerita yang menarik dan karakter-karakternya yang unik membuat manga ini populer di kalangan para pecinta komik Jepang.
Serial Manga Jujutsu Kaisen | Wikimedia commons
Dari banyaknya karakter unik di manga Jujutsu Kaisen, ada satu karakter kuat –bernama Satoru Gojo− yang mengaplikasikan salah satu konsep paradoks matematika paling populer “Paradoks Zeno” pada teknik kutukan andalan Satoru Gojo: Infinity atau ketakhinggaan. Teknik kutukan (curse technique) tersebut memungkinkan tubuh Gojo tidak bisa disentuh oleh apapun. Semua objek yang bergerak mendekatinya akan semakin bergerak melambat dan tidak pernah sampai pada tujuan –tidak akan bisa menyentuh tubuh pengguna teknik kutukan ini−
ADVERTISEMENT
Seperti apa sih konsep Paradoks Zeno?
Zeno of Elea
Zeno dari Elea adalah seorang filsuf –bukan seorang ahli matematika− yang lahir sekitar tahun 490 SM di Elea, sekarang Velia, Italia Selatan. Zeno merupakan teman sekaligus murid Parmenides –dikenal sebagai pendiri metafisika atau ontologi, yang cukup berpengaruh pada sejarah filsafat Barat− yang berusia 25 tahun lebih tua dari Zeno.
Zeno meyakini bahwa segala bentuk pergerakan atau perubahan tempat, secara logis, adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Zeno berargumen dengan melakukan serangkaian argumen yang cukup sederhana dan fasih meski membingungkan. Argumen Zeno untuk mendukung keyakinannya tersebut dikenal sebagai Paradoks Zeno.
Paradoks Zeno
Ada empat paradoks Zeno yang paling terkenal dan sempat disalin dalam catatan Aristotle. Namun kita akan membahas satu Paradoks Zeno yang “diaplikasikan” dalam teknik kutukan Infinity Gojo Satoru, yaitu Paradoks Achilles dan Kura-kura, dikenal juga sebagai Paradoks Dikotomi
ADVERTISEMENT
Paradoks Dikotomi
Pada dasarnya, Zeno berpendapat bahwa sebelum sebuah objek mencapai titik tujuannya, objek tersebut harus terlebih dahulu menempuh setengah perjalanan. Setelah itu, objek kembali harus menempuh setengah jarak perjalanan yang tersisa. Kemudian, objek kembali menempuh setengah jarak perjalanan sisa berikutnya, begitu seterusnya, Ad infinitumto infinity− atau hingga tak terbatas.
Cara lain untuk memahami ini adalah dengan memisalkan sebuah objek O bergerak ke titik A, dengan jarak X. Pergerakan pertama adalah objek O menempuh jarak X setengah perjalanan menjadi ½, kemudian O menempuh setengah perjalanan sisa menjadi ¼, kemudian O bergerak setengah lagi menjadi 1⁄8, kemudian 1⁄16, 1⁄32, dan seterusnya hingga tak terbatas. Total jarak yang ditempuh objek O adalah ½ + ¼ + 1⁄8 + 1⁄16 + 1⁄32… hasilnya mendekati 1, namun tidak pernah benar-benar 1 (tidak pernah mencapai tujuan).
ADVERTISEMENT
Dari argumen ini, dapat disimpulkan bahwa jarak X sebenarnya bernilai tak hingga atau infinity, sehingga menurut Zeno tidak mungkin sebuah objek dapat mencapai atau bahkan melintasi titik A yang nilainya tak hingga.
Ilustrasi menempuh setengah perjalanan, tak hingga, Paradoks Zeno | Wikimedia commons
Paradoks inilah yang diaplikasikan dalam teknik kutukan Infinity Gojo. Ketika Gojo ‘mengaktifkan’ teknik infinity-nya, maka segala objek yang mendekati tubuhnya akan semakin bergerak melambat. Objek yang mendekatinya memang bergerak, namun dalam titik tertentu objek tersebut seolah-olah (terlihat) berhenti akibat pergerakan yang semakin mengecil.
Menyanggah Paradoks Zeno
Selama ribuan tahun para ahli matematika dan filsuf mencoba mencari solusi untuk menjawab teka-teki Paradoks Zeno, namun tidak ada yang memuaskan. Hingga akhirnya pada abad ke-17, menggunakan formula matematika dari Augustin-Louis Cauchy, teka-teki Paradoks Dikotomi Zeno terjawab. Deret tak hingga ½ + ¼ + 1⁄8 + 1⁄16 + 1⁄32 + … dapat menyatu dengan bilangan hingga (dalam hal ini bernilai 1).
ADVERTISEMENT
Meskipun teka-teki telah terjawab, Paradoks Dikotomi Zeno yang bertahan ribuan tahun justru telah memicu ilmuwan tentang konsep gerak, ruang, dan waktu. Luar biasa!
Sumber: 1 dan 2