Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Memberi dan Menerima, Manakah yang Lebih Baik Dipandang Dari Sisi Sains?
5 Februari 2021 20:00 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hal ini mungkin pernah kita dengarkan Ketika kita kecil, tentu jawaban dari beberapa orang mungkin condong ke satu sisi, namun apakah ada sains dibalik hubungan memberi dan menerima tersebut?
ADVERTISEMENT
Hal terkait memberi dan menerima telah diajarkan oleh orang tua kita sejak kita masih kecil. Menurut studi dari University of California (Davis) sendiri, anak-anak kecil yang telah mengalami cinta kasih dan empati dari ibu mereka mungkin lebih bersedia untuk mengubah pikiran menjadi tindakan dengan bermurah hati kepada orang lain. Dalam studi yang dilakukan dalam skala laboratorium, anak-anak yang diuji pada usia 4 dan 6 tahun menunjukkan lebih banyak kesediaan untuk menyerahkan barang yang mereka peroleh kepada anak-anak yang membutuhkan. Namun penelitian tersebut mencatat adanya catatan khusus jika hanya anak tersebut mengalami pola pengasuhan yang baik. Penelitian ini awalnya melibatkan 74 anak usia prasekolah dan ibu mereka. Mereka diundang kembali dua tahun kemudian, menghasilkan 54 pasangan ibu-anak yang perilaku dan reaksinya dianalisis ketika anak-anak berusia 6 tahun. Lalu hal apakah yang terjadi?

Paul Hastings, profesor psikologi UC Davis dan mentor dari mahasiswa doktoral yang memimpin penelitian mengatakan bahwa pada kedua usia, anak-anak dengan regulasi fisiologis yang lebih baik dan dengan ibu yang mengungkapkan cinta kasih yang lebih kuat cenderung menyumbangkan lebih banyak dari pendapatan mereka. Di sisi lain, para ibu yang penyayang kemungkinan besar mengembangkan hubungan dekat secara emosional dengan anak-anak mereka sembari juga memberikan contoh awal orientasi prososial terhadap kebutuhan orang lain.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan ini sendiri didukung oleh Fetzer Institute, Mindfulness Connections, dan National Institute of Mental Health. Para peneliti melakukan percobaan dan Analisa dalam setiap latihan lab, setelah memasang monitor untuk merekam aktivitas detak jantung anak-anak, penguji memberi tahu anak-anak bahwa mereka akan mendapatkan barang untuk berbagai aktivitas, dan barang tersebut dapat diserahkan untuk mendapatkan hadiah. Barang itu dimasukkan ke dalam kotak, dan setiap anak akhirnya mendapatkan 20 barang hadiah. Kemudian sebelum sesi berakhir, anak-anak diberitahu bahwa mereka dapat mendonasikan seluruh atau sebagian barang mereka kepada anak-anak lain. Jika diingat, pada contoh pertama, mereka diberitahu ini untuk anak-anak sakit yang tidak dapat datang dan bermain, dan pada contoh kedua , mereka diberi tahu bahwa anak-anak itu mengalami kesulitan tertentu agar ada parameter tambahan dalam mereka melakukan pertimbangan terkait memberi dan menerima.
Lebih jauh lagi, pada saat yang sama, para ibu menjawab pertanyaan tentang cinta kasih mereka kepada anak-anak mereka dan orang lain pada umumnya. Para ibu ini lebih memilih sebuah frase dalam sebuah survei seperti beberapa kalimat berikut: (1) "Saya lebih suka terlibat dalam tindakan yang membantu anak saya daripada terlibat dalam tindakan yang akan membantu saya." (2) "Mereka yang saya temui melalui pekerjaan dan kehidupan publik saya dapat berasumsi bahwa saya akan berada di sana jika mereka membutuhkan saya." (3) "Saya lebih suka menderita sendiri daripada melihat orang lain (orang asing) menderita." Secara keseluruhan dari hasil penelitian, temuan menunjukkan bahwa kemurahan hati anak-anak didukung oleh kombinasi pengalaman sosialisasi mereka dengan kasih sayang ibu mereka dan regulasi yang terjadi fisiologis mereka. Sehingga jika hal ini bekerja maka hal ini akan seperti "dukungan internal dan eksternal untuk kapasitas untuk bertindak secara prososial yang membangun satu sama lain. "
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian serupa ternyata juga terjadi pada anak dengan usia 4 dan 6 tahun. Selain mengamati kecenderungan anak-anak untuk menyumbangkan barang yang awalnya mereka terima, para peneliti mengamati bahwa menjadi lebih murah hati juga tampaknya menguntungkan bagi anak-anak. Pada usia 4 dan 6 tahun, pencatatan fisiologis menunjukkan bahwa anak-anak yang menyumbangkan lebih banyak barang memiliki perasaan lebih tenang setelah kegiatan dilakukan, dibandingkan dengan anak-anak yang menyumbangkan sedikit barang mereka. Sehingga para peneliti menyimpulkan secara singkat bahwa perilaku prososial mungkin secara intrinsik efektif untuk menenangkan gairah sendiri dan jika seseorang dalam keadaan yang lebih tenang setelah berbagi dapat memperkuat perilaku dermawan yang menghasilkan perasaan baik setelahnya.