Konten dari Pengguna

Memiliki Arti 'Sembilan', Mengapa November Menjadi Bulan ke-11?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
16 November 2020 21:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kalender | Gambar oleh tigerlily713 dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kalender | Gambar oleh tigerlily713 dari Pixabay
ADVERTISEMENT
November merupakan bulan kesebelas dalam setahun, namun tahukah kalian bahwa sebenarnya nama 'November' diambil dari kata Latin untuk angka sembilan. Penamaan ini juga terjadi pada beberapa bulan lainnya, seperti September, Oktober dan Desember, yang dinamai menurut angka Romawi mereka, yaitu tujuh, delapan dan sepuluh. Juli dan Agustus dulunya dinamai Quintilis dan Sextilis, yang berarti bulan kelima dan keenam, sebelum diganti namanya berdasarkan nama Julius Caesar dan ahli warisnya, Augustus. Nah, kalian pasti bertanya-tanya, mengapa nama-nama ini tidak sesuai dengan urutan bulannya?
ADVERTISEMENT
Ada dua teori terkait perubahan urutan bulan. Yang pertama adalah teori yang mengatakan bahwa dulunya, dalam kalender Romawi hanya ada 304 hari yang terbagi dalam 10 bulan. Dilansir dari situs crowl.org, kesepuluh bulan ini dimulai dari Martius 'Maret', Aprilis 'April', Maius 'Mei', Junius 'Juni', Quintilis 'Juli', Sextilis 'Agustus', September 'September', Oktober 'Oktober', November 'November', Desember 'Desember', dan mungkin dua bulan tanpa nama di tengah musim dingin.
Namun suatu ketika, Numa Pompilius, raja kedua Roma sekitar 700 SM, menambahkan dua bulan, yaitu Januarius 'Januari' dan Februarius 'Februari'. Dia juga memindahkan awal tahun dari Maret ke Januari dan mengubah jumlah hari dalam beberapa bulan menjadi ganjil, yang dipercaya merupakan angka keberuntungan. Setelah Februari, kadang-kadang ada tambahan satu bulan Intercalaris 'intercalendar'. Inilah asal mula hari pada tahun kabisat di bulan Februari.
ADVERTISEMENT
Pada 46 SM, Julius Caesar mereformasi kalender Romawi menjadi kalender Julius atau Julian, dimana Setiap 3 tahun terdapat 365 hari, dan setiap tahun ke-4 terdapat 366 hari. Sistem ini juga menghapus Intercalaris.
Teori yang kedua mengatakan bahwa sejak awal, ada 12 bulan dalam satu tahun. Tahun baru biasanya jatuh tanggal 1 Maret dan bulan terakhir dalam setahun adalah Februari. Tetapi selama beberapa dekade dan abad, melalui serangkaian perubahan birokrasi dan politik, tahun baru pun berpindah sehingga jatuh pada 1 Januari.
Amelia Carolina Sparavigna, fisikawan di Polytechnic University of Turin di Italia telah melakukan studi archaeo-astronomical untuk memetakan fase bulan yang tepat dari kalender Roma kuno. Dia dengan tegas meyakini teori pertama, yaitu teori 10 bulan. Januari dan Februari merupakan bulan yang dikembangkan terutama untuk petani, karena pada bulan-bulan itu hanya sedikit atau tidak ada pertanian yang dikerjaan. Kepada Live Science Sparavigna menambahkan bahwa setelah jeda di musim dingin, tahun dimulai dari bulan Maret.
ADVERTISEMENT
Orang Romawi dikenal sangat terorganisir, lalu, mengapa mereka memperkenalkan dua bulan baru dan kemudian mengabaikan nama bulan yang tidak sesuai dengan urutan? Nah, jawabannya mungkin sedikit terkait dengan masalah politik saat itu. Banyak orang yang berkuasa yang mendorong penggantian nama bulan untuk memperjelas asal-usul mereka. Kaisar Caligula, misalnya, mencoba mengubah September menjadi Germanicus untuk menghormati ayahnya. Demikian juga Kaisar Domitian yang mencoba mengubah Oktober menjadi Domitianus.
Tetapi, tidak satu pun dari upaya ini diterima dengan baik oleh publik Romawi, yang cukup konservatif dan sulit menerima setiap perubahan. Hal ini dapat sedikit menjelaskan mengapa pihak terkait tidak mengubah sistem penamaan ketika mereka memperkenalkan Januari dan Februari.
Peter Heslin, seorang profesor di departemen klasik dan sejarah kuno di Universitas Durham, Inggris memiliki pendapat lain. Menurutnya, Teori 10 bulan sedikit terdengar aneh.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya teori ini pertama kali diajukan oleh para pemikir Romawi akhir, yang sedang memikirkan urutan bulan yang tidak masuk akal. Beberapa cendikiawan modern setuju dengan teori tersebut karena orang Romawi mengatakan demikian.
Sebaliknya, Heslin menduga bahwa sejak awal ada 12 bulan dalam kalender Romawi. Dulunya, tahun baru dirayakan secara luas pada bulan Maret, tetapi Konsul Romawi memulai tahun mereka di kantor pada 1 Januari. Jadi, meskipun Maret mungkin dianggap sebagai permulaan tahun oleh masyarakat umum saat itu, tahun politik justru dimulai pada Januari. Bahkan saat ini, banyak negara, seperti Amerika Serikat, memiliki tahun pajak yang berbeda dengan kalender umum.
Walaupun hanya spekulasi, Heslin meyakini adanya serangkaian perubahan bertahap yang lambat, sehingga maret perlahan mundur. Menurutnya, karena perubahan itu terjadi secara bertahap, tidak ada yang benar-benar menyadarinya. Berabad-abad kemudian, para intelektual Romawi mencoba merasionalisasi mengapa nama bulan tidak masuk akal. Sehingga mereka dengan mudah menyimpulkan teori 10 bulan.
ADVERTISEMENT
Nah, kira-kira kalian lebih percaya pada teori yang mana?
Sumber:
https://www.livescience.com/november-months-roman-calendar.html
https://www.crowl.org/Lawrence/time/months.html