Konten dari Pengguna

Mengapa Konten Aneh dan Random Sering Viral?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
10 November 2020 9:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era banjir informasi seperti saat ini, orang-orang memiliki akses dan kemudahan dalam berbagi konten dan informasi, terlebih pada akun media social mereka. Para pengguna internet dan media sosial sangat aktif berlalu lalang untuk bertukar informasi atau sekadar berbagi hal random dan unik kepada teman online mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, seperti dilansir pada laman Wearesocial, pengguna internet di seluruh dunia hingga saat ini mencapai 4,54 triliun pengguna, di mana 3,8 triliun nya −setara dengan 49,03% dari total populasi manusia− merupakan pengguna aktif media social. Di tingkat global, rata-rata durasi penggunaan harian internet adalah selama 6 jam 43 menit dalam sehari. Sementara itu rata-rata durasi penggunaan media sosial secara global adalah 2 jam 24 menit.
Bagaimana dengan Indonesia? Durasi penggunaan internet Indonesia rata-rata adalah selama 7 jam 59 menit −di atas rata-rata penggunaan harian internet dunia− Sedangkan durasi penggunaan media social rata-rata di Indonesia adalah selama 3 jam 56 menit –di atas rata-rata penggunaan media social dunia, tertinggi kelima di dunia−
Image by Solen Feyissa from Pixabay
Going viral!
ADVERTISEMENT
Viral adalah sebuah kata sifat yang berasal dari kata benda virus. Merujuk pada Oxford English Dictionary, istilah “viral” (kata sifat) kali pertama muncul pada akhir 1940-an dan digunakan dalam pengertian medis. Pada akhir 1980-an istilah “viral” digunakan dalam pengertian pemasaran yaitu “penyebaran informasi yang cepat (khususnya tentang produk atau layanan) di antara pelanggan dari mulut ke mulut, email, dll”. Sementara itu kutipan pertama OED untuk “go viral” berasal dari buku How to Get Stupid White Men Out of Office (2004).
Mengapa bisa viral?
Dikutip dari laman Harvard Business Review, sebuah perusahaan teknologi pemasaran, Unruly, menganalisis sekitar 430 miliar penayangan video dan 100.000 poin data konsumen. Analisis tersebut mengungkapkan dua alasan mengapa sebuah konten dapat viral, yaitu respons psikologis (bagaimana sebuah konten memengaruhi perasaan Anda) dan motivasi sosial (mengapa Anda ingin membagikan konten tersebut). Semakin besar intensitas perasaan yang timbul karena sebuah konten, maka semakin besar kemungkinan seseorang membagikan konten tersebut –E-WOM atau Electronic Word of Mouth, menyebarnya informasi dari mulut ke mulut melalui medsos−
Media sosial | Image by Thomas Ulrich from Pixabay
Motivasi sosial
ADVERTISEMENT
HBR melakukan pengamatan dan analisis pada sebuah video viral, dan hasilnya ada beberapa alasan mengapa seseorang share/membagikan sebuah konten di media sosialnya. Di antaranya adalah untuk pencarian opini “saya ingin tahu opini teman saya tentang konten ini”, untuk memulai topik pembicaraan “saya ingin mengobrol dengan teman online saya”, dan untuk memburu titel keren “saya ingin menjadi yang pertama yang membagikan ini kepada teman online saya”.
Hal ini juga berkaitan dengan faktor FOMOFear of Missing Out, takut ketinggalan momen berita dan informasi− dan the need for attention −kebutuhan/pengakuan untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial−
Perasaan
Jangan pernah menganggap remeh emosi atau perasaan. Penelitian membuktikan bahwa baik itu perasaan positif atau negative memiliki peranan penting dalam viralnya sebuah konten. Tidak mengherankan jika konten random dan aneh sering viral di media social, karena konten tersebut mungkin saja menimbulkan perasaan yang intens dari pengguna medsos.
ADVERTISEMENT
Curiosity gap –kesenjangan rasa ingin tahu−
Curiosity gap terjadi ketika seseorang menyadari adanya kesenjangan/gap informasi yang tidak mereka ketahui dan mereka ingin segera mengisi gap tersebut. Teori ini berawal dari The Psychology of Curiosity oleh George Lowenstein pada tahun 1994. Curiosity gap juga berhubungan dengan otak kita yang haus akan informasi baru. Otak manusia didesain untuk “cepat lelah” dengan informasi yang sama dan berulang-ulang. Sehingga tidak heran jika konten aneh dan random –yang biasanya baru dan asing bagi sebagian besar pengguna internet− sering viral.
Kini informasi berada di ujung jarimu, maka bijaklah ketika menggunakannya :)
Sumber lain:
https://www.grammarphobia.com/blog/2013/05/go-viral.html
https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jasa/article/view/3044/3260