Konten dari Pengguna

'Meramal' Hujan dengan Mengamati 4 Tanda dari Alam

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
17 Mei 2020 5:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalimat mendung tak berarti hujan ada benarnya juga. Tidak semua awan gelap menyebabkan turunnya hujan. Lalu selain melihat awan gelap, bagaimana cara memprediksi hujan dengan melihat tanda-tanda alam yang ada di sekitar kita? Berikut 4 tanda dari alam untuk membantu kita “meramal” kedatangan hujan.
ADVERTISEMENT

1. Halo

Cuaca sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia. Upaya untuk memprediksi cuaca telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Salah satu upaya prediksi cuaca paling awal dilakukan oleh Theophrastus, seorang murid Aristoteles yang pada 300 SM menyusun berbagai jenis indikator cuaca dalam Book of Signs miliknya. Dalam buku tersebut, salah satu tanda alami yang muncul sebelum hujan adalah Halo.
Halo adalah sebuah fenomena optik berupa munculnya lingkaran cahaya yang terlihat di sekitar matahari atau bulan. Halo sebagai tanda hujan awalnya hanya sebuah cerita rakyat, namun ilmuwan mengungkapkan bahwa halo terbentuk akibat adanya pembelokan cahaya oleh kristal es dan tipe kristal es cirrostratus sering kali merupakan cikal bakal hujan akan segera datang. Dalam kebanyakan kasus, setelah munculnya halo diperkirakan hujan akan datang dalam periode 12 hingga 18 jam mendatang.
Halo yang muncul di sekitar bulan. Hello, saya Halo! Sumber: Wikimedia commons

2. Embun pagi di rumput

Jika embun terlihat di rumput pada pagi hari, maka kemungkinan akan turun hujan kecil. Jika tidak ada embun di rumput pada pagi hari, maka kemungkinan akan turun hujan sebelum malam tiba.
ADVERTISEMENT
Kalimat di atas bisa dikatakan cukup akurat dan dapat dijelaskan secara ilmiah. Pembentukan embun di pagi hari terkait dengan tutupan awan di langit pada malam hari. Pada langit malam yang cerah dengan sedikit tutupan awan, tanah akan mendingin karena tanah akan langsung memancarkan panasnya ke ruang angkasa tanpa terhalang oleh awan. Ketika tanah cukup dingin, maka terbentuklah embun seperti butiran kondensasi pada gelas yang berisi air es.
Namun jika langit malam mendung tertutup awan, maka panas yang dipancarkan dari permukaan tanah, sebagian dipantulkan kembali oleh awan ke permukaan bumi. Karena itulah permukaan tanah menjadi lebih hangat, sehingga embun sulit terbentuk di pagi hari.
Embun pagi di rumput. Gambar oleh hhorakova dari Pixabay

3. Burung terbang rendah

Sebelum memiliki aplikasi prediksi cuaca, petani dan nelayan sering kali memanfaatkan tanda alam untuk meramal datangnya hujan. Satu tanda yang paling mudah dijumpai adalah tanda dari burung. Jika burung mulai terbang rendah, maka kemungkinan besar akan terjadi hujan dalam waktu dekat. Hal ini dapat dijelaskan secara ilmiah mengingat ketinggian burung terbang berkaitan dengan tekanan udara.
ADVERTISEMENT
Rendah dan tingginya tekanan udara mempengaruhi kestabilan atmosfer. Saat tekanan rendah, udara bebas naik ke atmosfer ke tempat yang lebih dingin sehingga terjadi kondensasi. Kondensasi ini membentuk awan yang terdiri dari tetesan air dan kristal es yang dapat menyebabkan turunnya hujan cukup lebat beserta angin kencang.
Tekanan rendah ini jugalah yang menyebabkan udara menjadi “lebih berat” sehingga menyulitkan burung untuk terbang pada ketinggian yang lebih tinggi. Maka saat burung terbang rendah, maka dapat dikatakan hujan akan segera turun, karena tekanan rendah berkaitan dengan terbentuknya awan yang dapat menyebabkan hujan. Tekanan rendah seperti ini tidak hanya menyebabkan burung terbang rendah, namun juga serangga seperti capung terbang lebih rendah dari biasanya.
Burung cenderung terbang rendah menjelang hujan. Gambar oleh Dimitris Vetsikas dari Pixabay

4. Bunga menjadi lebih wangi

“Flower smell best just before the rain”, pepatah mengatakan harum bunga paling baik tercium sesaat sebelum hujan turun. Meskipun tidak semua orang memiliki penciuman yang tajam, namun faktanya bunga mengeluarkan wangi yang kuat tepat sesaat sebelum turun hujan. Hal ini terjadi karena udara lembap yang terjadi sebelum hujan. Udara lembap tersebut membantu molekul wangi bunga masuk ke dalam hidung melewati lapisan lendir ke sensor penciuman dengan lebih mudah. Sehingga sensasi wangi yang terdeteksi oleh hidung lebih tajam dari biasanya.
Bunga terasa lebih harum sebelum hujan. Gambar oleh Sergio Cerrato dari Pixabay
ADVERTISEMENT