Konten dari Pengguna

Obat-obatan yang Dapat Memicu Depresi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
25 Maret 2019 14:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi amoxicillin. Foto: Brett_Hondow via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi amoxicillin. Foto: Brett_Hondow via Pixabay
ADVERTISEMENT
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa Amerika mengkonsumsi obat-obatan umum yang berpotensi meningkatkan risiko depresi. Selain itu, hampir seperempat pengguna obat-obatan tersebut menunjukkan gejala bunuh diri sebagai efek samping.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada Juni 2018, lebih dari 200 obat yang biasa digunakan mempunyai efek samping meningkatkan potensi depresi, bahkan keinginan untuk bunuh diri. Penelitian tersebut dilakukan dengan melihat pola penggunaan obat pada lebih dari 26 ribu orang dewasa di Amerika pada tahun 2005 hingga tahun 2014.
Para peneliti menemukan orang yang mengonsumsi obat-obatan memiliki risiko depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi obat-obatan tersebut. Selain itu, peneliti juga mengemukakan bahwa risiko depresi meningkat seiring dengan peningkatan jumlah obat-obatan yang dikonsumsi.
Lebih dari 23 ribu orang yang menjadi sampel penelitian (pasien pengguna anti-depresan tidak termasuk), 6 persen di antaranya dilaporkan mengalami depresi. Pasien yang mengonsumsi suatu obat dengan efek samping depresi, prevalensinya meningkat menjadi 7 persen. Sementara itu, pasien yang mengonsumsi dua atau lebih obat yang berpotensi memicu depresi, prevalensinya naik hingga 10 persen. Sedangkan pasien yang mengonsumsi tiga atau lebih obat, prevalensinya 15 persen.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu Dr. Qato, peneliti utama dalam penelitian ini mengungkapkan penelitian ini tidak membuktikan penggunaan obat-obatan ini dapat menyebabkan seseorang yang dinyatakan sehat mengalami depresi atau gejala bunuh diri. Penelitian ini hanya menunjukkan respons dosis obat yang dikonsumsi pasien terhadap peningkatan risiko depresi pada pasien. Semakin banyak obat yang dikonsumsi secara bersamaan, maka semakin tinggi risiko depresi.
Ilustrasi Depresi. Sumber: Pixabay
Lalu, Apa saja obat-obatan umum tersebut?
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Illinois dan Universitas Columbia ini menyatakan bahwa sebagian besar pengguna obat-obatan ini tidak menyadari efek samping negatif tersebut karena menganggap bahwa obat-obatan tersebut sangat umum digunakan dan tidak ada korelasinya dengan depresi.
Beberapa obat-obatan umum tersebut adalah pil KB (birth control pills), obat untuk tekanan darah dan jantung, proton pump inhibitors (PPIs) yaitu obat-obatan untuk menurunkan kadar asam lambung, dan bahkan antacids dan obat-obatan penghilang rasa nyeri. Obat-obatan tersebut mudah didapatkan bebas dari apotek, beberapa di antaranya bahkan tidak memerlukan resep dokter.
Ilustrasi obat-obatan. Sumber: Pixabay
Perlu Penelitian Lebih Lanjut
ADVERTISEMENT
Peneliti mengakui bahwa penelitian ini adalah penelitian observasional bukan penelitian eksperimental, sehingga penelitian masih perlu diperdalam dan disempurnakan. Hasil penelitian tidak bisa menyimpulkan bahwa obat-obatan yang disebutkan di atas dapat menyebabkan depresi. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat pola pasien pengguna obat-obatan dari waktu ke waktu dan akibatnya pada peningkatan depresi pada pasien.
Terlebih lagi karena ada banyaknya faktor yang meningkatkan risiko depresi dan bunuh diri selain obat-obatan, yaitu riwayat medis pasien dan keluarga pasien, kondisi hubungan pasien dengan pasangan/keluarga, dan juga kondisi ekonomi pasien.
Namun untuk saat ini, penelitian ini menjadi awal yang baik bagi dunia kesehatan. Paling tidak penelitian ini dapat digunakan sebagai indikator oleh psikiater, obat-obatan tertentu meningkatkan risiko depresi dan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Salah seorang profesor psikiater dari Universitas Pennsylvania, Michael Thase, mengungkapkan penting bagi psikiater untuk meninjau kembali resep obat yang dikonsumsi oleh pasien yang mengalami depresi.
Sebelum memberikan resep antidepresan, ada baiknya psikiater meninjau kembali obat yang dikonsumsi pasien dan jika memungkinkan mengurangi resep obat lain yang mungkin menjadi pemicu depresi itu sendiri.
"Ketika Anda memiliki seorang pasien –depresi–," ujar Thase. "dan kisah –penyebab– depresi mereka tidak sesuai dengan pola yang biasa –yaitu tidak ada kemunduran dalam hidup pasien, pasien tidak sedang patah hati, tidak ada kesulitan kerja– maka dokter/psikiater harus memikirkan kemungkinan lain yang menjadi penyebab –depresi–. Obat-obatan yang dikonsumsi pasien mungkin bisa menjadi penyebabnya."
Sumber:
Qato DM, Ozenberger K, Olfson M. Prevalence of Prescription Medications With Depression as a Potential Adverse Effect Among Adults in the United States. JAMA. 2018;319(22):2289–2298.
ADVERTISEMENT
https://www.vox.com/science-and-health/2018/6/14/17458726/depression-drugs-suicide-side-effect