Otak manusia yang Kehilangan Peluang untuk Berkembang

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 April 2021 18:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Para peneliti menjelaskan kecenderungan manusia untuk melakukan perubahan melalui penambahan materi, bukan memodifikasi materi dengan mengurangi beberapa substansi ide disana.

ADVERTISEMENT
Dalam sebuah studi bsru yang tergabung dari beberapa peneliti dijelaskan alasan mengapa orang jarang melihat situasi, objek atau ide yang perlu diperbaiki. Ya, hal yang dimaksud adalah semua hal dalam semua jenis konteks dan manusia cenderung berpikir untuk tidak menghapus sesuatu sebagai solusi. Sebaliknya, mereka hampir selalu menambahkan beberapa elemen untuk melengkapi dasar teori yang mereka hasilkan, apakah itu membantu atau tidak? Mungkin iya karena sudah banyak yang berhasil, tetapi penelitian ini mengemukakan hal lain yang menarik.
Thinking Person | pixabay.com
Dalam makalah baru yang ditampilkan di Nature, peneliti Universitas Virginia menjelaskan mengapa orang jarang berpikir untuk menghapus sesuatu sebagai solusi seperti yang dijelaskan diatas. Temuan tim peneliti menunjukkan bahwa ada alasan mendasar mengapa orang bergumul dengan jadwal yang padat, lembaga-lembaga macet dalam birokrasi yang berkembang biak secara terus menerus dan terlebih yang menjadi perhatian khusus para peneliti, bahwa umat manusia menghabiskan sumber daya planet ini secara massif dengan terus menguranginya, bukan berusaha mengubahnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut bisa mungkin juga terjadi dalam sebuah desain Teknik dimana hal pertama yang terlintas di benak adalah apa yang dapat kita tambahkan untuk membuatnya lebih baik, bukan dengan melihat titik kekurangan yang terjadi dan merevisi apa yang sudah ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kita melakukannya secara terus menerus dan hal ini merugikan manusia itu sendiri, bahkan ketika satu-satunya jawaban yang benar adalah mengurangi. Maka mungkin dengan insentif finansial, kita (manusia) masih tidak berpikir untuk mengambilnya dan mungkin akan menambah sumber daya untuk terus menguranginya.
Klotz (peneliti yang terlibat dalam penelitian ini), melakukan eksplorasi tumpang tindih antara ilmu teknik dan perilaku manusia yang berkembang sekarang. Ia bekerja sama dengan tiga kolega dari Sekolah Kepemimpinan dan Kebijakan Publik Batten pada penelitian interdisipliner yang menunjukkan betapa aditif kita secara alami. Mereka yang berkolaborasi dengan Klotz dalam serangkaian studi observasi dan eksperimen untuk mempelajari fenomena tersebut adalah fakultas kebijakan publik dan psikologi Batten, asisten profesor Gabrielle Adams dan profesor Benjamin Converse, dan mantan rekan postdoctoral Batten Andrew Hales. Dalam penelitian mereka, salah satu hasilnya didapatkan ketika mempertimbangkan dua kemungkinan luas mengapa orang secara sistematis dan dasar bisa melakukan “penambahan” tertentu dalam hidup mereka, baik mereka menghasilkan ide untuk kedua kemungkinan dan secara tidak proporsional membuang solusi subtraktif atau akhirnya mereka mengabaikan ide subtraktif sama sekali. Dalam hal ini para peneliti fokus pada hal yang terakhir untuk diteliti lebih lanjut.
Girl thinking illustration | pixabay.com
Menurut Converse, ide aditif muncul dalam pikiran dengan cepat dan mudah, tetapi ide subtraktif membutuhkan lebih banyak upaya kognitif. Alasan dari hal ini adalah karena orang sering bergerak cepat dan bekerja dengan ide pertama yang muncul di pikiran, mereka akhirnya menerima solusi aditif tanpa mempertimbangkan pengurangan sama sekali. Di sisi lain, menurut Adams, semakin sering orang bergantung pada strategi aditif, semakin mudah hal itu diakses secara kognitif dan seiring waktu, kebiasaan mencari ide aditif mungkin semakin kuat dan kuat, dan dalam jangka panjang, kita akhirnya kehilangan banyak peluang untuk memperbaiki dunia dengan pengurangan. Klotz sendiri memiliki sebuah buku yang membahas topik yang lebih luas, Subtract: The Untapped Science of Less. Menurut dia, hal ini adalah temuan yang sangat menarik, dan penelitian ini memiliki implikasi yang luar biasa di seluruh konteks, tetapi terutama dalam teknik untuk meningkatkan cara dalam merancang teknologi untuk memberi manfaat bagi umat manusia.
ADVERTISEMENT