Partikel Plastik dalam Tubuh Spesies baru. Does It Matter?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
10 Maret 2020 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fakta bahwa mikroplastik ditemukan pada pada tubuh spesies baru di laut dalam menandakan bahwa polusi plastik benar-benar telah mencapai titik kritis. Setidaknya 8 juta ton sampah terbuang ke laut lepas setiap tahunnya. Masih adakah harapan untuk kita melawan polusi plastik?
Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan? Sumber: Wikimedia commons.
Laut dalam (the deep sea) didefinisikan sebagai bagian dari lautan yang kedalamannya lebih dari 1000 meter. Laut dalam menutupi 60 persen permukaan bumi, sehingga laut dalam disebut sebagai bioma terbesar di planet bumi. Tingkat kompleksitas topografi laut dalam yang tinggi seperti punggung samudra, ngarai bawah laut, gunung bawah laut, dan parit subduksi, dapat bertindak sebagai “penghalang” yang berpotensi untuk menahan aliran gen.
ADVERTISEMENT
Lingkungan laut dalam sangatlah ekstrem jika dibandingkan dengan lingkungan perairan laut yang lebih dangkal. Setiap 10 meter ke bawah, tekanan meningkat 1 atm. Pada kedalaman di atas 1000 meter, bisa dipastikan paru-paru manusia akan hancur akibat tekanan yang sangat tinggi. Selain itu sinar matahari hampir tidak ditemukan di laut dalam, sehingga perairan laut dalam minim aktivitas fotosintesis. Sumber makanan di laut dalam didominasi di daerah hidrotermal dan rembesan dingin, yang tidak bergantung pada fotosintesis untuk menghasilkan makanan. Minimnya sinar matahari menyebabkan suhu laut dalam sangat rendah. Pada kedalaman 200 meter suhu air mencapai 4 derajat Celcius, sedangkan pada kedalaman di atas 4000 meter suhu air laut rata-rata mencapai 2 derajat celcius. Kondisi-kondisi ekstrem inilah yang menyebabkan hanya biota-biota tertentu yang dapat bertahan di laut dalam.
Eurythenes gryllus, salah satu jenis udang-udangan laut dalam. Sumber: Wikimedia commons
Sebuah tim ekspedisi Palung Mariana baru-baru ini mempublikasikan salah satu hasil ekspedisi mereka tentang spesies baru. Ekspedisi ekosistem pada zona hadal, HADES ‒Hadal Ecosystem Studies‒ melalui ekspedisi Palung Mariana yang dilakukan pada November 2014 ini dilakukan oleh kolaborasi peneliti dari berbagai institusi. Salah satu hasil eksplorasi adalah ditemukannya spesies baru dari kelompok Crustacea atau udang-udangan yang telah terkontaminasi plastik.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 4 spesimen dari spesies baru diambil dan dianalisis, dan hasilnya sebanyak tiga partikel mikro ditemukan dalam tubuh spesimen tersebut. Salah satu partikel tersebut adalah sebuah serat hitam berukuran 649 mikrometer yang ditemukan dalam perut spesimen berukuran 15.6 milimeter dari kedalaman 6949 meter. Setelah melewati proses analisis, diketahui bahwa serat tersebut 83,74 persen bagiannya persis dengan polyethylene terephthalate (PET) atau polyester, sebuah bahan yang sering digunakan dalam industri serat sintetis, botol minuman, hingga industri tekstil.
Belum bisa dipastikan asal serat mikro tersebut namun serat mikro kemungkinan besar berasal dari plastik yang terdegradasi menjadi partikel-partikel sangat kecil berukuran kurang dari 5 mm, yang kemudian termakan oleh hewan-hewan laut.
Spesies baru yang berasal dari kelompok Crustacea atau udang-udangan itu diberi nama Eurythenes plasticus. Plasticus diambil dari bahasa Latin yang berarti plastik, sebagai penanda bahwa bahkan organisme dari lokasi paling dalam dan terpencil di bumi pun tidak bebas dari polusi plastik. Salah satu anggota tim penulis tersebut mengungkapkan bahwa saat ini mereka berada pada titik di mana mereka mencari spesies baru dari habitat yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya, dan ironisnya mereka menemukan spesies baru yang sudah terkontaminasi dengan plastik.
Polusi plastik di laut dalam. Sumber: Flickr.
Polusi plastik di laut dalam sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun 2019, sebuah ekspedisi Palung Mariana menemukan kantong plastik dan bungkus permen di kedalaman 10927 meter. Bahkan penelitian di tahun 2017 mengungkapkan bahwa sampel crustacea yang diambil dari laut dalam lebih terkontaminasi oleh polutan dibandingkan dengan sampel crustacea yang diambil dari sungai tercemar di Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Meskipun polusi plastik sudah sangat buruk, para peneliti mengungkapkan bahwa manusia masih memiliki waktu untuk memperbaiki kondisi ini. Berbagai kegiatan melawan polusi plastik telah dilakukan oleh berbagai organisasi dunia. Namun tentu saja semua kegiatan tersebut tidak terlepas dari kontribusi tiap individu. Ada banyak perubahan kecil yang bisa kita perbuat. Jika kita bisa membawa tumbler air dari rumah, kenapa harus membeli air mineral kemasan? Jika kita bisa membawa tumbler sendiri untuk membeli kopi di café, kenapa harus memakai cup sekali pakai? Ayo kurangi penggunaan plastik sekali pakai dari sekarang, dimulai dari diri sendiri.
Sumber:
https://doi.org/10.11646/zootaxa.4748.1.9
https://www.smithsonianmag.com/smart-news/study-shows-deepest-parts-ocean-are-polluted-plastik-180969049/