Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Penyumbang Gas Metana Pada Pemanasan Global
30 Oktober 2018 8:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sektor ini bahkan mengalahkan industri minyak dalam menyumbang gas metana
ADVERTISEMENT
Selama ini, mungkin jarang terpikirkan oleh kita bahwa tidak hanya sektor industri dengan mesin-mesin canggih dan proses yang kompleks yang bisa menyumbangkan dampak dari pemanasan global. Akar masalah dampak pemanasan global dari industri-industri maju tersebut pun tidak hanya ditimbulkan dari proses namun bisa sampai limbah yang dihasilkan dan menimbulkan dampak lebih buruk bagi lingkungan. Akan tetapi, ternyata ada sektor yang menghasilkan dampak yang lebih buruk bagi pemanasan global.
Salah satu yang diketahui cukup besar dalam menyumbang pemanasan global adalah peternakan sapi, sektor yang juga menopang kebutuhan manusia sehari-hari. Emisi yang ditimbulkan dari sektor tersebut tidak lain adalah gas metana yang merupakan salah satu gas rumah kaca dengan dampak cukup besar bagi pemanasanan global. Emisi tersebut diyakini cukup besar dari apa yang dibayangkan selama ini, membuat tantangan baru yang perlu diatasi oleh para ilmuan dan pemangku kepentingan di industri tersebut.
Holstein Cattle Cows Heifers | pixabay.com
ADVERTISEMENT
Tidak tanggung-tanggung, perhitungan terbaru pada tahun 2011 menyebutkan bahwa metana yang dihasilkan dari satu sapi ternak secara global menunjukkan angka 11% lebih tinggi dari estimasi semula berdasarkan data dari UN’s Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC).
Julie Wolf, seorang peneliti dari departemen pertanian Amerika Serikat mengatakan perubahan ini memang juga ditandai dengan perubahan populasi peternakan dan pertumbuhan sapi di berbagai tempat di dunia sehingga membuat adanya asupan makan dan proses yang menghasilkan metana lebih besar dari biasanya.
Pertumbuhan ini memang bisa dibilang agak diluar dugaan, apalagi pada tahun 2000 sampai 2006 hal tersebut sempat mengalami pertumbuhan yang cukup lambat. Berbeda dengan kondisi sekarang dimana konsentrasi metana di udara sudah meningkat 10 kali lebih cepat dalam satu dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat kita pungkiri bahwa aktivitas manusia dan industri seperti batubara, minyak dan gas bumi juga merupakan penyumbang gas metana. Namun peternakan sapi, domba, kambing dan lainnya juga merupakan penghasil yang tidak bisa dikatakan lebih sedikit, apalagi dengan proses limbah organik masih berujung pada pengolahan landfill.
Pada tahun 2015 sendiri, IPCC pernah melakukan perhitungan gas metana yang ada di udara dan menjadi salah satu penyumbang gas rumah kaca yang ada. Hasilnya, sebanyak 16% gas rumah kaca secara global memang ternyata dikuasa oleh gas metana. Sektor lain yang sangat besar tidak lain datang dari karbon dioksida, dimana gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fossil yang menyumbang lebih dari 3/4 emisi pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Beberapa peneliti juga memprediksi jika hal ini terjadi terus menerus maka dalam 100 tahun kedepan tidak mustahil jumlah gas yang menjadi penyebab gas efek rumah kaca tersebut aka bertambah berpuluh kali lipat dari hari ini.
Penelitian tersebut juga menekankan bahwa emisi gas metana dari sektor peternakan telah naik secara drastic di wilayah Asia, Amerika Latin dan Afrika. Di sisi lain, peningkatan tersebut justru melambat di Amerika Serikat dan Kanada. Bahkan, di Eropa emisi dari gas tersebut terlihat menurun dari biasanya. Suatu data yang menujukkan korelasi peningkatan populasi dan dampaknya terhasil adanya emisi dari gas itu.
Atmospheric methane | wikipedia.org
Perhatian akan efek gas rumah kaca ini memang cukup besar saat ini, terutama metana dengan peningkatan yang tidak terduga tersebut. Walaupun telah menjadi berbagai bahasan di forum-forum pemanasan global dan perubahan iklim dunia, namun sejauh ini belum terlihat adanya penurunan signifikan dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi jika dilihat industri peternakan terkadang tidak hanya dikuasai oleh satu perusahaan besar, melainkan peternak-peternak desa dengan jumlah dan titik yang tersebar dan tidak terkontrol. Tidak jarang karena pengetahuan dan cara yang masih tradisional dalam mengelola peternakan serta limbahnya membuat dampak menjadi lebih besar. Sehingga hal utama yang perlu untuk diperkuat lagi tidak lain adalah edukasi dan pengaturan kewajiban pengelolaan tersebut, tentu hal ini sangat mungkin jika dibantu dengan teknologi-teknologi maju yang ada. Terutama negara Asia yang masih tertinggal dimana sebagian besar peternak hanya mengandalkan insting dan pengalaman dalam pengelolaan peternakan mereka.