Perawatan Tubuh Ala Mesir (bagian II)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2019 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang-orang Mesir telah mengenal kecantikan sebagai bagian dari kehidupan orang-orang Mesir Kuno sejak ribuan tahun yang lalu. Pada artikel sebelumnya kita telah mengetahui beberapa produk perawatan tubuh yang digunakan masyarakat Mesir Kuno, seperti riasan mata dan parfum. Nah, pada artikel kali ini kita akan mengetahui produk-produk lainnya yang juga digunakan orang-orang Mesir Kuno dalam merawatnya tubuhnya.
ADVERTISEMENT
1. Sabun
Tidak hanya parfum, masyarakat Mesir Kuno juga menggunakan sabun sebagai media untuk menjaga kecantikan mereka. Masyarakat di sana percaya, tubuh yang tidak bersih disertai bau yang tidak sedap menandakan ketidaksucian dan diri yang tidak diinginkan. Berbeda dari sabun batangan atau jenis sabun badan yang umum ditemukan di masa-masa modern, kebanyakan sabun yang mereka buat berbentuk pasta abu atau tanah liat. Bahan dasar tersebut dicampur dengan minyak yang terkadang mengandung aroma-aroma. Campuran yang terbentuk menghasilkan bahan jadi yang tidak hanya mampu membersihkan tubuh, tapi juga meringankan berbagai penyakit atau gangguan kulit.
Rahasia di balik sabun yang mampu membantu menyembuhkan penyakit kulit terletak pada seringnya orang-orang Mesir menggunakan minyak zaitun dalam ritual pembersihan mereka. Sebagaimana yang diketahui minyak zaitun memberikan banyak manfaat bagi kulit serta tubuh. Minyak dari buah yang banyak ditemukan di daerah Mediterania tersebut mampu melembabkan dan memelihara kulit, dimana manfaat ini menjadi sangat penting bagi mereka yang tinggal di iklim kering seperti halnya Mesir. Di samping itu minyak zaitun juga mengandung polifenol yang pada dasarnya mampu membantu mengembalikan kondisi kulit yang rusak akibat sinar matahari atau dampak dari stres. Orang-orang Mesir yang lebih berada bahkan memiliki beberapa kolam mandi dan kendi air di tempat pembuangan mereka. Dengan mencampurkan pasir dan garam ke dalam kendi yang berisi air dapat membantu dalam membersihkan tubuh mereka.
ADVERTISEMENT
2. Minyak badan
Terik Matahari pasir berangin yang menjadi ciri kondisi lingkungan di Mesir kerap kali menimbulkan kulit kering, terbakar, bahkan infeksi bagi para penduduknya. Oleh karenanya, perawatan kulit menjadi cara hidup yang penting di antara masyarakat Mesir. Di antara yang menjadi andalan mereka adalah penggunaan minyak tubuh di kehidupan sehari-hari. Urgensi penggunaan minyak tubuh bahkan membuat para pekerja di Mesir turut menerima minyak tersebut sebagai bagian dari gaji mereka. Baik pria maupun wanita menggunakan pelembab pada kulit mereka untuk melindungi dari keringnya iklim. Terkadang mereka juga menambahkan madu saat mengaplikasikannya pada kulit, yang akan berfungsi sebagai wewangian sekaligus mampu menghidrasi kulit.
Selain itu, bukti menunjukkan bahwa terkadang wanita menggunakan minyak untuk menghilangkan stretch mark yang muncul pasca kehamilan. Sedangkan para pria menggosokan minyak-minyak tertentu ke kepala mereka untuk menstimulasi pertumbuhan rambut atau mengkal kebotakan. Cara ini bahkan masih digunakan hingga saat ini. Meskipun penggunaan minyak merupakan suatu kebutuhan sehari-hari, penambahan wewangian mampu mengubah minyak yang biasa menjadi produk mewah. Minyak yang paling mahal pada saat itu ialah yang dicampur dengan bunga-bungaan dan aroma-aroma lainnya. Kecintaan mereka pada minyak badan membuat masyarakat Mesir Kuno turut meminyaki patung-patung dewa yang mereka sembah dengan minyak aromatik. Cara tersebut mereka lakukan dalam rangka menghormati para dewa.
ADVERTISEMENT
3. Henna
Henna atau yang kita kenal juga sebagai pacar merupakan pewarna alami yang digunakan secara turun temurun dari masa peradaban Mesir Kuno hingga saat ini. Salah satu kosmetik ini berasal dari semak dedaunan kering yang disebut Lawsonia inermis. Tanaman tersebut termasuk ke dalam suku Lythaceae dan banyak tumbuh di Afrika Timur Laut dan Asia Barat Daya, salah satunya Mesir. Daunnya sendiri berwarna hijau, namun setelah dikeringkan dan ditumbuk akan membentuk bubuk berwarna oranye tua kemerahan. Selanjutnya bubuk dicampurkan dengan air sehingga menjadi pasta. Fungsi henna sebagai pewarna hanya bersifat sementara dan akan memudar dari kulit atau rambut dalam beberapa minggu.
Arkeolog melaporkan adanya jejak-jejak henna pada kuku jari-jari mummi Fir’aun. Selain menghiasi kuku-kuku para anggota kerajaan tersebut, tapi juga termasuk memelihara mummi tersebut. Hal ini dikarenakan selain berfungsi sebagai penghias, henna memiliki sifat sebagai obat. Secara fisik, masyarakat Mesir merasa henna dapat meningkatkan kualitas rambut dan kuku. Sementara secara spiritual mereka percaya bahwa henna dapat meningkatkan keberuntungan. Keyakinan ini masih bertahan di beberapa belahan dunia. Contohnya, ritual henna dilakukan saat pernikahan masih banyak diterapkan pada berbagai budaya. Para pria maupun wanita juga menggunakan henna untuk mewarnai bibir mereka agar senantiasa berwarna merah gelap. Dengan mengedepankan efek natural yang tahan lama, hingga kini berbagai perusahaan kosmetik menawarkan pewarna bibir berbasis henna.
sumber gambar: Photo by Vitaliy Lyubezhanin on Unsplash
ADVERTISEMENT