Konten dari Pengguna

Sains di Balik ASMR yang Trending di Youtube

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
23 Juni 2019 14:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ASMR adalah kesenangan yang diperoleh dari mendengarkan suara.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini para Youtuber senang membeli microphone dengan kualitas baik sehingga mereka dapat merekam suara apapun seperti suara makanan, suara pisau yang beradu dengan talenan, suara sedotan yang beradu dengan es batu, ataupun suara air hujan. Konten yang bermuatan ASMR tidak bisa dipungkiri menarik lebih banyak viewers. Lalu mengapa sebenarnya kita begitu tertarik dengan ASMR?
Tentang ASMR
ASMR adalah singkatan dari Autonomous Sensory Meridian Response. Orang yang menciptakan istilah demikian adalah Jenifer Allen. Secara etiologi, artinya dapat dijabarkan sebagai berikut :
Autonomous : spontan
Sensory : perasaan atau sensasi
Meridian : Puncak, atau klimaks
Response : Pengalaman saat distimulasi oleh sesuatu
Ketika viewers menyaksikan video bermuatan ASMR, mereka mendapatkan kesenangan di kepala mereka. Kesenangan ini disebutkan bisa setara dengan orgasme. Namun demikian, ASMR tidak ada kaitannya dengan seksualitas sama sekali. Kesenangan ini hadir dalam bentuk sensasi hangat menggelikan yang mulai terasa di bagian belakang kepala, kemudian menjalar ke bagian belakang leher, dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui tulang belakang.
ADVERTISEMENT
Efek ASMR terhadap tubuh
Karena banyak orang tertarik dan ingin tahu lebih mendalam mengenai ASMR, banyak riset mengenai ASMR saat ini, salah satunya dilakukan oleh Dr. Giulia Poerio, peneliti dari University of Sheffield, Inggris pada Juni, 2018. Penelitian ini menjelaskan bahwa saat ini ada lebih dari 13 juta video ASMR di Youtube yang kontennya sangat bervariasi mulai dari memotong rambut, memasak, pijatan, melipat handuk, dan banyak lagi sejenisnya. Video-video ini membantu viewer agar dapat relaks, dan tidur dengan lebih nyenyak. Fenomena yang diobservasi ini dapat terjadi karena ASMR menginduksi perlambatan detak jantung, dan juga frekuensi bernafas sehingga orang dapat menjadi lebih rileks. Sama halnya seperti saat kita makan makanan yang kita suka atau sedang jatuh cinta. Otak kita mengeluarkan zat kimia bernama Dopamine “hormon bahagia”. Hormon ini juga mungkin dilepaskan saat kita menonton konten video yang berisi ASMR.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah eksperimen, dua grup partisipan diikutsertakan, 1 grup mengaku peka terhadap ASMR, grup lainnya tidak mengerti tentang ASMR. Kedua grup ini diminta untuk menonton 3 video, 2 bermuatan ASMR dan 1 tidak bermuatan ASMR. Hasilnya, grup yang aware dengan ASMR mengalami penurunan detak jantung secara signifikan saat menonton video yang bermuatan ASMR, penurunan detak jantung ini hingga sebanyak 3.14 kali lebih lambat dari biasa. Grup ini juga menunjukkan peningkatan perilaku yang positif, meningkatnya rasa kalem, menurunnya kadar stres dan kesedihan, serta meningkatnya kemampuan untuk melakukan koneksi sosial. Menariknya, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain yang melaporkan manfaat musik dan meditasi untuk meraih ketenangan.
Sumber Jurnal : https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0196645
ADVERTISEMENT
Berbagai macam pemicu sensasi ASMR
Menariknya, terdapat riset lain mengenai beragam pemicu sensasi ASMR yang dilakukan oleh duo peneliti , Emma Barratt dan Nick Davis dari Swansea University. Mereka menemukan bahwa pemicu sensasi kepuasan yang didapatkan dari ASMR bisa jadi berbeda-beda pada setiap individual. Beberapa orang merasakannya ketika mendengarkan suara siulan, suara makanan yang renyah, suara pergerakan yang pelan. Dari 500 partisipan, sebagian besar mengaku mendengarkan ASMR untuk membantu mengurangi stres, dan tidur lebih nyenyak. Hanya 5 persen yang mengaku menonton video ASMR untuk stimulasi seksual.
Emma Barratt dan Nick Davis juga menemukan bahwa ASMR memiliki kaitan dengan fenomena flow states dan synesthesia. Kedua fenomena ini jika dialami atlet maka membuat orang yang bersangkutan lebih fokus dalam mengerjakan hal-hal yang kecil. Flow states adalah mengerjakan sesuatu secara runut. Sedangkan synesthesia adalah stimulasi sensoris karena warna, atau rasa.
ADVERTISEMENT
Hal yang masih belum terjawab adalah mengapa beberapa orang dapat merasakan sensasi ASMR, tetapi beberapa orang lain tidak. Andersen pada 2014 menjelaskan bahwa ASMR adalah teori plausibel, yang sangat bergantung pada intimacy (kedekatan) antara orang yang menyajikan konten dengan viewer-nya.
Contoh sumber ASMR : Bunyi makanan yang digoreng. Sumber Gambar : Pixabay