Sains di Balik Binge-Watching - Bagian 2

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
14 April 2021 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasa sedih sekali ketika drama yang sedang kamu ikuti berakhir? Atau setelah menamatkan drama dalam satu waktu kamu serasa kehilangan sesuatu? Atau apakah kamu merasa sedih jika tokoh yang kamu tonton dalam drama merasa sedih dan kamu pun merasa senang ketika ada peristiwa bahagia dalam drama yang kamu tonton? Sebenarnya apa yang terjadi dalam otak kita selama kita menonton. Adakah penjelasan sains di balik fenomena ini?
ADVERTISEMENT
Baca Bagian 1 dari tulisan ini di sini.
Kebiasaan Binge-watching dinilai berpengaruh buruk bagi kesehatan
Pergeseran kebiasaan masyarakat dari menonton tv secara konvensional seperti menonton satu episode perminggu pada suatu hari dan jam tertentu menjadi menonton beberapa episode sekaligus dinilai para ahli membawa dampak tidak sehat bagi tubuh. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selama binge-watching kita tidak memiliki cukup waktu untuk memproses seluruh perasaan—yang mungkin cukup kompleks yang ditampilkan dalam seluruh episode drama. Selain itu menonton secara konvensional diketahui memberikan dampak lebih positif dan terekam pada memori lebih kuat dibandingkan dengan menonton secara binge.
Ilustrasi menonton tv. Gambar oleh Kalila Kal dari Pixabay
Ternyata selain itu ahli menyebutkan menonton drama di tv secara kontinu dalam suatu waktu merupakan kondisi ketergantungan atau adiksi. Dr. Jeff Galak, peneliti perilaku konsumen di Carnegie Mellon University menyebutkan, adiksi menonton tv secara binge dapat menyebabkan depresi, stres serta serangan perasaan kesendirian atau loneliness ketika acara atau drama tv yang ditontonnya usai. Hal inilah yang banyak dikenal sebagai Post-Binge-Watching Blues.
ADVERTISEMENT
Post-Binge-Watching Blues
Selama menonton tv dengan ikatan empati yang kuat penonton akan lebih merasa terikat pada acara atau drama tersebut. Ditambah lagi dengan menonton secara Binge, waktu yang terbatas menyebabkan dampak kehilangan menjadi lebih kuat. Hal ini yang menyebabkan kita merasa kehilangan ketika acara yang kita tonton selesai dan sangat sedih sekali menunggu season selanjutnya tayang tahun depan sebagai contoh.
Selain itu tubuh akan melepaskan dopamine lebih sedikit saat kita tidak lagi menonton acara yang kita nikmati. Dopamine sendiri adalah hormone yang memicu perasaan bahagia. Sehingga ketika suatu drama atau acara tv yang kita ikuti selesai, tidak ada lagi pemicu pelepasan dopamine dalam tubuh sehingga tubuh bereaksi terhadap perubahan ini seperti perasaan kehilangan yang berlebihan. Hal inilah yang memicu adanya sindrom post-binge-watching blues atau kesedihan pasca menonton acara tv atau setelah acara tersebut usai.
Ilustrasi binge-watching. Gambar oleh Amateur Hub dari Pexels
Bagaimana mengatasi kebiasaan binge-watching?
ADVERTISEMENT
Ada beberapa tips yang dapat dicoba untuk mengatasi kebiasaan binge-watching atau setidaknya mengurangi pengaruh negatif yang ditimbulkan. Cara yang paling efektif adalah dengan dengan mendisiplinkan diri untuk membatasi durasi berapa lama kita menonton tv. Meskipun kita dapat mengakses seluruh episode dari acara tersebut, dengan membatasi durasi dalam sekali menonton dengan diselingi dengan beragam aktivitas lain dapat membantu mengurangi dampak buruk dari terlalu lama menonton tv. Selain itu kita dapat menjadikan acara tontonan favorit kita sebagai “hadiah” setelah berhasil melakukan sesuatu atau mencapai sesuatu.
Bisa kok menonton tv secara sehat. Gambar oleh JESHOOTS.com dari Pexels
FAN untuk Lampu Edison.
Sumber: 1, 2 dan 3.