Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sains di Balik Kepercayaan Diri (Self-Esteem)
14 Mei 2020 19:23 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbagai macam riset telah dilakukan untuk mencari apa yang bisa mendongkrak rasa percaya diri.
ADVERTISEMENT
Self esteem atau rasa percaya diri adalah cara kita memandang diri sendiri, dan bagaimana ekspektasi kita mengenai diri sendiri. Rasa percaya diri berkembang di usia muda, dan besarnya tergantung bagaimana hubungan kita dengan keluarga yang membesarkan kita. Namun ini akan berubah juga seiring kita menuju dewasa. Hal-hal yang berpengaruh diantaranya adalah kritik dari orang lain seperti teman, ataupun guru. Kritik yang sangat persistent dan diberikan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, akan membuat diri kita merasa semakin tidak berharga. Sementara itu, pujian, dukungan, dan menemukan sesuatu yang kita bisa kerjakan dengan sangat baik akan meningkatkan rasa percaya diri tersebut.
Seberapa besarnya rasa percaya diri itu, akan sangat mempengaruhi keputusan yang kita ambil saat remaja seperti dengan siapa kita berteman, kegiatan apa yang ingin kita lakukan. Atau apakah kita ingin merokok, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
(Howstuffworks)
Meningkatkan rasa percaya diri
Selama tumbuh dewasa, mungkin kadang kita merasa kita jelek atau tidak menarik. Tetapi percaya atau tidak, kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap diri kita sendiri.
Pertama-tama, amati bagaimana cara kita berbicara dengan diri sendiri saat menghadapi kegagalan. Kata-kata apa yang kita pilih? Intonasi seperti apa yang kita gunakan?
Menurut riset, sebagian besar dari kita tetap tajam memberikan kritik pada diri sendiri selama masa sulit. Walaupun kesulitan itu didapat dari misalnya usia yang telah menua, penyakit, atau hal-hal yang memang tidak bisa dicegah terjadi pada kehidupan kita.
Paul Gilbert dari Kingsway Hospital di Inggris, dan juga Kristin Neff, University of Texas, Austin memberikan statement bahwa memiliki rasa welas asih pada diri sendiri di masa sulit justru akan membuat diri kita cepat bangkit dan dalam jangka panjang memberikan kesuksesan dan kebahagiaan. Neff menjelaskan bahwa banyak dari partisipannya berusia di atas 50 tahun. Neff menemukan bahwa orang akan jauh lebih menghargai diri sendiri saat berusia 60 tahun ketimbang saat berusia 16 tahun. Saat sudah tua, orang tersebut akan telah melalui sangat banyak hal, dan menyadari bahwa tidak ada hidup yang sempurna. Selain itu ada perasaan “telah banyak belajar dari kesalahan” pada orangtua, sehingga perasaan menyalahkan diri sendiri menjadi semakin berkurang. Perasaan menyalahkan diri sendiri ini merupakan mekanisme “self attack” yang sering sekali muncul pada orang-orang yang muda.
ADVERTISEMENT
Di masa-masa sulit, Neff menyarankan teknik yang dinamakan meningkatkan self-compassion/welas asih. Ini bisa dilakukan dengan memeluk diri sendiri, atau meletakkan tangan di dada dekat dengan jantung dan merasakan detaknya. Karena kita bisa meredakan stress melalui sentuhan.
Menurut riset Concordia University di tahun 2014, kegiatan volunteering (menjadi sukarelawan) banyak membantu orang dewasa beranjak lanjut usia yang mengalami depresi. Volunteering meningkatkan rasa “berguna” yang dimiliki, dan terbukti ampuh menekan produksi hormon kortisol yang diasosiasikan dengan stress dan depresi. Volunteering juga membantu orang-orang di masa pensiun untuk menghilangkan rasa kesepian.
https://www.readersdigest.ca/health/healthy-living/boost-self-esteem-tips/
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Liverpool pada tahun 2009 menunjukkan bahwa bau mempengaruhi bagaimana orang lain menilai dan memperlakukan kita, yang lebih lanjut menaikkan rasa percaya diri. Baju yang terkesan executive juga ternyata dapat membantu menaikkan kepercayaan diri. Selain itu, saat dilakukan voting tentang warna baju apa yang menaikkan kepercayaan diri, sebagian besar responden mengatakan hitam.
ADVERTISEMENT
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/j.1468-2494.2008.00477.x
Walaupun banyak diasosiasikan dengan narsisme, ternyata menurut sebuah studi oleh peneliti di University of California Irvine, selfi sederhana dengan ponsel lalu mengirimkannya ke lingkaran dekat pertemanan atau keluarga memiliki efek positif bagi seseorang yang rendah diri.
https://psywb.springeropen.com/articles/10.1186/s13612-016-0044-4
Mungkin terdengar kekanakan, tetapi self-affirmation seperti ini ternyata amat berpengaruh. Kalimat yang digunakan contohnya “Kamu telah melakukan ini dengan benar.”
Selain bagus untuk tulang, ternyata duduk dengan tegak mempengaruhi cara berpikir bahwa kita memiliki kualifikasi terhadap apa yang kita kerjakan.
https://www.sciencedaily.com/releases/2009/10/091005111627.htm