Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sains di Balik ‘Melihat Si Dia di Mana-Mana’
12 September 2020 19:24 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kamu mungkin pernah naksir atau tertarik dengan seseorang yang baru kamu temui, kamu bahkan tidak mengetahui namanya. Ketika kamu sudah mengetahui namanya, kamu mulai mengingat-ingat nama dan wajahnya. Dan kemudian entah mengapa secara ajaib kamu menemukan nama si dia di mana-mana. Di artikel yang tidak sengaja kamu baca atau bahkan di kertas bungkus nasi uduk mu. Seolah-olah semesta meng-amini kebetulan yang indah itu. Dan pada level terparah, kamu merasa sering bertemu seseorang dan melihat wajah yang mirip dengannya berulang kali!
ADVERTISEMENT
Adakah penjelasan ilmiah dari fenomena di atas? Simak ulasannya.
Fenomena Baader-Meinhof
Fenomena Baader-Meinhof adalah sebuah efek di mana sesuatu yang baru-baru ini kamu temui, alami, atau pelajari tiba-tiba muncul di mana-mana. Bias ini dapat diterapkan pada objek, peristiwa, kata, ide, dan sebagainya termasuk nama si dia.
Mengapa dinamakan Baader-Meinhof? Baader-Meinhof sebenarnya adalah nama sebuah geng teroris Jerman yang muncul di tahun 1970. Fenomena ini dinamai fenomena Baader-Meinhof setelah seorang komentator di papan diskusi online St. Paul Pioneer Press menemukan istilah Baader-Meinhof sebanyak dua kali dalam 24 jam setelah kali pertama dia mendengar nama geng teroris tersebut, meskipun itu tidak ada hubungannya dengan geng tersebut.
Tidak ada peneliti yang tahu alasan fenomena tersebut dan tidak ada yang memiliki alternatif nama yang lebih baik, sehingga istilah fenomena Baader-Meinhof bertahan hingga saat ini. Namun saat ini psikolog lebih menyukai istilah frequency illusion atau ‘ilusi frekuensi’ untuk memudahkan pelafalan. Istilah ‘ilusi frekuensi’ −atau beberapa sumber menyebut istilah ini dengan ‘bias frekuensi’− kali pertama dikenalkan oleh seorang profesor linguistik bernama Arnold M. Zwicky pada tahun 2006 untuk menjelaskan fenomena yang serupa dengan fenomena Baader-Meinhof.
Bagaimana ilusi frekuensi bisa terjadi?
ADVERTISEMENT
Ketika mengalami ilusi frekuensi maka kamu merasa sesuatu yang baru kamu temui itu secara ajaib muncul di mana-mana. Padahal nyatanya, sesuatu itu telah ada lama di sekitar kamu, namun kamu tidak pernah memperhatikan. Setelah kamu ‘tahu’ sesuatu itu, maka secara sadar kamu mulai memperhatikan dan menyadari keberadaannya.
Hal ini disebabkan karena ketika otak diberi informasi baru –terutama jika informasi itu menarik− maka otak secara tidak sadar akan terus menerus mengidentifikasi objek tersebut. Otak akan memperhatikan detail informasi tersebut dan berupaya untuk menjadikan ‘file’ tersebut permanen di otak. Secara ilmiah proses ini berkaitan dengan salah satu kerja otak yang disebut dengan selective attention atau perhatian selektif.
Selective Attention − Perhatian selektif
ADVERTISEMENT
Otak adalah organ yang sangat mengesankan yang pernah Tuhan ciptakan untuk kita. Dalam memilah informasi, otak bekerja dengan sangat mengagumkan. Salah satu cara kerja otak yang mengesankan adalah selective attention atau perhatian selektif.
Coba pikirkan semua yang kita lihat dalam satu hari ini. Dapat dipastikan kita tidak dapat menyerap dan mengingat semua informasi dengan detail dan akurat. Otak memiliki tugas untuk memutuskan hal-hal mana yang membutuhkan fokus dan mana yang butuh disaring. Inilah yang disebut dengan selective attention atau perhatian selektif. Sebuah proses pemfokusan dan penyaringan informasi –visual maupun auditori− di mana otak akan menyerap informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Dan proses ini dilakukan setiap saat oleh otak.
ADVERTISEMENT
Hati-hati dengan fenomena Baader-Meinhof
Meski tidak berbahaya, fenomena Baader-Meinhof –ilusi frekuensi− dapat menimbulkan masalah di dunia penelitian ilmiah. Pasalnya, ilusi frekuensi membuat peneliti akan ‘lebih mudah’ melihat informasi bias dan ‘lebih mengabaikan’ informasi lain yang dianggap tidak relevan. Itulah mengapa peneliti sering melakukan studi ‘buta ganda’ untuk menghindari bias pada penelitiannya.
Nah, lain kali, ketika kamu mengetahui informasi baru –nama si crush, misalnya− ingatlah bahwa kamu mungkin akan menjadi sering melihat namanya dan bahkan wajahnya dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini tentu bukan sebuah kebetulan, namun proses otak yang menyaring informasi baru yang menarik menurut kamu.
Sumber:
https://productiveclub.com/baader-meinhof-phenomenon/#8_Having_a_crush_on_someone