Sains Di Balik Nepotisme

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
10 September 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa istilah nepotisme berasal dari bahasa Italia nepotismo yang berakar dari Bahasa Latin nepos yang dalam Bahasa Inggris berarti nephew atau dalam Bahasa Indonesia berarti keponakan laki-laki. Lalu apa hubungan nepotism dan nephew? Ternyata istilah nepotism bermula dari beberapa uskup dan paus Katolik yang mewariskan kekayaan, property, dan imamat kepada sang nephew atau keponakan laki-laki mereka. Paus dan uskup –yang biasanya tidak tidak memiliki keturunan yang sah secara biologis− akan memberikan posisi preferensi ke keponakan laki-laki mereka layaknya seorang ayah sering memberi ke anak laki-laki.
ADVERTISEMENT
Nepotisme menurut Adam Bellow (2003) didefinisikan sebagai ‘favoritisme berdasarkan kekerabatan’. Sedangkan definisi klasik nepotisme (Simon, Clark, & Tifft, 1966) adalah pemberian patronase (bantuan, dukungan, dan keistimewaan dari satu pihak ke pihak lain) karena alasan hubungan dan kekerabatan, bukan karena kualitas dan kelayakan.
Image by James Bong from Pixabay
Nepotisme masih dianggap remeh
Nepotisme memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang paling menonjol adalah mempekerjakan kerabat itu mudah dan mengarah pada kepercayaan yang lebih cepat dan besar (swift trust) selama hubungan tersebut rukun dan memiliki tujuan yang sama. Nepotisme menjadi masalah ketika ada favoritisme tidak adil, dan ketika non-kerabat yang lebih kompeten tidak dipekerjakan.
Terkait dengan nepotisme dalam industri dan organisasi, Jones dan Stout (2015) secara akurat mengklaim bahwa nepotisme menciptakan dilema bagi manajer. Itulah yang menjadi alasan mengapa sebagian besar organisasi memiliki kebijakan yang menghapus anggota keluarga dari keputusan personel, sebagai mitigasi kebijakan praktis untuk membatasi dampak nepotisme dan favoritisme. Bekerja dengan anggota keluarga menciptakan ketegangan yang luar biasa, terutama bagi mereka yang bekerja dalam bisnis keluarga. Nepotisme juga merusak persepsi ‘penghargaan didasarkan pada kinerja’ yang malah mengakibatkan banyak kecurangan, ketidakpercayaan dengan rekan, ketidakpuasan dan komitmen karyawan yang rendah, dan rasa takut karyawan lebih besar.
ADVERTISEMENT
Melihat dampak nepotisme yang besar dalam organisasi, ternyata nepotisme masih dianggap remeh bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Asmiati Malik, seorang peneliti doktoral dari University of Birmingham melakukan survey pada 237 responden dan wawancara dengan 10 orang Indonesia di tahun 2018, dimana 90% respondennya adalah mahasiswa.
Hasil survei menunjukkan sebanyak 73% responden menganggap tindakan para elit penguasa yang memberikan pekerjaan dan jabatan pada keluarganya sendiri adalah tindakan yang salah. Namun disisi lain responden menilai nepotisme sebagai tindakan yang paling sedikit memberi dampak buruk dibandingkan dengan tindakan buruk lain seperti korupsi, kolusi, dinasti politik, dan politik kroni.
Sementara itu hasil wawancara menunjukkan tujuh dari sepuluh orang beranggapan bahwa nepotisme adalah tindakan yang wajar dan lumrah, sedangkan responden yang tidak setuju dengan nepotisme hanya tiga orang. Alasan responden menganggap nepotisme wajar adalah karena kodrat alami manusia untuk memilih keluarga dan kerabat dekat karena faktor lebih kenal secara personal. Responden yang menganggap nepotisme adalah hal yang lumrah tersebut juga beranggapan bahwa memastikan keluarga mereka mendapatkan pekerjaan yang stabil dengan gaji layak adalah tugas keluarga mereka. Sedangkan responden yang tidak setuju dengan nepotisme berpendapat bahwa nepotisme mengubur peluang untuk berkompetisi secara adil.
ADVERTISEMENT
Nepotisme di dunia hewan
Tahukah kamu bahwa nepotisme tidak hanya ditemukan di kehidupan manusia −dunia kerja, politik, hiburan, maupun akademik−? Yup, nepotisme dapat ditemukan secara alami di dunia hewan. Para ahli biologi menggunakan istilah nepotisme untuk menggambarkan perilaku hewan yang lebih menyukai anggota keluarga daripada individu yang tidak terkait.
Semut | Image by ArtTower from Pixabay
Nepotisme hewan dapat ditemukan pada beberapa spesies seperti pada laba-laba, koloni semut, dan tupai tanah. Menurut sebuah penelitian yang menunjukkan nepotisme ada di dunia serangga, pada koloni semut misalnya, pekerja di koloni semut lebih cenderung membantu kerabat dekat daripada semut yang lebih jauh. Sedangkan pada tupai tanah, mereka akan lebih sering memberikan peringatan adanya ancaman predator kepada sesama kerabat dekat mereka dibandingkan kepada tupai tanah yang tidak memiliki hubungan kerabat.
ADVERTISEMENT
Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang praktik nepotisme?
Sumber:
https://doi.org/10.1108/978-1-78635-445-720161006
https://doi.org/10.1017/iop.2014.10
https://theconversation.com/nepotism-is-bad-for-the-economy-but-most-people-underestimate-it-103909