Sains di Balik Rumah Dingin Tanpa AC

Tinggal di bawah Tanah

Teknik ini sekaligus merupakan cara tertua yang digunakan oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala. Jika kita sering menonton TV terkait sejarah hidup nenek moyang kita maupun orang-orang yang tinggal di gua mungkin kita akan menyadari sederhananya hal ini. Ya, dingin tanpa AC bisa dilakukan dengan tinggal di bawah tanah dan cara ini ternyata telah digunakan ribuan tahun lamanya, baik oleh manusia purba zaman dahulu maupun zaman kita. Namun kini kehidupan tinggal di bawah tanah lebih untuk membuat bunker maupun gudang.

underground house | pixabay.com

Sadarkah kita bahwa hal tersebut membuat ruangan lebih dingin? Dengan kondisi tanah yang cukup terlindungi dari matahari dan sedikit lembab hal tersebut tentu sangat mungkin. Hal ini sekaligus merupakan cara yang cukup efektif untuk membuat suhu ruang tetap terjaga dari terik matahari karena tidak langsung terpapar dan terlindungi dari sengatan langsung sinar ultraviolet, sehingga udara panas yang terjebak dalam ruang bisa dikurangi.

Permainan Dinding

Ketika kita mendengar “permainan dinding” ini pasti terbesit dalam pikiran kita pertanyaan seberapa tebal dinding dapat dimanipulasi untuk bisa mendinginkan ruangan? Ternyata memainkan tebal dinding juga merupakan salah satu cara mudah untuk mendinginkan ruangan. Tebal dinding ini sendiri akan memperpanjang lama transfer panas dari luar dan melindungi bagian dalam ruangan.

wall | pixabay.com

Perbedaan material dinding akan membuat kondisi ruangan juga berbeda, dinding batu dipercaya sebagai salah satu material yang menjadi konduktor panas yang ampuh. Selain itu, salah satu teknologi yang memainkan tebal dinding yang kita kenal antara lain adalah material insulasi foam Spray Polyurethane (PU). Teknologi ini banyak digunakan karena kemudahannya tanpa perlu membongkar struktur dan biasa digunakan untuk membendung panas dari atap.

Plafon dan Sirkulasi Udara

Pada abad ke 17-19 biasanya bangunan memiliki konstruksi yang baik tanpa AC sehingga sebelum teknolog AC tersebut ditemukan, bagunan dibuat sedemikian rupa agar menjaga suhu tetap dingin. Ternyata hal paling mudah untuk dingin tanpa AC adalah mendesain bangunan dengan plafon maupun memberikan sirkulasi udara yang cukup. Peninggian plafon merupakan salah contoh dari teori fisika konveksi udara.

air circulation home | pixabay.com

Pada umumnya jika ruangan mempunyai tinggi yang cukup maka panas akan berkumpul di atas dan membuat area bawahnya menjadi lebih dingin. Ditambah dengan sirkulasi udara yang baik dengan mempertimbangkan arah angin masuk dan keluar maka sirkulasi udara panas yang ada di dalam akan terganti dengan udara baru yang lebih dingin. Pada abad lalu, biasanya teknologi sirkulasi udara ini juga dibantu dengan cerobong yang berguna untuk menghangatkan tubuh juga di musim dingin. Bangunan Lawang Sewu di Semarang juga merupakan bangunan dengan arsitektur yang menerapkan konsep ini.

Tanaman di Rumah

Hal ini merupakan hal yang paling umum dan sangat mudah kita lakukan dalam menerapkan agar rumah kita bisa tetap terjaga suhunya. Dalam penelitian, tanaman yang sesuai dipercayai dapat mengurangi suhu ruangan, apalagi jika hal tersebut ditambah dengan uap air yang menjaga kelembapan. Tanaman-tanaman yang umumnya diketahui dapat membantu menjaga suhu ruang dan udara dalam rumah di antaranya adalah Palem bambu (Chamaedorea seifrizii), Sri rejeki, Sirih gading, Sansevieria, dan Lidah buaya.

forest tree house | pixabay.com

Selain tanaman-tanaman dalam rumah tersebut, menerapkan fungsi tanaman di luar rumah juga sangat membantu menjaga suhu. Apalagi jika tanaman tersebut rindang dan dapat melindungi rumah dari sengatan dari matahari langsung, walaupun pada rumah dengan tipe yang ada sekarang sangat sulit untuk menanam tanaman rindang karena tempat yang cukup terbatas.