Konten dari Pengguna

Sampah plastik yang menjadi masalah planet bumi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
20 Desember 2018 4:30 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Merusak ekosistem laut dan sulit untuk memperbaikinya
Sampah plastik yang menjadi masalah planet bumi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar : Pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari hari, kita sering kali menggunakan plastik sebagai pembungkus makanan, botol minuman, hingga pembawa belanjaan saat berbelanja. Plastik itu sendiri baru saja ditemukan sekitar 60 hingga 70 tahun sebelumnya, tetapi sepanjang itu plastik sudah sangat banyak digunakan untuk berbagai hal. Salah satu alasan mengapa para produsen lebih memilih bahan dasar plastik daripada bahan lain adalah karena plastik dirancang untuk dapat tahan lama dan hampir semua plastik yang diproduksi masih bertahan hingga saat ini.
Dikutip dari sebuah dokumen jurnal Science Advance oleh ahli lingkungan Industrial,Dr Roland Geyer, volume sampah plastik yang sudah diproduksi di bumi diperkirakan mencapai 8,3 miliar ton dan 6,3 miliar ton plastik tersebut sudah menjadi sampah. Peningkatan penggunaan plastik tersebut diakibatkan kehidupan manusia modern yang menginginkan barang sekali buang pakai untuk mempermudah kegiatanya. Berdasarkan jurnal tersebut juga, botol plastik merupakan sampah plastik paling banyak diantara sampah plastik lainya dengan jumlah sekitar 480 miliar sampah plastik botol di seluruh dunia dan 110 miliar sampah plastik diproduksi oleh industri minuman ringan Coca Cola. Di tahun 2016 saja, sekitar satu juta botol sampah plastik dapat dihasilkan hanya dalam satu menit saja.
ADVERTISEMENT
Banyak berbagai cara untuk dapat mengurangi sampah plastik tersebut salah satunya adalah mengumpulkan sampah plastik untuk di daur ulang, namun masih kurang dari 50% sampah plastik saja yang bisa dikumpulkan untuk di daur ulang. Sisa dari sampah plastik tersebut akan banyak terbawa ke laut. Para ilmuwan National Center for Ecological Analysis and Synthesis memperkirakan 9,1 juta ton sampah plastik terbuang ke laut setiap tahunya dan akan terus meningkat untuk tahun selanjutnya. Studi tersebut juga memaparkan bahwa dari 192 negara pantai, negara negara Asia masuk dalam 13 dari 20 penyumbang sampah plastik lautan terbesar.
Resiko terbesar dari tersebarnya sampah plastik ke laut adalah burung laut dan satwa laut yang besar, seperti penyu, lumba-lumba, dan anjing laut- maka risikonya mereka akan terperangkap atau tercekik oleh tas plastik atau sampah lainnya maupun karena salah menganggap plastik sebagai makanan. Penyu tidak bisa membedakan antara tas plastik dengan ubur-ubur, yang merupakan salah satu makanannya. Tas plastik jika masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan pemblokiran internal yang dapat menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Plastik yang terbuat dari bahan dasar minyak bumi beserta dengan aneka bahan lain yang ditambahkan dalam pembuatannya, tidak dapat terurai dengan cara yang sama seperti bahan organik. Kayu, rumput, serta makanan yang dibuang mengalami proses yang disebut biodegradasi ketika tertimbun di dalam tanah, di mana bahan-bahan ini diubah oleh bakteri di dalam tanah menjadi senyawa yang berguna. Tidak demikian halnya dengan plastik. Walaupun kantong plastik standar yang umumnya berbahan polyethylene tidak dapat mengalami biodegradasi, namun sebenarnya pada plastik dapat terjadi fotodegradasi, yakni menjadi rapuh dan terpecah-pecah bila terkena pancaran ultraviolet dari sinar matahari. Tapi tentu saja, diperlukan waktu yang lama bagi matahari untuk melakukan ‘keajaiban’ ini, sehingga para pakar memperkirakan setidaknya dibutuhkan waktu selama 500 tahun hingga 1.000 tahun untuk terjadinya penguraian dan merupakan waktu yang sangat lama mengingat perkembangan sampah plastik dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, beberapa pola pengelolaan sampah berdasarkan hasil studi yang dilakukan di beberapa kota tahun 2012 adalah seperti diangkut dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan didaur ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%). Namun diakui, tantangan besar pengelolaan ada pada penanganan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan. Meskipun beberapa cara dilakukan untuk mengurai sampah plastik, tetap saja kembali pada diri kita sendiri untuk menjaga kelestarian kehidupan yaitu mengurangi penggunaan sampah plastik yang sudah sangat berlebihan dari tahun ke tahun dengan cara membawa tas belanja, botol minum, mengurangi konsumsi sedotan, dan menyimpan beberapa barang dalam jar atau kayu daripada menggunakan plastik.