Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
SARS-CoV-2 Mungkin Muncul Karena Perubahan Iklim
28 Februari 2021 21:49 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalam sebuah studi dibuktikan adanya mekanisme dimana perubahan iklim dapat memainkan peran langsung dalam munculnya SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science of the Total Environment dibuktikan adanya peran dari perubahan iklim terhadap pandemic yang tidak kunjung berlalu ini. Studi tersebut mengungkapkan perubahan skala besar pada jenis vegetasi di provinsi Yunnan di Tiongkok selatan, dan wilayah yang berdekatan di Myanmar dan Laos, selama setidaknya satu abad terakhir. Perubahan iklim yang dimaksud disii tentu sangat luas dimana ada peranan masif dari beberapa faktor termasuk peningkatan suhu, sinar matahari, dan karbon dioksida di atmosfer yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pohon, dimana hal tersebut telah mengubah habitat alami dari semak tropis menjadi savana tropis dan hutan gugur. Dengan kata lain, hal ini menciptakan lingkungan yang cocok untuk banyak spesies kelelawar yang sebagian besar hidup di hutan.
Banyak penelitian mengaitkan hal diatas karena seperti yang kita ketahui Bersama, jumlah virus korona di suatu daerah terkait erat dengan jumlah spesies kelelawar yang ada pada area tersebut. Studi tersebut menemukan bahwa 40 spesies kelelawar tambahan telah pindah ke provinsi Yunnan Cina selatan dalam satu abad terakhir, menyimpan sekitar 100 lebih jenis virus korona yang ditularkan oleh kelelawar kepada spesies lainnya. Hal serupa juga dikuatkan oleh pendapat ahli, Dr Robert Beyer, seorang peneliti di Departemen Zoologi Universitas Cambridge, yang mengatakan bahwa "Perubahan iklim selama abad terakhir telah membuat habitat di provinsi Yunnan Cina selatan cocok untuk lebih banyak spesies kelelawar dan memahami bagaimana distribusi global spesies kelelawar telah bergeser akibat perubahan iklim mungkin merupakan langkah penting dalam merekonstruksi asal mula wabah COVID-19."
ADVERTISEMENT
Para peneliti juga membuat peta vegetasi dunia seabad yang lalu untuk melihat sejauh apa vegetasi berubah. Dengan menggunakan catatan suhu, curah hujan, dan tutupan awan, kemudian mereka menggunakan informasi tentang kebutuhan vegetasi spesies kelelawar dunia untuk menentukan distribusi global setiap spesies pada awal tahun 1900-an. Hal ini dilakukan untuk membandingkan distribusi saat ini memungkinkan mereka untuk melihat bagaimana 'kekayaan spesies' kelelawar, jumlah spesies yang berbeda, telah berubah di seluruh dunia selama abad terakhir karena perubahan iklim.
Menurut data, populasi kelelawar dunia membawa sekitar 3.000 jenis virus korona, dengan setiap spesies kelelawar rata-rata memiliki 2,7 virus corona dimana sebagian besar tanpa menunjukkan gejala. Peningkatan jumlah spesies kelelawar di wilayah tertentu, didorong oleh perubahan iklim, dapat meningkatkan kemungkinan adanya virus korona yang berbahaya bagi manusia, ditularkan, atau berevolusi di sana. Kebanyakan virus korona yang dibawa oleh kelelawar biasanya tidak bisa masuk ke manusia. Tetapi beberapa virus corona yang diketahui menginfeksi manusia kemungkinan besar berasal dari kelelawar, termasuk tiga yang dapat menyebabkan kematian pada manusia, yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS) CoV, dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) CoV-1 dan CoV-2.
ADVERTISEMENT
Para peneliti sepakat bahwa seruan dari studi sebelumnya yang mendesak pembuat kebijakan untuk mengakui peran perubahan iklim dalam wabah penyakit virus, dan untuk mengatasi perubahan iklim sebagai bagian dari program pemulihan ekonomi COVID-19. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan kerusakan sosial dan ekonomi yang luar biasa. Pemerintah dunia harus mengambil kesempatan untuk mengurangi risiko kesehatan dari penyakit menular dengan mengambil tindakan tegas untuk mengurangi perubahan iklim. Terlebih lagi, fakta bahwa perubahan iklim dapat mempercepat penularan patogen satwa liar ke manusia harus menjadi seruan segera untuk mengurangi emisi global. Hal ini tentu sudah sangat jelas terjadi sebelum adanya pandemi ini dan kita (manusia) perlu lebih banyak mengarahkan perhatian kita ke perubahan iklim sebagai tindakan preventif, bukan hanya mengoreksi apa yang terjadi sebagai dampak dari apa yang kita lakukan, yaitu perubahan iklim yang sangat mungkin menjadi pandemi.
ADVERTISEMENT