Sawah Terasering, Warisan Peradaban Dunia

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Juli 2019 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita tentunya sangat tidak asing dengan sawah, yakni tempat khusus untuk bercocok tanaman padi sebagai salah satu makanan pokok di Indonesia. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan masih dapat menjumpai area persawahan yang cukup luas. Namun tidak demikian dengan masyarakat di perkotaan. Sebagian besar area persawahan telah diubah menjadi area dengan fungsi yang lain seperti perumahan, kawasan bisnis atau industri, jalan atau lokasi pembangunan infrastruktur lainnya.
ADVERTISEMENT
Variasi pada bentukan alam turut mempengaruhi jenis dan bentuk area persawahan yang ada. Tidak semua daerah persawahan didirikan pada daerah dataran rendah di sekitar aliran sungai atau yang dikenal dengan flood plain, namun banyak juga persawahan yang dibuat di daerah dataran tinggi atau pegunungan. Di Indonesia sendiri teknik ini dikenal dengan teknik sengkedan atau terasering.
Fungsi Terasering
Tanaman padi sebagian besar jenisnya diketahui membutuhkan banyak air dalam beberapa masa awal pertumbuhannya. Sedangkan di daerah pegunungan atau dataran tinggi, karena kondisi permukaan lahannya yang tidak rata menyebabkan air melimpas cukup cepat sebelum sempat ditahan oleh lapisan tanah. Hal ini yang mendasari teknik terasering diterapkan untuk areal persawahan di dataran tinggi untuk memaksimalkan penyerapan air hujan dan retensi air. Teknik terasering dengan membuat teras-teras pada lahan miring memperkecil tingkat kemiringan lereng dan mengurangi panjang lereng sehingga dapat mengurangi kecepatan aliran air di permukaan yang mana juga mengurangi tingkat erosi. Dapat dikatakan teknik terasering mampu meningkatkan produktivitas lahan yang miring, juga turut andil menjaga kestabilan lereng dan konservasi daerah dataran tinggi dan pegunungan.
ADVERTISEMENT
Warisan Dunia
Praktek terasering juga memiliki sejarah yang cukup panjang dan tersebar di banyak negara-negara di Asia. Praktek ini sangat erat dengan nilai-nilai kultur suatu bangsa hingga hubungan sosial kemasyarakatan selain fungsi penting dalam konservasi lingkungan. Karena alasan-alasan inilah situs sawah terasering di berbagai belahan dunia menjadi situs Warisan Dunia yang dienkripsi oleh UNESCO badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang salah satu mandatnya mengurusi warisan dunia tersebut.
Dimana saja ya situs-situs sawah terasering warisan dunia ini?
Sawah Terasering Honghe Hani
Bentang sawah yang menempati area seluas 16.630 hektar di Selatan Yunnan, Tiongkok yang berada di kaki gunung Ailao hingga daerah aliran sungai Hong. Diakui sebagai Warisan Dunia pada tahun 2013, situs ini merupakan peradaban masyarakat Hani selama 1300 tahun yang bermigrasi dari bagian Tiongkok barat laut. Sawah yang diairi oleh air irigasi di daerah ini membentuk lembah-lembah yang sempit. Kurang lebih terdapat 3000 teras yang membentuk gugusan Sawah Terasering Honghe Hani.
ADVERTISEMENT
Untuk mendukung kegiatan bercocok tanam, masyarakat Hani juga membangun sistem irigasi yang kompleks. Dengan curah hujan yang tinggi dan iklim sub tropis lembah, masyarakat Hani membangun sawah terasering di dataran tinggi pegunungan yang sebelumnya ditutup oleh vegetasi hutan lebat.
Sawah Terasering Honghe Hani di Yunnan, Tiongkok. Sumber: Wikimedia Commons
Sawah dengan Sistem Subak Bali
Sistem Subak di Pulau Bali, Indonesia menerapkan filosofi Tri Hita Karana sebagai landasan kehidupan bermasyarakat. Diakui UNESCO sebagai situs Warisan Dunia pada tahun 2012, persawahan terasering ini mencapai 19.500 hektar luasnya. Menggabungkan tiga struktur pilar dalam Tri Hita Kirana yakni: Parahyangan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya dan Palemahan yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Filosofi ini kemudian melebur dalam semua aspek kehidupan masyarakat di Bali baik keagamaan, budaya, sosial masyarakat maupun usaha konservasi terhadap lingkungan. Konsep dan sistem yang telah diterapkan selama lebih dari 2000 tahun dan mampu mendukung Bali menjadi salah satu produsen padi terbesar di Indonesia.
Sawah bertingkat dengan Sistem Subak di Bali. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sawah Terasering di Cordilleras, Filipina
Sawah Terasering di daerah Ifugao, Cordillera, Filipina ini diakui oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Dunia pada tahun 1995. Praktik bercocok tanam padi dengan sawah terasering di Ifugao telah dilakukan selama hampir 2000 tahun. Tidak hanya didukung oleh kearifan lokal dalam mengelola sistem irigasi, serta pemanenan air hujan, masyarakat Ifugao dalam prakteknya mengelola sawah terasering ini juga didukung oleh pengetahuan lokal akan kekayaan hayati, ilmu konservasi dan agro-ekosistem yang erat
Sawah Terasering di Ifugao, Cordillera, Filipina. Sumber: Wikimedia Commons
Sumber:
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/pengertian-terasering
https://whc.unesco.org/en/list/1111
https://whc.unesco.org/en/list/1194
https://whc.unesco.org/en/list/722