Konten dari Pengguna

Selain Ovarium, Tikus Tanah Betina juga Punya Testis, Ini Penyebabnya

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
13 Oktober 2020 9:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tikus tanah | Gambar oleh Wolfgang Inderwies dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Tikus tanah | Gambar oleh Wolfgang Inderwies dari Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tikus tanah merupakan salah satu binatang unik yang hidup di habitat ekstrem. Sebagai mamalia penggali tanah, mereka memiliki cakar depan dengan jari ekstra dan otot yang sangat kuat. Berbeda dengan mamalia lain, tikus tanah betina bersifat interseksual. Apa itu?
ADVERTISEMENT
Interseksual adalah istilah yang diberikan oleh Richard Goldschmidt, genetikawan Amerika Serikat, untuk mendeskripsikan beberapa kerancuan jenis kelamin. Artinya, hewan interseksual merupakan hewan yang memiliki organ reproduksi jantan dan betina sekaligus.
Tikus tanah betina dilengkapi dengan dua kromosom X. Namun uniknya, mereka tidak hanya memiliki ovarium, tetapi juga jaringan testis yang menghasilkan hormon seks pria. Beberapa jaringan testis ini menempel ke ovarium, sehingga menghasilkan bagian anatomi unik yang disebut ovotestis.
Sama seperti ovarium mamalia pada umumnya, ovotestis berfungsi memelihara dan melepaskan telur untuk pembuahan.
Meskipun tidak mampu memproduksi sel sperma, ovotestis memiliki sel Leydig, yang berperan menghasilkan hormon testosteron (hormon seks pria) dalam jumlah besar. Oleh karena itu, tikus tanah betina memiliki kadar testosteron yang sama dengan jantan. Hal ini yang diduga menyebabkan tikus tanah betina menjadi agresif dan berotot.
ADVERTISEMENT
Biasanya, perkembangan jaringan testis pada mamalia bergantung pada keberadaan gen dalam kromosom Y untuk meningkatkan produksi testosteron di awal perkembangan. Kekurangan kromosom Y akan menyulitkan embrio untuk memulai serangkaian proses pembentukan testis. Jadi, fenomena yang terjadi pada tikus tanah betina ini merupakan misteri yang perlu dipecahkan.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, para ilmuwan Berlin melaporkan keanehan genetik yang menyebabkan keunikan seksual tikus tanah betina. Menurut penelitian tersebut, perubahan utama dalam struktur genom yang menyebabkan kontrol aktivitas genetik berubah. Program genetik ini tidak hanya terlibat dalam perkembangan testis, tapi juga merangsang enzim untuk produksi hormon pria pada wanita.
Penelitian ini dilakukan oleh tim internasional yang dipimpin oleh Profesor Stefan Mundlos dari Max Planck Institute for Molecular Genetics (MPIMG) dan Dr. Darío Lupiáñez dari di Berlin Institute for Medical Systems Biology (BIMSB).
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pertanyaan terkait interseksualitas tikus tanah betina, Mundlos dan rekan-rekannya telah melakukan sequencing (pengurutan) genom tikus tanah Iberia (Talpa occidentalis) secara lengkap. Selain itu, mereka juga memeriksa struktur tiga dimensi genom di dalam sel.
Peneliti berhipotesis bahwa perubahan genetik pada tikus tanah tidak hanya terjadi pada gen itu sendiri, tetapi juga di wilayah regulasi gen tersebut.
Berdasarkan pengujian ini, mereka menemukan bahwa dalam evolusi tikus tanah, selain mengalami perubahan pada urutan basa nukleotida dari DNA, potongan genom yang lebih besar juga bergeser. Jika segmen DNA berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, maka akan memungkinkan terjadinya aktivasi gen baru dan meningkatkan atau melemahkan ekspresinya.
Ketika membandingkan genom tikus tanah dengan hewan lain dan manusia, tim menemukan terjadinya inversi, yaitu segmen genom yang terbalik di daerah yang terlibat dalam perkembangan testis. Inversi menyebabkan penambahan kode ekstra ke daerah yang mengaktifkan gen faktor pertumbuhan pro-testis FGF9.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tim juga menemukan dua salinan tambahan dari gen yang mengontrol sintesis androgen (terjadi triplikasi). Francisca Martinez Real dari Institute for Medical Genetics and Human Genetics di Jerman mengatakan bahwa triplikasi ini akan meningkatkan produksi hormon seks pria (terutama testosteron) pada ovotestis tikus tanah betina.
Temuan-temuan ini memberi petunjuk bahwa karakteristik seperti interseksualitas dapat tercipta dari gen yang sudah ada, melalui proses perubahan dan pengaturan ulang. Dalam prosesnya, sistem dan perkembangan organ lain tidak akan terpengaruh.
Bagi tikus tanah betina, evolusi interseksual ini merupakan hal yang sangat menguntungkan untuk kehidupan di bawah tanah. Dengan karakteristik maskulin yang diperoleh, mereka akan lebih mudah menjalankan kehidupan, misalnya dalam hal menggali lubang dan mempertahankan diri dari musuh.
ADVERTISEMENT
Sumber:
https://www.mpg.de/15476613/1002-moge-140270-maulwuerfe-intersexuell-und-genetisch-gedopt
https://www.sciencealert.com/female-moles-grow-testicles-to-help-them-fight-through-a-gritty-environment