Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Seperti Apa Rasanya Menyentuh Awan? Inilah Fakta Menarik Seputar Awan
14 Februari 2021 10:21 WIB
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Proses terbentuknya awan
Awan terbentuk dari proses penguapan air yang ada di permukaan bumi oleh sinar matahari. Pemanasan permukaan air yang ada di bumi –seperti laut, danau, sungai− oleh sinar matahari menyebabkan air berubah wujud dari bentuk cair menjadi gas. Gas ini akan menguap dan terangkat naik ke atmosfer. Proses terangkatnya uap air ke atas persis sama seperti uap air dari proses merebus air. Ketika air dipanaskan maka air akan berubah menjadi uap air, kemudian uap air terangkat dan ‘menghilang’ ke atas.
ADVERTISEMENT
Ketika sampai di lapisan atmosfer yang lebih tinggi, uap air mulai mengembun dan kembali ke bentuk semula menjadi partikel titik air yang sangat kecil. Awan yang terlihat di langit adalah merupakan kumpulan dari jutaan bahkan milyaran partikel titik air. Jutaan partikel air tersebut menyebarkan sinar matahari secara merata, sehingga awan terlihat berwarna putih. Meskipun terlihat seperti kapas yang lembut dan nyaman, awan tentu saja tidak dapat menopang tubuh atau benda apapun yang dijatuhkan di atasnya.
Rasanya menyentuh awan
Secara tidak sadar, pada dasarnya kita mungkin pernah merasakan sensasi berada di dalam awan. Jika para pembaca pernah berada di lingkungan yang berkabut, pada dasarnya Anda sedang berada di dalam awan. Hanya saja awan ini berada di dekat permukaan tanah, bukan berada di langit. Awan dan kabut sama-sama terbuat dari partikel air yang sangat kecil kemudian membentuk lapisan/gumpalan berwarna putih.
ADVERTISEMENT
Meski terlihat seperti gumpalan kapas, kita tidak bisa benar-benar menyentuh dan menggenggam awan. Jika Anda mencoba menyentuh awan, maka tangan Anda akan langsung menerobos dan melewati awan tersebut.
Jika awan dapat ‘melayang’ di langit, apakah artinya awan ringan?
Jika awan adalah kumpulan partikel titik air, maka dapat dipastikan awan memiliki berat yang bisa diukur nilainya. Salah satu estimasi berat awan dijelaskan dari nilai kepadatan awan sekitar 0,5 gram per meter kubik. Jika dimisalkan terdapat awan sebesar 1 kilometer kubik, maka berat awan diperkirakan mencapai 500.000 kilogram atau sekitar 551 ton.
Lalu bagaimana bisa awan seberat 551 ton melayang di langit?
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis –atau kerapatan− materi awan dengan massa jenis udara kering di bawahnya. Seperti minyak yang mengapung di atas air, terjadi karena massa jenis air lebih besar –lebih rapat− dibandingkan massa jenis minyak.
ADVERTISEMENT
Massa jenis atau kerapatan awan yang lebih kecil dibandingkan dengan massa jenis udara kering tersebut menyebabkan awan dapat mengapung di atmosfer.
Fenomena manusia terombang ambing dalam awan cumulunimbus
Pada 26 Juli 1959, Kolonel William A. Rankin, melakukan jatuh bebas dari pesawat militernya yang mengalami kerusakan di dalam badai awan cumulunimbus pada ketinggian 14,5 km atau sekitar 47500 kaki. Setelah jatuh bebas dari pesawat, parasut Rankin akan membuka secara otomatis pada ketinggian 10000 kaki. Namun sayang ketika parasut terbuka, Rankin justru terbawa arus naik ke atas awan badai. Sebagai informasi kecepatan arus naik turun di dalam awan cumulonimbus bisa lebih dari 130 km/jam. Setelah terombang-ambing naik dan turun di dalam awan badai, terkena hujan es dan hujan lebat, hampir tersambar petir, dengan parasut dan baju yang tercabik-cabik, akhirnya Rankin mendarat di tanah dengan selamat. Peristiwa menyeramkan yang dialami Rankin tersebut berlangsung selama 40 menit.
ADVERTISEMENT