news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Solenopsis Molesta, Si Pencuri Ulung Bawah Tanah

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
22 Mei 2020 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa bilang pencuri hanya ada di dunia manusia? Dalam dunia hewan, seperti semut, ada juga sosok pencuri yang meresahkan bagi spesies-spesies lain. Ya, si pencuri ini dikenal dengan sebutan semut pencuri atau Thief ants (Solenopsis molesta). Semut pencuri memiliki tubuh berukuran biji opium dengan panjang sekitar 1.5-2.2 mm dan berwarna agak kuning hingga kecoklatan. Hewan ini disebut “pencuri” karena mereka mempunyai kebiasaan mencuri makanan dan semut yang masih muda (larva dan kepompong) dari spesies semut lain.
Semut Pencuri atau Solenopsis molesta sering mencuri makanan dan semut yang masih muda (sumber: wikimedia commons)
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pencarian makanan seperti ini sangat merugikan spesies semut lainnya, karena menyebabkan kerusakan yang sangat parah sehingga berdampak pada penurunan seluruh rantai makanan.
ADVERTISEMENT
Andrea Lucky, seorang sistemat semut di Universitas Florida, yang tidak terlibat dengan penelitian ini merasa terkejut denga fakta ini. Ia mengatakan bahwa semut pencuri adalah predator yang tangguh.
Puluhan spesies semut pencuri hidup di Amerika Utara, Tengah, dan Selatan (the new world). Sebagian besar semut ini hidup di bawah tanah dan biasanya mereka akan bersarang di lokasi yang sangat dekat, bahkan kadang-kadang di dalam sarang semut lain. Ketika hendak mencari mangsa, semut pencuri akan menerobos masuk ke sarang semut yang lebih besar dan mencuri anak semut yang masih muda dengan ukuran 24 kali dari ukuran mereka. Semut pencuri akan menyemprotkan racun yang kuat untuk mengontrol semut dewasa sehingga mereka tidak dapat melakukan perlawanan.
ADVERTISEMENT
Meskipun jumlahnya sangat banyak, semut pencuri kurang mendapat perhatian sebagian besar ilmuwan karena ukurannya yang kecil dan berada di bawah tanah. Michael Kaspari, seorang ahli ekologi komunitas di Universitas Oklahoma bahkan menyebut hewan ini sebagai final frontier” untuk keanekaragaman hayati semut.
Leo Ohyama, yang waktu itu adalah seorang mahasiswa master di University of Central Florida, memutuskan untuk melihat apa yang terjadi ketika semut pencuri hilang. Dia membuat 20 bidang tanah seluas 18 meter persegi (kira-kira seukuran dua kali lipat lapangan bola voli) di sebuah state park yang terkenal dengan tanah berpasirnya. Kemudian, setiap bulan selama 14 bulan, dia mengubur tabung plastik dengan umpan yang diberi insektisida di 10 bidang tanah. Lubang penyaring di bagian bawah tabung akan memisahkan semut yang lebih besar dari semut pencuri.
ADVERTISEMENT
Dalam laporannya yang diterbitkan di jurnal ecology, Ohyama dan rekan-rekannya memaparkan bahwa secara keseluruhan, penggunaan insektisida dapat mengurangi jumlah semut pencuri hingga 71% dan meningkatkan jumlah semut yang lebih besar sebesar 35%.
Pengaruhnya terlihat sangat dramatis, terutama pada bulan Mei dan Juni di tahun kedua penelitian, di mana jumlah semut tinggi. Tim mengamati bahwa jumlah semut pencuri menurun sebesar 82%, sedangkan semut yang lebih besar mengalami peningkatan hingga 65%.
Semut pencuri tampaknya menargetkan beberapa spesies semut lainnya. Ketika jumlah semut pencuri menurun, jumlah semut Piramida (Dorymyrmex bureni) meningkat hampir dua kali lipat, sedangkan semut Nylanderia arenivaga yang nokturnal (aktif di malam hari) mengalami peningkatan jumlah semut pekerjanya sebesar 98%. “Ini menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas predator ini sangat kompleks dan mungkin telah berevolusi selama periode waktu yang lama,” kata Ohyama. Ia menduga bahwa beberapa semut mungkin telah mengembangkan pertahanan untuk melawan semut-semut pencuri.
ADVERTISEMENT
Jean-Philippe Lessard, seorang ahli ekologi komunitas di Universitas Concorrida, memuji upaya yang dilakukan dalam penelitian ini. Namun ia menyarankan agar eksperimen ini berlangsung lebih lama untuk memastikan apakah pengaruh tersebut akan bertahan dalam jangka waktu lama. Selain itu, ia menambahkan bahwa akan lebih baik jika dilakukan penilaian kepadatan koloni, bukan hanya jumlah semut.
Secara umum, semut membantu menggemburkan tanah, sehingga tanaman akan lebih mudah tumbuh; serangga juga merupakan makanan bagi ulat, laba-laba, kadal, dan makhluk lain yang menjaga fungsi ekosistem. Menurut Ohyama, mereka mungkin sama pentingnya dengan pemangsa kunci lainnya, seperti serigala.
Sumber: sciencemag.org