Konten dari Pengguna

Tanpa Mengepakkan Sayapnya, Burung Ini Mampu Terbang Berjam-jam

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
15 Juli 2020 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kondor andes mampu terbang tingga tanpa harus mengepakkan sayapnya | Gambar oleh jmarti20 dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kondor andes mampu terbang tingga tanpa harus mengepakkan sayapnya | Gambar oleh jmarti20 dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Kondor andes (Vultur gryphus) merupakan salah satu burung terberat di dunia, yang beratnya mencapai sekitar 16 kilogram (atau 35 pon). Karena tubuhnya yang berat, lepas landas menjadi bagian tersulit bagi burung kondor Amerika Selatan ini. Namun, penelitian terbaru berhasil menemukan fakta mencengangkan dari kondor andes ketika berada di udara.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang telah diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) ini berhasil membuktikan bahwa saat kondor andes mengudara, mereka hampir tidak pernah mengepakkan sayapnya. Alih-alih, terjatuh, burung ini justru dapat terbang tinggi hingga 99 persen dari waktu penerbangan mereka. Lalu, bagaimana kondor andes dapat bertahan terbang di udara tanpa mengepakkan sayap? Jawabannya, sebagian besar karena angin dan arus panas.
Setelah menempelkan perangkat bio-logging pada delapan kondor remaja, para peneliti mencatat bahwa burung ini memiliki waktu penerbangan lebih dari 230 jam. Dalam durasi selama itu, hanya 1 persen digunakan untuk mengepakkan sayapnya, dan sebagian besarnya untuk take-off.
Menurut peneliti, waktu mengepak yang rendah ini terlihat pada semua individu. Oleh karena itu, burung yang relatif tidak berpengalaman sekali pun, dapat terbang selama berjam-jam tanpa perlu banyak mengepakkan sayapnya.
ADVERTISEMENT
David Lentink, seorang pakar penerbangan burung dari Stanford University, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan bahwa temuan ini adalah hal yang sangat mengejutkan.
Burung yang terbang tinggi biasanya merupakan burung-burung besar, karena energi yang dibutuhkan untuk terbang jauh lebih besar. Sementara spesies yang lebih ringan, seperti kolibri, mengepakkan sayapnya dengan laju yang tinggi, kondor dan elang laut, menghabiskan 1,2 hingga 14,5 persen dari penerbangannya dengan mengepakkan sayap pada laju yang sangat rendah.
Kondor andes bahkan lebih sedikit. Sebagai contoh, pada perjalanan 50 menit, kondor remaja menghabiskan jumlah energi yang hampir sama seperti saat mereka lepas landas selama 3,3 menit.
Faktanya, energi untuk mengepakkan sayap pada burung-burung besar ini dianggap sekitar 30 kali lebih besar dari energi metabolisme istirahat mereka, yang berarti lebih hemat energi jika dibandingkan aktivitas berlari pada mamalia.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan data dari bio-logger, para peneliti juga mengidentifikasi setiap sayap dari masing-masing kondor remaja di berbagai kondisi angin dan termal.
Bahkan di atas pegunungan, di mana terdapat interaksi aliran udara yang kompleks, kondor muda mampu menavigasi arus udara yang tak terlihat dengan gerakan yang sangat sedikit.
Kondor tidak dapat memutuskan apakah kondisi udara itu baik atau tidak untuk terbang. Biasanya mereka terbang mencari makanan hingga ke tempat-tempat yang sulit diakses, terutama ketika sebagian besar penerbangan itu mengandalkan arus udara.
Ketika terbang, kondor andes membutuhkan banyak energi, namun untuk mendarat, mereka harus mahir dan selektif nemilih tempat pendaratan. Sergio Lambertucci, seorang ahli biologi di National University of Comahue di Argentina menjelaskan bahwa burung perlu mencari udara yang naik untuk menghindari pendaratan yang tidak direncanakan.
ADVERTISEMENT
Risiko-risiko ini lebih tinggi ketika bergerak di antara updraft termal (fenomena alam yang dihasilkan oleh pemanasan udara lokal). Panas dapat berperilaku seperti lampu lava, dengan gelembung udara yang naik secara tidak teratur dari tanah ketika udara cukup hangat. Oleh karena itu, burung dapat tiba di tempat yang panasnya tepat, tetapi pada waktu yang salah.
Bahkan di musim dingin, ketika kondisi angin kencang dan pergantian panas tidak begitu baik, para peneliti menemukan bahwa kondor andes juga tidak mau mengambil jalur yang mengharuskan mereka untuk mengepakkan sayapnya.
Hannah Williams, seorang ahli ekologi pergerakan di the Max Planck Institute for Animal Behaviour menjelaskan bahwa waktu dan tempat mendarat sangat penting. Tempat pendaratan yang salah menyebabkan kondor harus lepas landas lagi, dan itu adalah hal yang tidak mudah. Disamping itu, pendaratan yang tidak perlu akan membuang energi yang cukup banyak.
ADVERTISEMENT
Pemahaman tentang cara kondor andes menavigasi rintangan tak terlihat di langit tidak hanya bisa memberi informasi tentang kondisi atmosfer, tetapi juga dapat menjelaskan bagaimana burung-burung raksasa lain yang telah punah, seperti Argentavis magnificens (berat 72 kg) dapat terbang tinggi.
Sumber:
https://www.sciencealert.com/giant-andean-condors-can-fly-for-five-hours-without-flapping-their-wings-even-once
https://www.pnas.org/content/early/2020/07/09/1907360117