Ternyata Bentuk Kepala Kereta Shinkansen Terinspirasi dari paruh Burung

Ternyata kereta Shinkansen sempat menimbulkan masalah besar di masa-masa awal beroperasi.

Salah satu transportasi utama di Jepang yaitu kereta Shinkansen pertama kali dikonsep pada tahun 1900 an. Tujuannya adalah untuk transportasi super cepat dengan kecepatan mencapai 320 km/jam. Menariknya, shinkansen adalah project yang terbilang sukses mencapai kecepatan demikian. Namun, meninggalkan masalah yang besar yaitu suara bising yang dihasilkan mencapai jarak 400 meter dari lintasan. Karena masalah ini banyak bayi yang menangis, dan juga dinding-dinding rumah yang retak. Suara bising ini dikarenakan tekanan yang diberikan oleh moncong kereta pada udara di terowongan yang dilewati, sehingga menghasilkan gelombang suara berfrekuensi rendah yang mengganggu pendengaran.

Ilustrasi : Kereta Shinkansen. Sumber Gambar : Pixabay

Menariknya, pemecahan masalah ini terinspirasi dari burung pemburu ikan yaitu burung kawasemi, yang dalam bahasa Inggris juga dikenal dengan nama kingfisher. Kingfisher ini adalah pemburu yang amat efektif karena dapat memasuki air dengan kecepatan tinggi namun tanpa menimbulkan suara. Baik air medium yang dilalui kingfisher, maupun udara di terowongan sebagai medium yang dilalui shinkansen adalah sama-sama fluida dalam konsep fisika.

Paruh panjang kingfisher berbentuk panjang runcing menyerupai alas sepatu wedges, yang dalam bahasa Indonesia disebut bentuk baji. Bentuk seperti ini mengurangi jumlah air yang terdorong oleh paruh sehingga mengurangi suara yang ditimbulkan saat kingfisher memasuki air. Jika paruhnya berbentuk bulat besar maka akan lebih banyak air yang terdorong, terciprat, dan menimbulkan suara yang gaduh sehingga ikan-ikan akan kabur. Teknologi meniru kawah kingfisher ini sukses besar sehingga sekarang shinkansen tidak lagi menimbulkan suara yang bising. Bentuk moncong shinkansen yang didesain seperti paruh kingfisher juga terbukti memproduksi 30% lebih sedikit tekanan udara, 15% lebih sedikit listrik untuk digunakan, dan 10% naiknya kecepatan kereta.

Teknologi meniru apa yang ada di alam ini ternyata bukan pertama kali karena manusia selalu terinspirasi dari alam saat menciptakan teknologi. Konsep meniru alam ini juga dikenal dengan istilah biomimicry. Diantara contoh lain dari biomimicry adalah sepatu dan sarung tangan yang lengket yang digunakan untuk wall climbing terinspirasi dari kaki tokek, yaitu dengan mendesain bulu-bulu halus di permukaan sarung tangan untuk memberi konsep adhesive. Konsep menggunakan bulu-bulu halus ini juga menginspirasi penciptaan perekat velcro yang ditemukan oleh ilmuwan Swiss George de Mestral di tahun 1941.

Selain itu Oliver Wright dan Wilbur Wright, atau yang lebih dikenal dengan nama Wright bersaudara yang menciptakan pesawat terbang terinspirasi dari cara terbang burung merpati. Contoh lain adalah banyak baju renang atlet profesional yang terinspirasi dari kulit hiu agar bisa bergerak lebih cepat di dalam air. Baju renang yang terinspirasi dari kulit hiu pertama kali digunakan oleh atlet Michael Phelps. Menariknya, kulit hiu memiliki struktur mirip seperti barisan gigi-gigi kecil yang membentuk seperti alur. Alur yang diciptakan ini membuat air yang melintas dapat mengalir dengan cepat di permukaan kulit, sehingga mengurangi hambatan yang ditimbulkan pada hiu saat berenang. Namun, teknologi ini dinilai tidak sesuai dengan aturan dalam kompetisi renang, sehingga akhirnya dilarang untuk digunakan.

Ilustrasi : Burung Kingfisher. Sumber Gambar : pixabay

Sumber : https://www.gtac.edu.au/the-kingfisher-and-the-bullet-train-in-the-news/#:~:text=The%20Shinkansen%20bullet%20trains%20in,means%20of%20high%2Dspeed%20travel.&text=Tests%20showed%20that%20objects%20shaped,design%20for%20the%20Shinkansen%20trains.

https://www.treehugger.com/how-the-kingfisher-inspired-the-shape-of-a-high-speed-train-4864551