Konten dari Pengguna

Unik, Burung Camar Lebih Suka Makanan yang Telah Disentuh Manusia

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
19 Juni 2020 11:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Burung Camar sering dijumpai di sepanjang pantai atau dermaga (sumber: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Burung Camar sering dijumpai di sepanjang pantai atau dermaga (sumber: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Camar atau yang biasa disebut burung camar merupakan burung laut yang terkenal akan perilakunya yang unik. Jika kebanyakan orang merasa kesal ketika makanannya disentuh oleh orang lain, burung yang tergolong dalam famili Laridae ini justru sebaliknya. Studi terbaru dari para peneliti di University of Exeter, Inggris menemukan bahwa camar lebih tertarik pada makanan yang telah disentuh manusia.
ADVERTISEMENT
Awalnya, para peneliti merasa heran melihat camar yang selalu mendekat ke manusia yang sedang memegang makanan di pinggir pantai atau dermaga. Pertanyaan pun muncul, apakah burung-burung itu hanya tertarik pada makanan atau justru pada apa yang manusia lakukan terhadap makanan itu?
seseorang sedang memberi makan camar di pinggiran pantai (sumber: Wallpaperflare)
Menurut Madeleine Goumas, yang merupakan pemimpin penelitian, studi yang mereka lakukan menunjukkan bahwa isyarat dari manusia mungkin berpengaruh pada cara camar mencari makanan. selain itu, fakta ini juga mungkin dapat menjelaskan mengapa burung camar masuk ke daerah perkotaan.
Pada penelitian yang dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science ini, Goumas melakukan eksperimen menggunakan camar herring. Menurut The Cornell Lab's All About Birds, camar herring (Larus argentatus) adalah burung camar klasik berwarna abu-abu dan putih, serta berkaki merah muda. Burung camar ini umumnya ditemukan di daerah perkotaan dan sering mengais makanan yang dibuang oleh manusia.
ADVERTISEMENT
Goumas mendekati burung-burung yang sedang beristirahat sambil membawa dua flapjack (sejenis oat bar) berbungkus plastik dalam ember hitam. Dia mengambil kedua makanan dari ember dan meletakkannya di tanah. Selanjutnya, salah satu dari dua flapjack tersebut diambil dan dipegangnya selama 20 detik, lalu berpura-pura seolah ingin memakannya. Goumas meletakkan kembali flapjack yang ia pegang ke tanah dan berjalan pergi.
Dari 38 camar yang diuji, 14 di antaranya mengabaikan makanan itu dan 24 lainnya mematuk makanan yang ditinggalkan. Uniknya, 19 (79%) dari 24 camar, lebih memilih flapjack yang telah dipegang oleh Goumas.
Percobaan serupa kembali dilakukan oleh Goumas dan timnya. Namun, kali ini mereka menggunakan spons biru yang dipotong dengan ukuran dan bentuk yang sama dengan flapjack. Lokasi yang dipilih pun berbeda dari sebelumnya untuk memastikan bahwa burung camar yang terlibat benar-benar berbeda dan belum pernah diuji.
ADVERTISEMENT
Pada percobaan kedua ini, dari 23 camar yang mematuk spons, 15 di antaranya memilih yang belum dipegang oleh Goumas. Secara statistik, hasil ini tidak signifikan. Dengan demikian, para peneliti berspekulasi bahwa burung camar secara khusus tertarik pada makanan yang telah dipegang oleh manusia. Mereka juga mungkin telah belajar melalui pengalaman bahwa benda-benda yang ditutupi pembungkus plastik selalu identik dengan makanan.
Seekor camar herring terlihat sedang mendekati sisa-sisa makanan manusia (sumber: wikimedia commons)

Mengapa ini penting?

Para peneliti menunjukkan bahwa banyak spesies terkena dampak negatif oleh urbanisasi. Habitat mereka berkurang dan mereka kehilangan sumber makanan. Tapi camar telah menemukan cara untuk berkembang dan hidup dari makanan yang dibuang oleh manusia. Walaupun demikian, peneliti menduga ada spesies lain yang melakukan hal serupa
Dengan meningkatnya urbanisasi, lebih banyak hewan liar yang akan bersentuhan dengan manusia dan barang-barang antropogenik (sumber pencemaran yang berasal dari manusia). Namun, memakan makanan antropogenik dapat berbahaya bagi satwa liar. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab hewan liar terlibat dalam interaksi dengan manusia merupakan hal yang penting. Ya, dengan memahaminya, kita dapat mengembangkan langkah-langkah pencegahan, baik untuk mengurangi dampak negatif dari interaksi tersebut bagi manusia maupun dampak barang-barang antropogenik pada populasi hewan liar tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, camar masih akan terus berduyun-duyun ke daerah yang mereka anggap memiliki banyak makanan.
Menurut Dr. Laura Kelley, seorang penulis senior, temuan ini menunjukkan bahwa burung camar lebih mungkin mendekati makanan yang dijatuhkan atau ditaruh manusia, sehingga mereka dapat mengasosiasikan bahwa di mana ada orang makan, disitu pasti ada makanan gratis.
Hal ini juga merupakan alasan pentingnya membuang limbah makanan dengan benar, karena memberi makan camar, secara tidak sengaja memperkuat hubungan ini.
Sumber:
https://www.treehugger.com/seagulls-like-food-better-touched-by-humans-5025134