Mengenal 3 Jenis Tsunami dan Waktu Terjadinya

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2018 11:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Membayangkan gempa yang terjadi, kadang memang hal yang menakutkan. Ditambah lagi jika gempa terjadi di wilayah pesisir, karena potensi adanya gempa bukan hanya sekadar longsor dan goyangan semata. Hal yang lebih menakutkan bisa terjadi, yaitu tsunami.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, ketika terjadi tsunami hal yang perlu kita lakukan adalah mencari tempat yang lebih tinggi.
Di tempat tinggi biasanya tidak ada bangunan yang membahayakan, sehingga dataran tinggi menjadi tempat yang paling aman ketika terjadi bencana tersebut.
Pola terjadinya tsunami biasanya akan didahului gempa sebelum ombak yang cukup tinggi menerjang daratan dan menyapu semua yang ada di depannya.
Kedatangan tsunami biasanya akan berbanding lurus dengan gempa yang terjadi. Semakin besar gempa itu mengguncang daratan yang dekat dengan area pesisir, maka bukan tidak mungkin tsunami lebih berpotensi terjadi.
Mengenal 3 Jenis Tsunami dan Waktu Terjadinya (1)
zoom-in-whitePerbesar
Tsunami | wikipedia.org
Sehingga bahaya peringatan biasanya muncul. Sudah menjadi rahasia umum jika terjadinya tsunami memang memiliki jeda waktu, antara terjadinya gempa dengan naiknya debit air laut. Jika dibedakan dari waktu terjadinya, jenis-jenis tsunami bisa dibagi dalam 3 tipe:
ADVERTISEMENT
1. Tsunami Lokal
Kondisi di dekat pantai yang diterjang tsunami di Palu. (Foto: Dok. SAR Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi di dekat pantai yang diterjang tsunami di Palu. (Foto: Dok. SAR Indonesia)
Tsunami ini biasanya terjadi dengan tingkat yang lebih rendah, artinya hanya area terdekat pesisir saja yang terkena dengan jarak 100 km dari titik tsunami mulai terjadi.
Waktu terjadinya tsunami ini terhitung dari gempa biasanya hanya sebentar, yaitu kurang dari 10 menit. Pada beberapa kejadian jeda waktu terjadinya tsunami ini bisa juga antara 10-30 menit.
2. Tsunami Regional
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
Tsunami ini biasanya akan menyebabkan tingkat kerusakan dengan jarak 100 km sampai 1.000 km dari titik bawah laut terjadinya tsunami. Jika tipe tsunami ini muncul, ada cukup waktu untuk memberikan informasi dini agar warga sekitar dapat mengungsi dengan rentang waktu 1-3 jam lamanya.
Walaupun untuk kabur dengan jarak lebih dari 1.000 km dalam tiga jam akan sangat sulit, namun mencari tempat atau dataran tinggi akan lebih memungkinkan untuk menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
3. Tsunami Jarak Jauh
Tsunami ini biasanya disebut juga sebagai tele-tsunami atau ocean-wide tsunami. Yakni sebuah kejadian tsunami yang sangat destruktif, jarak tempuhnya sendiri bisa lebih dari 1.000 km dari titik bawah laut terjadinya tsunami.
Walaupun selang waktu untuk menyelamatkan diri cukup memungkinkan, namun kemungkinan besar untuk selamat dari tsunami ini bisa dikatakan sangatlah kecil.
Contoh tsunami jarak jauh adalah tsunami yang dialami di Indonesia akibat dari terbentuknya ombak besar tersebut di Samudera Hindia yang membuat beberapa negara juga merasakan dampaknya.
Mengenal 3 Jenis Tsunami dan Waktu Terjadinya (4)
zoom-in-whitePerbesar
Tsunami Pictures | Pinterest.se
***
Tsunami biasanya ditandai dengan adanya getaran yang sangat hebat dan pasang surut air laut. Bahkan kadang getaran ini bisa menyebabkan terjadinya likuifaksi atau pencairan tanah. Di mana tanah mulai jenuh atau agak jenuh sehingga kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan.
ADVERTISEMENT
90 persen kasus terjadinya tsunami selalu berkaitan erat dengan adanya gempa bumi dari bawah laut, karena ketika hal ini terjadi retakan yang ada di dasar laut yang kosong itu mau tidak mau akan terisi oleh air di atasnya sehingga akan menimbulkan riak yang begitu besar di atasnya.
Salah satu kejadian tsunami yang mungkin bisa dibilang cukup lengkap, di mana ada kejadian gempa, tsunami dan likuifikasi adalah kejadian tsunami di Palu yang baru terjadi akhir bulan September 2018.
Tsunami ini dikategorikan ke dalam tsunami lokal dimana jeda waktu terjadinya tsunami ini hanya berkisar antara 6-8 menit sampai ia menerjang Pelabuhan Palu di Pantoloan.
Dengan pengamatan pada tide gauge (alat untuk mengukur perubahan muka laut) di Pantoloan, gelombang tsunami yang terjadi di sana diperkirakan setinggi dua meter.
ADVERTISEMENT
Kejadian tersebut memang tidak lebih mengerikan dari kejadian yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 yang lalu dimana ketinggian gelombang mencapai 24 meter dan kerusakan yang berkali-kali lipat lebih berat.
Waktu kejadian tsunami dan jedanya dengan gempa memang sebuah cela untuk berimprovisasi dan meningkatkan peringatan dini, agar semua orang bisa menyelamatkan diri akan adanya bahaya tsunami tersebut.
Akan tetapi, tentu harus kita sadari juga bahwa prediksi tersebut tidak cukup hanya dengan kamera CCTV yang diletakkan di beberapa area namun lebih ke investasi dan pengalokasian teknologi yang lebih baik agar prediksi atau peringatan dini yang didapatkan lebih baik untuk bisa diterapkan bersama sistem evakuasi yang juga cukup baik tentunya.
ADVERTISEMENT