Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kenalan dengan 5 Prasasti yang Tersebar di Daerah Lampung
13 Februari 2019 17:58 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
Tulisan dari Redaksi Lampung Geh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lampunggeh.co.id, Bandar Lampung - Ketika zaman dimana masyarakat belum mengenal tulisan (prasejarah) berakhir, lalu beralih ke zaman lebih maju (sejarah) prasasti menjadi penemuan penting dalam ilmu Epigrafi. Karena dari situlah kronologi suatu peristiwa di masa silam dapat ditelusuri.
ADVERTISEMENT
Prasasti atau piagam merupakan dokumen masa lalu yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Prasasti umumnya ditulis di atas batu dengan mengandung unsur penanggalan, mengungkap sejumlah nama hingga alasan mengapa prasasti itu dibuat. Sederhananya, prasasti di era sekarang serupa dengan batu nisan dan peresmian proyek pembangunan.
I Made Giri Gunadi, M. Si., selaku Pejabat Fungsional Pamong Budaya Madya Museum Lampung menjelaskan bahwa, "Prasasti asli tidak boleh dipindahkan dari tempatnya ditemukan. Dan di lokasi itu dibuatkan semacam cagar budaya untuk menjaga prasasti."
Namun untuk teman-teman milenial yang ingin belajar sejarah dan bermaksud mengamati lebih jauh lagi mengenai prasasti yang ditemukan di daerah Lampung, tidak perlu khawatir.
ADVERTISEMENT
Karena di Museum Sai Bumi Ruwa Jurai yang berlokasi di Jalan ZA. Pagar Alam, No. 64, Gedong Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung, telah tersedia replika prasasti yang terkumpul dalam satu ruangan lengkap dengan dari mana asal ditemukannya.
Dalam hal ini, Lampung Geh mencoba merangkum beberapa di antaranya:
1. Prasasti Palas Pasemah
Penamaan prasasti ini sesuai dengan lokasi ditemukannya yaitu tepian Sungai Way Pisang, Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Prasasti ini terdiri dari 13 baris dengan menggunakan huruf pallawa dan bahasa melayu kuno.
Catatan sejarah Museum Lampung mengungkapkan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi. Isinya mengenai penaklukan daerah Lampung dan kutukan pada siapa saja yang berani membrontak Kerajaan Sriwijaya.
ADVERTISEMENT
Prasasti Palas Pasemah seolah menjadi penegas bahwa kala itu wilayah Lampung berada di bawah kekuasaan kerajaan yang berjaya di bumi Nusantara pada tahun 500 Masehi dengan raja bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
2. Prasasti Batu Bedil
Kelebihan Prasasti Batu Bedil yang ada di Museum Lampung adalah kita dapat menyentuhnya tanpa perlu khawatir merusak benda peninggalan sejarah, karena yang terpajang di sini merupakan replikanya.
Prasasti yang bentuknya paling tinggi dan besar di antara yang lain ini ditemukan di Desa Batu Bedil Hilir, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Diperkirakan dari abad ke 10 Masehi yang terdiri dari 10 baris mantra agama budha berbahasa bahasa sansekerta lengkap dengan goresan bunga padma (teratai).
ADVERTISEMENT
Prasasti ini menjadi bukti bahwa pada masa itu wilayah Batu Bedil merupakan pemukiman penduduk dan kawasan religi dengan masyarakat penganut agama hindu-budha. Di sisi lain kepercayaan kepada arwah leluhur juga masih kental.
3. Prasasti Dadak
Prasasti Dadak ditemukan di Dusun Dadak Desa Tebing, Kecamatan Perwakilan Melintang, Lampung Timur, pada tahun 1994. Terdiri dari 14 baris tulisan Huruf Jawa Kuno dengan Bahasa Melayu.
Di sisi atas terdapat tulisan, dalam prasasti berukuran 42×11×9 cm ini juga tergores tajah manusia, hewan dan ragam geometris yang memenuhi seluruh permukaan prasasti.
Isinya menjelaskan mengenai peminjaman tanah selama 100 tahun untuk pendirian bangunan suci. Disebutkan pula di dalamnya tokoh Batara Guru Tuha, Panca Resi (San Kusika, San Garega, Mitri, Kurussya, dan Patanjala) serta penguasa air batu dan tanah.
ADVERTISEMENT
4. Prasasti Bungkuk
Desa Bungkuk, Kecamatan Jabung, Lampung Timur, merupakan lokasi awal ditemukannya prasasti yang aslinya kini disimpan pada Rumah Informasi Situs Purbakala Pugung Raharjo.
Prasasti yang berisi 13 baris Huruf Pallawa dengan Bahasa Melayu Kuno ini masih bercerita tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang akan mengutuk siapapun rakyatnya yang dianggap tidak tunduk kepada pemerintahan.
Berasal dari abad ke 7 Masehi, Prasasti Bungkuk ini dipahat pada batu andesit dengan ukuran 63×63×70 cm. Sayang keadaannya sudah aus dan tidak dapat lagi terbaca dengan lengkap isinya.
5. Prasasti Ulu Belu
Mengisahkan tentang pemujaan terhadap trimurti (Batara Guru, Batara Brahma dan Batara Wisnu) yang merupakan dewa penguasa air, tanah dan pohon supaya menjaga keselamatan seluruh masyarakat dari musuh.
Prasasti Ulu Belu ditemukan di lokasi yang tidak jauh dengan Prasasti batu bedil, tepatnya di Ulubelu, Rebang Pugung, Kota Agung. Prasasti Ulu Belu terdiri dari 6 baris Huruf Jawa Kuno dengan Bahasa Melayu Kuno yang berasal dari abad ke 14 Masehi.
ADVERTISEMENT
Jika kamu belum tahu kalau saat ini Museum Lampung menyimpan koleksi hingga 4.777 benda bersejarah banyaknya, Lampung Geh menyarankan untuk teman-teman sesekali mampir dan menilik benda-benda itu.
Devi seorang ibu muda dari Teluk Betung Utara yang tengah berkunjung, mengaku belum pernah sekalipun mengunjungi dan mengamati koleksi Museum Lampung. "Padahal saya penduduk asli, tapi belum pernah ke Museum Lampung. Sekalian nemenin anak kunjungan, sekalian lihat-lihat koleksi prasasti," katanya pada (13/2).
Museum budaya daerah yang mulai dibangun 1975 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan pada 24 september 1988 ini beroperasi mulai pukul 08.00-15.00 WIB setiap hari kecuali hari libur nasional.
Sebagai sarana informasi, budaya, ilmu pengetahuan dan rekreaksi, museum adalah lokasi yang tepat untuk mulai mengenal budaya kita dan memupuk cinta pada Lampung kita. (*)
ADVERTISEMENT
Laporan reporter lampunggeh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra