Cangget Bakha Lampung: Ajang Pertemuan Muli Mekhanai Mencari Jodoh

Konten Media Partner
24 Februari 2020 9:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan adat suku Lampung Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan adat suku Lampung Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Tanggamus - Beragam adat istiadat nusantara menjadi sisi keunikan tersendiri bagi Indonesia. Negara dengan kepulauan terbesar dan garis pantai terpanjang kedua di dunia ini, setidaknya kurang lebih memiliki 1.340 suku dan salah satunya suku Lampung.
ADVERTISEMENT
Lampung merupakan provinsi yang terletak di selatan di Pulau Sumatra dimana Kota Bandar Lampung sebagai ibukotanya. Suku Lampung sendiri terbagi menjadi dua dialek (variasi) yaitu Dialek A dan Dialek O.
Pada Sabtu (22/2), Pekon (Desa) Rantau Kijang, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung sedang melaksanakan kegiatan Cangget Bakha.
Cangget Bakha yang berartikan Adat Besar adalah salah satu kegiatan adat di Provinsi Lampung. Acara ini biasanya dilaksanakan ketika pernikahan suku Lampung maupun muli mekhanai (pemuda pemudi) untuk berkumpul dan bertemu.
Kegiatan ini digagas oleh para muli mekhanai asal Tanggamus yaitu Pubian Pugung Bersatu (P2B) dengan mengangkat tema 'Milenial Cinta Budaya, Indonesia Jaya'. Acara ini juga sekaligus memperingati hari jadi P2B ke-1 tahun.
ADVERTISEMENT
Ketua Pelaksana Cangget Bakha Tanggamus, Fadhlil Rosyad (21), mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan oleh muli mekhanai setempat untuk kembali melestarikan adat suku Lampung.
Ketua Pelaksana Cangget Bakha Tanggamus, Fadhlil Rosyad (21), saat diwawancarai Lampung Geh di lokasi kegiatan Cangget Bakha, Sabtu (22/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Kenapa kita buat acara Cangget Bakha, karena kita generasi muda di kampung ini kebanyakan tidak fokus lagi ke masalah adat. Maka kita buat acara ini untuk mengangkat ciri khas kembali budaya kita," katanya saat ditemui Lampung Geh, Minggu (23/2) dini hari.
Menurutnya, kegiatan ini belum pernah dilaksanakan oleh muli mekhanai Kecamatan Pugung, Tanggamus. Tetapi jika dalam acara pernikahan suku Lampung sering dilaksanakan namun oleh kalangan tertentu saja.
"Kalau muli mekhanai sendiri belum pernah buat acara seperti ini, kalau biasanya seperti di acara hajatan nikah, itu juga kalau hajatannya orang kaya. Cuma kalau yang ini benar-benar dari muli mekhanai, jadi kita cari uang bareng-bareng dan tercipta acara ini," jelas Fadhlil.
ADVERTISEMENT
Dengan bermodalkan semangat juang para pemuda dan pemudi di Kecamatan Pugung untuk mencari anggaran dana melalui proposal kegiatan yang diajukan ke beberapa perusahaan, akhirnya acara Cangget Bakha ini tercipta.
"Anggarannya yang paling besar dari Bupati (Tanggamus), Anggota Dewan (Tanggamus), Kepala Pekon se-Kecamatan Pugung, dan swadaya masyarakat Pugung," ujar pria yang bergelar Nimbang Paksi tersebut.
Kegiatan Cangget Bakha ini diikuti oleh 13 pekon atau desa dimana tujuh pekon dari tuan rumah dan enam pekon dari luar Kabupaten Tanggamus.
"Dari tuan rumah itu Pekon Tanjung Kemala, Rantau Tijan, Tanjung Yakin, Tiuh Memon, Negeri Batin, Banjar Agung Udik, dan Tanjung Heran. Yang luar dari Pekon Kebagusan, Kagungan Ratu, Kesugihan, Negeri Katon, Margakaya, Gedong Tataan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada 35 pasangan muli mekhanai atau 70 orang laki-laki dan perempuan suku Lampung yang ikut serta dalam kegiatan yang sudah dirancang sejak November 2019 tersebut.
"Jadi sudah menyiapkan 3 sampai 4 bulan sampai terlaksana ini. Kenapa acara dilaksanakan di sini, karena ini kota di Kecamatan Pugung. Jadi suku Lampung Pepadun yang ada di Pugung," ungkap dia.
Dengan terlaksananya acara tersebut, Fadhlil mengharapkan jika Cangget Bakha akan terus berlangsung dan turun temurun. Selain itu kegiatan tersebut juga dapat menjadi ciri khas sekaligus potensi wisata kearifan lokal di Kecamatan Pugung, Tanggamus.
"Harapan ke depan semoga acara ini tetap berlanjut dan lebih maju lagi, kita pemuda bisa lebih memajukan adat lagi. Karena kita sadar di suatu daerah harus mempunyai ciri khas, kalau kita memajukan pembangunan kita kalah, mudah-mudahan kalau memajukan adat kita lebih sedikit menonjol," pungkasnya.
Pengamat Budaya Lampung, Raswan, saat diwawancarai Lampung Geh di lokasi kegiatan Cangget Bakha, Sabtu (22/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Sementara itu, Pengamat Budaya Lampung, Raswan, mengungkapkan jika Cangget Bakha ini merupakan salah satu bentuk seni budaya Lampung Pepadun yang ada pada masyarakat yang berada di Kecamatan Pugung, Tanggamus.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini merupakan adat Lampung Pepadun yang ada pada masyarakat Pubian (adat Lampung), rangkaian acara ini biasanya dimulai dari sore hari hingga malam ini bahkan pagi hari," ungkapnya.
Pada zaman dahulu, Cangget Bakhak ini biasa dilaksanakan pada bulan purnama untuk memanfaatkan sinarnya sebagai penerang malam. Sebelum kegiatan berlangsung juga telah dilaksanakan musyawarah besar antara muli mekhanai dan ketua adat.
"Kemudian ketika acara itu disetujui oleh ketua adat, maka mereka akan menyusun kapan acara tersebut kapan dilaksankan. Sebelumnya juga ada acara ngerikot itu adalah mengundang untuk meminta kepada rumah yang memiliki gadis dan bujang untuk diturunkan ke sesat (rumah adat Lampung) seperti ini," jelas Raswan.
Dalam pelaksanaannya, muli mekhanai akan disusun berbaris dan berhadapan berdasarkan marga atau gelar masing-masing. Muli mekhanai akan dikatakan baik jika sudah ikut serta dalam kegiatan Tertengah yang artinya bercampur dalam acara adat tersebut.
Muli mekhanai saat duduk saling berhadapan dalam kegiatan Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
Dia akan dijadikan gadis dan bujang yang baik apabila mereka sudah tertengah itu artinya bercampur.
ADVERTISEMENT
"Gadis bujang yang tertengah seperti ini resmi baik dalam adat istiadat. Rangkaian acara adat dimulai dari Tetangguh, Bubalos Pantun, Nyengi Hidu, Bisa'an, dan diakhiri oleh tari-tarian dari muli mekhanai," ujarnya.
Muli mekhanai saat berbalas pantun dalam kegiatan Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
Pemuda pemudi kampung adat suku Lampung memang memiliki hak dan kewajiban untuk mengikuti kegiatan seperti ini dalam semasa hidupnya.
"Ya (wajib), terutama mereka orang pelaku adat istiadat Lampung Pepadun, kita (bujang gadis) akan diminta untuk mewakilkan masing-masing tiyuh atau kampung adat di wilayah (Kecamatan) Pugung ini," ucap dia.
Di Cangget Bakhak selain mempertemukan antara muli dan mekhanai juga sebagai ajang pencarian jodoh. Di situ muli mekhanai bisa saling berkenalan dan dapat meneruskan ke jenjang selanjutnya seperti pernikahan.
"Itu adalah salah satu pergaulan dari zaman dahulu sampai sekarang, kalau dulu tidak tidak boleh kalau pergi bersama antara bujang dan gadis," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi di acara seperti ini mereka saling ditemukan dan berkenalan untuk berikutnya mereka bisa saling mendatangi atau menganjang, itu adalah kelanjutan dari Cangget tersebut. Jadi intinya itu pertemuan antara bujang dan gadis," imbuh Raswan.
Pria bergelar Pangeran Setia ini menjelaskan jika para muli mekhanai yang ikut serta tersebut belum tentu mengenal antara satu dan lainnya. Maka dalam acara tersebut mereka dapat saling berkenalan.
"Karena ini yang ikut dari berbagai kampung. Ada yang dari Pringsewu dan Pesawaran kumpul di sini sebagai ajang pergaulan adat mereka. Kalau ada saling ketertarikan mereka bertukar nomor handphone atau semacamnya, kalau zaman dulu masih pakai secarik kertas yang menanyakan namanya siapa, alamatnya dimana," jelasnya.
Selama kegiatan Cangget Bakha berlangsung akan dipimpin oleh Pengelaku Saituha yang tidak lain adalah ketua adat untuk mengatur jalannya dan tata tertib acara sekaligus melantunkan syair-syair dengan bahasa Lampung.
Pengelaku Saituha (Ketua Adat) saat memimpin jalannya kegiatan Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
"Yang membacakan (syair) ini adalah ketua adat, kalau diartikan itu kisah yang meceritakan kehidupan masyarakat Lampung yang mengagumi gadis pada kecantikannya dan keindahannya," urai dia.
ADVERTISEMENT
Acara cangget seperti ini memang selalu dilaksanakan semalam suntuk, menurutnya itu sudah peraturan adat pada masing-masing suku Lampung terutama di Kecamatan Pugung, Tanggamus.
"Secara aturan adat memang seperti itu, mulai dari siang hari untuk mengumpulkan muli mekhanai, dan pada malam hari dibariskan dengan berpakaian adat. Lalu ada acara sambutan-sambutan dan disahkan ketua adat," beber dia.
Raswan menerangkan, mekhanai akan melakukan Tari Kenuy Bebayang yang gerakannya bagaikan burung elang, sedangkan muli melakukan Tari Kipas yang seperti memegang menari sedang kipas.
Mekhanai saat menari Kenuy Bebayang yang gerakannya bagaikan burung elang di kegiatan Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
Di akhir kegiatan, muli mekhanai akan melakukan tarian pengekap (penutup) secara bersama-sama untuk penutup Cangget Bakha.
Muli menari Kipas yang gerakannya seperti sedang memegang kipas di kegiatan Cangget Bakha di Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Sabtu (22/2) | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
"Jadi bujangnya menari dan gadisnya menari, itu ada Tari Kipas, Kenuy Bebayang, dan yang terakhir Tari Pengekap itu adalah tari bersama-sama. Jadi bujang dan gadis akan berdiri pada tempatnya, mereka menari bersama sebagai tarian penutup," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Terpisah, Bupati Tanggamus, Dewi Handajani, juga mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan Cangget Bakha yang diselenggarakan oleh P2B Tanggamus.
Bupati Tanggamus, Dewi Handajani, saat memberikan sambutan dalam kegiatan Cangget Bakha, Sabtu (22/2) | Foto: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Jadi menurut pengetahuan saya ini kegiatan pertama dalam rangka memperingati satu tahun organisasi muli mekhanai Pubian Pugung bersatu," katanya dalam sambutan di acara tersebut.
Ia pun menyadari bahwa generasi muda juga harus memahami dan mengerti dari adat suku Lampung. Menurutnya kegiatan ini juga sebagai awalan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama di Kecamatan Pugung.
"Kami sadari bahwa generasi muda penerus bangsa harus peduli kepada kelestarian adat. Insyallah bangsa tambah helau (baik) ke depannya, selalu berbuat kegiatan positif dibantu tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk mendukung muli mekhanai," paparnya.
Dewi mengharapkan jika di tahun depan kegiatan Cangget Bakha tetap dilaksanakan dengan konsep yang lebih matang dan meriah untuk disajikan kepada para masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Saya mengharapkan mudah-mudahan tahun depan lebih ramai lagi, jadi kegiatannya melestarikan budaya ini dengan melibatkan pemuda pemudi untuk menjadi mitra pemerintah Tanggamus," harap dia.(*)