Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Demi Ikut UNBK, Puluhan Siswa di Pesisir Barat Harus Jalan Kaki 5 Jam
8 April 2019 13:52 WIB
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Pada sebuah video yang diunggah oleh akun instagram @lpmp_lampung , tampak belasan siswa berseragam SMA yang duduk lesehan di sebuah ruangan bersanding dengan beberapa unit laptop di atas meja.
ADVERTISEMENT
Dalam video berdurasi 59 detik itu, seorang siswa laki-laki yang posisinya di tengah berkata, "kami dari SMAN 2 Bengkunat Belimbing, sedang mengikuti UNBK 2019 yang bertempat di rumah penduduk setempat di Way Heni."
"Dan lokasi kami menuju ke tempat ini, itu dengan jarak yang sangat jauh dan dengan kondisi jalan yang sangat menantang dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan."
"Jadi kami harus berjalan mulai dari halaman rumah dengan jarak tempuh kurang lebih 5 jam perjalanan, itu yang harus kami lewati sampai kami bisa mengikuti UNBK ini, namun tidak mengurangi semangat kami," imbuhnya.
Pada narasi prolog, dibubuhi keterangan yang menjelaskan bahwa SMA tersebut menyelenggarakan UNBK di rumah penduduk yang sangat jauh dari lokasi sekolah lantaran tidak ada sinyal.
Disebutkan pula, karena faktor geografis, siswa harus menempuh waktu 5 jam perjalanan dengan berjalan kaki menuju lokasi UNBK.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan hal tersebut, pada Minggu petang (7/4) Lampung Geh menghubungi salah satu Pengajar Muda, Feri Andesfa, S.Pd. yang tengah mengabdi di sekolah tersebut.
Dalam percakapan via telepon, Feri membenarkan atas apa yang dialami murid-muridnya, "UNBK tidak dilaksanakan di sekolah karena UNBK ini full dia, online. Selain online kita perlu listrik, karena kan peralatan elektronik semua. Sedangkan di wilayah sekolah kami bisa dibilang gak ada listrik. Cuma ada PLTS namun tidak cukup kuat (dayanya)," jelasnya.
Selain listrik, ia juga mengatakan bahwa sinyal juga menjadi kendala, "bisa dibilang benar-benar tidak ada. Yang ada di lokasi tertentu, itupun sangat minim, yang hanya mampu untuk menelepon, kalau internet sangat tidak mendukung."
Tahun ini, ada 20 siswa SMAN 2 Bengkunat Belimbing yang mengikuti UNBK, terdiri dari 18 laki-laki dan 2 perempuan. Ujian dibagi ke dalam dua sesi, karena hanya ada 10 unit laptop. 5 unit milik sekolah dan sisanya hasil meminjam dari dewan guru dan sekolahan lain.
ADVERTISEMENT
"Kalau di SMA kami, baru dua tahun ini (melaksanakan UNBK), tahun lalu juga ujian dengan cara dan lokasi yang sama di Rumah Pak Takwan di Way Heni," jelas Feri.
Lokasi sekolahnya sendiri berada di daerah Marga Belimbing, sekitar 20 km dari pusat Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat.
Lokasi UNBK di Pasar Way Heni, Desa Penyandingan, dipilih dengan pertimbangan lebih dekat dengan Kecamatan Bangkunat dan kondisi listrik serta sinyal cukup mumpuni.
Feri bercerita, siswa-siswinya mulai berangkat dari rumah sejak Minggu pagi (31/3) sehari sebelum UNBK dilaksanakan. Berjalan kaki selama kurang lebih lima jam dengan menempuh jalanan tanah merah berlumpur.
"Kendalanya ketika musim hujan, tahu sendiri kan tanah merah, jadi keadaannya lembek, licin dan alat transportasi di Way Haru berupa gerobak yang ditarik sapi semakin memperparah keadaan jalan, motor ada juga dengan dimodifikasi sedemikian rupa," jelas Feri.
ADVERTISEMENT
Perjuangan tidak cukup sampai di sana, ada 6 sungai yang harus mereka lewati dan hanya 2 di antaranya yang sudah diberi jembatan. "Jadi kalau hujan, air meluap, ya terpaksa menyebrang dengan berenang," katanya lagi.
Setelah menempuh perjalanan 5 jam dan sampai di daerah Sumberejo, barulah murid-murid itu bisa menumpang kendaraan pick up menuju rumah warga yang akan dijadikan lokasi UNBK.
Perjalanan panjang, namun cerita belum usai. Sesampainya di lokasi, mereka harus langsung praktik dan belajar untuk membiasakan diri menggunakan komputer untuk menghadapi ujian esok.
"Sebenarnya kalau masalah jalan kaki, mereka sudah terbiasa. Bukan masalah besar. Yang menjadi kendala mereka, karena jarang sekali praktik komputer, bisa dibilang belum pernah praktik komputer,"
ADVERTISEMENT
Feri menambahkan, "selama saya di sana saja, yang namanya praktik langsung pegang laptop itu belum pernah, jadi kendalanya memegang mouse belum terbiasa, tapi semangatnya itu yang luar biasa," pungkasnya.
Berbicara ketidakadilan, Feri mengatakan tentu tidak adil, "karena kalau tidak mengikuti kami ketinggalan, duusahakan bagaimana caranya harus mengikuti sistem pendidikan yang ada."
Bersama tiga orang temannya, Reki Fahlevi, S.Pd, Bustomi, S.Pd, dan Lucas Bima Aprayuda, S.Pd ia berharap kelak pemerintah juga memerhatikan pendidikan daerah terpencil Indonesia seperti tempatnya mengabdi terssebut. Utamanya pembangunan jalan yang merupakan jalur vital pendidikan maupun ekonomi warga setempat. (*)
---
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra