Konten Media Partner

Diskusi Film Pesta Oligarki, Kupas Tuntas Tantangan Demokrasi di Indonesia

24 Oktober 2024 9:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nonton bareng dan diskusi publik, bedah film: pesta oligarki | foto: Puput Octaviani/ Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Nonton bareng dan diskusi publik, bedah film: pesta oligarki | foto: Puput Octaviani/ Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Nonton bareng dan diskusi publik film yang bertajuk "Bedah Film: Pesta Oligarki" digelar pada Rabu, 23 Oktober 2024, pukul 18.00 WIB di Asset Coffee And Space, Bandar Lampung.
ADVERTISEMENT
Acara ini mengupas fenomena oligarki di Indonesia melalui film dokumenter yang menyoroti dinamika kekuasaan yang tersembunyi di balik layar. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama: Muhtadi, akademisi dari Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila), dan Sumaindra Jarwadi, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung. Dalam pembahasannya, Sumaindra Jarwadi menggarisbawahi bahwa film ini memberikan gambaran yang kuat mengenai tantangan demokrasi di Indonesia. "Kalian bisa melihat film ini dan mendapatkan jawabannya saat kemarin pelantikan presiden. Yang harus direfleksikan adalah persoalan demokrasi hari ini tidak baik-baik saja," ujarnya.
Nonton bareng dan diskusi publik, bedah film: pesta oligarki | foto: Puput Octaviani/ Lampung Geh
Ia menekankan bahwa film ini menunjukkan berbagai konflik agraria yang melibatkan masyarakat kecil, seperti petani di Kota Baru yang digambarkan berjuang melawan kebijakan yang tidak adil. Sumaindra juga menyoroti bahwa "instrumen kebijakan yang dibuat sering kali tidak berdasarkan ilmu pengetahuan, tetapi didasarkan pada ego kekuasaan." Sementara itu, Dr. Muhtadi mengajak audiens untuk merenungkan lebih dalam tentang oligarki dalam sistem pemerintahan. "Coba kita gabungkan antara film ini dengan pesta oligarki, benarkah ada oligarki di dalam pemerintahan kita yang pesta?" katanya. Ia mengaitkan, isu ini dengan realitas bahwa sekitar 50% dari para menteri dalam kabinet merupakan figur-figur yang "dititipkan" dari periode sebelumnya, menandakan adanya pengaruh kuat oligarki dalam proses politik. Acara ini, yang dipandu oleh Galih Asmoro Galang Ramadhan, mahasiswa Fakultas Hukum Unila, bertujuan untuk mendorong masyarakat, terutama generasi muda, agar lebih kritis terhadap sistem kekuasaan yang berlaku. Dengan suasana diskusi yang santai namun penuh substansi, publik diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam menilai dan mengkritisi praktik oligarki di Indonesia, serta tantangan yang dihadapi oleh demokrasi di era modern. Selain menjadi ruang edukasi, kegiatan ini berhasil membuka mata para peserta tentang pentingnya memperhatikan kekuasaan yang bekerja di balik layar, serta bagaimana oligarki dapat berdampak buruk pada kualitas demokrasi di Indonesia. (Eva/Ansa)
ADVERTISEMENT