Konten Media Partner

Era Post-Truth: HMPS Sosiologi Agama UIN Raden Intan Lampung Gelar Dialog Publik

10 Februari 2025 22:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dialog Publik Bahas Kesadaran kolektif di Era Post truth di GSG Syariah UIN Raden Intan Lampung | Foto: Rizqi Fiesta/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Dialog Publik Bahas Kesadaran kolektif di Era Post truth di GSG Syariah UIN Raden Intan Lampung | Foto: Rizqi Fiesta/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sosiologi Agama UIN Raden Intan Lampung menggelar Dialog Publik bertajuk "Rekonstruksi Kesadaran Kolektif Masyarakat Digital sebagai Infrastruktur Sosial di Era Post-Truth” pada Senin (10/2). Acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Syariah UIN Raden Intan Lampung ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung, Dian Wahyu Kusuma, serta Pandu Irawan Ryanto, alumnus Magister Sosiologi UGM.
ADVERTISEMENT
Dialog Publik Bahas Kesadaran kolektif di Era Post truth di GSG Syariah UIN Raden Intan Lampung | Foto: Rizqi Fiesta/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Dialog Publik Bahas Kesadaran kolektif di Era Post truth di GSG Syariah UIN Raden Intan Lampung | Foto: Rizqi Fiesta/Lampung Geh
Dialog publik ini bertujuan mengkaji bagaimana masyarakat menyikapi pesatnya perkembangan digitalisasi yang menghadirkan segala sesuatu secara instan. Dalam pemaparannya, para narasumber menyoroti tantangan di era post-truth, di mana arus informasi yang cepat kerap mengaburkan batas antara fakta dan opini. Ketua HMPS Sosiologi Agama, Aulia Sari, menegaskan pentingnya kegiatan ini dalam meningkatkan kesadaran kritis mahasiswa. "Mahasiswa perlu dibekali kemampuan memilah informasi, terutama dalam menghadapi isu hoaks di masyarakat. Tema ini menekankan bahwa digitalisasi dapat menjadi sarana membangun infrastruktur sosial yang kuat di era post-truth," ujar Aulia. Senada dengan itu, Kaprodi Sosiologi Agama, Ellya Rosana, menyebut dialog ini sebagai respons terhadap fenomena sosial di masyarakat digital. "Kami melihat bagaimana kondisi masyarakat di era digital saat ini. Penting bagi kita memahami dampaknya terhadap pola pikir dan perilaku masyarakat," jelasnya. Acara semakin interaktif dengan sesi diskusi terbuka, di mana para peserta antusias menyampaikan pendapat, saran, serta pertanyaan terkait tema yang dibahas. (Eva/Put)
ADVERTISEMENT