Giat Buku: Komunitas di Lampung yang Aktif Galakkan Literasi Anak Bangsa

Konten Media Partner
5 Agustus 2021 19:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku di Taman Gajah Kota Bandar Lampung. | Foto: ist
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku di Taman Gajah Kota Bandar Lampung. | Foto: ist
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi. Hal ini berarti Indonesia masuk 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
ADVERTISEMENT
Merucut dalam satu provinsi, yaitu Provinsi Lampung. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019 menyebutkan bahwa indeks kegiatan literasi di Lampung sebesar 30,59 persen dan berada di posisi 30 dari seluruh provinsi di Indonesia. Ini pun berart Provinsi Lampung menempati peringkat 5 dari bawah terhadap literasi.
Bayu Saputro (24), pendiri Komunitas Giat Buku di Provinsi Lampung. | Foto: ist
Dua sumber data berkaitan rendahnya literasi menjadi salah satu alasan Bayu Saputro (24) Alumni Universitas Lampung (Unila) angkatan 2015 mendirikan komunitas Giat Buku.
Pembagian takjil dari Komunitas Giat Buku. | Foto: ist

Awal Mula Terbentuk Komunitas Giat Buku

Bayu mengungkapkan ini memang keresahannya semenjak jadi mahasiswa sampai sudah bergelar alumni dari Prodi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian.
Kegiatan mewarnai oleh anak-anak salah satu kegiatan Komunitas Giat Buku. | Foto: ist
"Awalnya karena keresahan mahasiswa di sekitar tentang listerasi masih minim banget, terutama buat Provinsi Lampung. Bahkan seminar yang diadakan Bunda Literasi (Istri Gubernur Lampung) mengatakan bahwa indeks prestasi kita itu 5 terbawah dari 34 provinsi," kata Bayu.
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku. | Foto: ist
Berkaitan itu, ia mengajak 3 teman lainnya untuk membuat suatu gerakan dengan inovasi dari anak muda sekaligus membantu peran pemerintah menaikan indeks literasi Lampung.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya, terbentuklah giat buku bersama kawan-kawan pada 1 Agustus 2020," imbuhnya.
Mantan aktivis mahasiswa di Lembaga Eksekutif kampus ini menyusun program-program dengan diawali berbagi pengalaman dengan komunitas-komunitas yang sudah berjalan di Provinsi Lampung.
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku. | Foto: ist
"Setelah beberapa proses, dapatlah kegiatan rutin mingguan yang biasa kita sebut Gulaku (Giat Buku Gelar Lapak Buku)," kata Bayu.

Program-Program Komunitas Giat Buku

Tentang program rutin yang dilakukan komunitasnya, Bayu menuturkan setiap pekan membuka lapak tersebut di hari Minggu. Pagi ataupun sore, dilakukannya setiap Minggu.
"Kalau agendanya kami adakan pagi, biasanya sekitar jam 6 pagi sampai 10 pagi. Lokasinya di Unila," lanjutnya.
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku. | Foto: ist
Pilihan lokasi di Unila, tidak tanpa alasan. Menurutnya, setiap akhir pekan pengunjung Unila baik di setiap ruas jalan, sekitar embung, sampai lapangan pasti ramai dikunjungi masyarakat untuk lari pagi atau pun kegiatan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Biasanya kita gelar lapak terus kita pajang sejumlah buku-buku. Beberapa dari kami juga membaca di sekitar supaya menarik perhatian yang lain," ungkap Bayu.
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku. | Foto: ist
Selain mengadakan di pagi hari, komunitas ini juga menggelar lapak pada sore hari. Kegiatan dilakukan sekitar 15.40 WIB sampai 17.50 WIB. Lokasinya ada di Taman Gajah Kota Bandar Lampung.
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku di Taman Gajah Kota Bandar Lampung. | Foto: ist
Selanjutnya, Giat Buku juga memiliki Program Binaan. Program ini dilaksanakan selama 3 bulan di suatu tempat dengan tujuan yang sama yaitu peningkatan literasi.
"Untuk pelaksanaan desa binaan itu selama 3 bulan. Yang terakhir kita kerjasama dengan Komunitas lainnya yang masih memiliki visi yang sama. Lokasi untuk desa binaan kemarin itu di Desa Margo Rejo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran.
ADVERTISEMENT
Selain program yang dilakukan luar jaringan (offline), Giat Buku juga memiliki program yang terealisasi dalam jaringan (online), yaitu: Gubuk Vision.
Gubuk Vision ini merupakan sesi berbagi bersama para pegiat literasi atau pun beberapa anak muda yang berkecimpung di dunia literasi.
"Pastinya mereka ini suka dengan dunia literasi dan karena literasi banyak yang kurang dibahas. Apa lagi, isu tentang literasi ini jarang ditemui di sebuah pembahasan. Mungkin kalau ada peringatan tentang literasi baru gencar dibahas. Itu pun seolah tak lebih laku dari isu-isu lainnya," ujarnya.

Sumber Buku dan Jenis Buku di Komunitas Giat Buku

Sejumlah pemuda mengklaim jika literasi hanya berkaitan dengan membaca buku kategori 'berat'. Buku tentang keilmuan, tentang ekonomi, peningkatan softskill, atau pun lainnya.
ADVERTISEMENT
Ternyata tidak hanya buku-buku kategori tersebut, tetapi juga buku-buku komik, novel, autobiografi, religi, dan lain-lain.
Bayu memaparkan buku yang disediakan komunitas yang baru berumur 1 tahun ini layak dibaca untuk anak-anak, remaja, bahkan dewasa.

Tagline Giat Buku: Bergerak Berdampak

ADVERTISEMENT
Sebagaimana halnya tagline dari Giat Buku, Bergerak Berdampak. Komunitas ini berusaha dalam setiap gerakan bisa berdampak kepada masyarakat maupun Provinsi Lampung itu sendiri.
Bayu mengungkapkan dirinya bersama 30 pengurus yang saat ini menjadi bagian dari Giat Buku tidak hanya mengupayakan peningkatan indeks literasi, tetapi juga konsen terhadap pendidikan karakter pada anak. Dimana hal ini juga akan kembali kepada membaca buku.
Kegiatan Gulaku dari Komunitas Giat Buku. | Foto: ist
"Ini juga membuat kita sangat antusias kalau yang ada ingin berkolaborasi. Apa lagi mengenai literasi dan pendidikan karakter pada anak-anak," kata Bayu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, buku-buku yang dimiliki Giat Buku sendiri mencapai 300-an buku. Dikatakannya, sumber buku ini beberapa dari koleksi pribadi pengurus komunitas, dan ada juga dari donatur.
Disamping itu, Bayu berharap komunitas yang dibangun sejak 2020 ini semakin berkembang dan memberikan dampak yang luas terutama pada indeks literasi Provinsi Lampung. (*)